Site icon Gilabola.com

Ruben Amorim Pecat Dirinya Sendiri Usai Kekalahan Telak di Derby Manchester

Ruben Amorim di laga Manchester City vs Manchester United

Gilabola.comManchester United harus menelan kekalahan telak 3-0 dari Manchester City dalam laga derby. Kekalahan itu langsung memicu kritik keras di kanal The United Stand, dengan Mark Goldbridge menilai Ruben Amorim sebagai sosok yang sedang “memecat dirinya sendiri.”

Menurutnya, walaupun dia masih mendukung penuh sang pelatih, sikap keras kepala Amorim pada akhirnya akan membuat tim semakin sulit bersaing di kompetisi sepak bola level tertinggi.

Goldbridge menambahkan bahwa permainan Manchester City tidak perlu tampil maksimal untuk mengalahkan rival sekotanya. Dia menyebut City tidak perlu keluar dari “gigi ketiga” untuk bisa mendominasi pertandingan.

Bahkan dia menilai skor seharusnya bisa lebih buruk, karena menurutnya Manchester United pantas kebobolan hingga lima gol mengingat buruknya permainan mereka.

Sorotan pada Lini Tengah dan Bruno Fernandes

Kritik terbesar diarahkan pada keputusan Ruben Amorim terkait lini tengah. Goldbridge menilai masalah Manchester United bukan pada formasi, melainkan pada pemilihan pemain.

Dia menegaskan bahwa menurunkan pemain nomor 10 sebagai gelandang nomor 8 dalam taktik dua gelandang tengah adalah kesalahan besar yang membuat timnya mudah dihancurkan lawan.

Nama Bruno Fernandes menjadi sorotan utama. Goldbridge menilai penempatan Bruno di lini tengah sama anehnya dengan memainkan bek sekelas Virgil van Dijk sebagai gelandang.

Menurutnya, Manchester United meminta pemain berusia 31 tahun itu untuk menjalankan peran yang bukan spesialisasinya, lalu mengeluh ketika dia gagal menjaga pergerakan lawan.

Dia mencontohkan bahwa kekalahan dari City datang karena Bruno gagal mengawal Phil Foden. Goldbridge menegaskan bahwa jika Amorim terus memasang Bruno di posisi itu, maka keputusan tersebut bisa menjadi “bukit kematian” bagi sang pelatih.

Standar yang Dipertanyakan

Goldbridge juga menyoroti keputusan pergantian pemain yang dinilainya fatal. Dia menyebut pergantian Leny Yoro dengan Harry Maguire sebagai salah satu pergantian terburuk yang pernah dia lihat.

Menurutnya, keputusan itu berakibat pada penempatan Matthijs de Ligt ke sisi kanan dan Maguire dijadikan bek terakhir melawan striker tercepat di Eropa. Perbandingan yang dia berikan cukup keras: situasi itu sama seperti mobil Ferrari melawan sebuah batu bata.

Tidak berhenti di situ, dia menyoroti rendahnya standar performa tim. Menurutnya, tidak ada satupun pemain yang pantas mendapat nilai lebih dari enam pada laga derby tersebut.

Dia menyebut hal itu sebagai sebuah aib, apalagi di pertandingan sebesar derby Manchester. Goldbridge juga mengungkapkan bahwa tim telah lama kehilangan kepemimpinan di lapangan.

Bahkan status kapten Bruno Fernandes kembali dipertanyakan karena performanya di luar posisi aslinya justru membuat tim makin terpuruk dan sang gelandang gagal mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

Bursa Transfer dan Akuntabilitas

Kritik berikutnya diarahkan pada strategi belanja klub. Goldbridge mempertanyakan siapa yang bertanggung jawab atas transfer musim panas lalu. Dia menyebut Manchester United mengeluarkan dana Rp 4,4 Triliun untuk lini depan, tetapi lini tengah dan penjaga gawang tetap diabaikan.

Baginya, kelalaian tersebut membuat tim rapuh. Dia menyebut bahwa masalah inti ada pada lini tengah yang lemah dan kiper yang tidak bisa diandalkan.

Meski menolak wacana pemecatan pelatih di tengah musim karena alasan finansial dan efektivitas, Goldbridge tetap menegaskan bahwa keputusan Amorim pada akhirnya akan menghancurkan dirinya sendiri.

Menurutnya, Amorim sedang mencoba memaksakan sesuatu yang tidak cocok, dan hal itu hanya akan membawa Manchester United makin jauh dari papan atas sepak bola Inggris.

Exit mobile version