
Gilabola.com – Isu masa depan Mohamed Salah kembali menghangat di tengah dinamika internal Liverpool. Legenda The Reds sekaligus pundit Sky Sports, Jamie Carragher, secara terbuka menyampaikan permohonan tak terduga kepada sang penyerang agar bertahan hingga akhir musim ini. Namun, di saat yang sama, Carragher juga menyiratkan keyakinannya bahwa perjalanan Salah di Anfield kemungkinan besar akan berakhir setelah musim 2025–26.
Ketidakpastian ini mencuat usai Salah meluapkan kekecewaan secara terbuka terhadap klub dan manajer Arne Slot, menyusul keputusannya dicadangkan dalam tiga laga beruntun awal bulan ini. Situasi tersebut sempat membuat penyerang berusia 33 tahun itu tersisih, sebelum akhirnya kembali masuk skuad dan tampil impresif dari bangku cadangan saat Liverpool menghadapi Brighton pada Sabtu lalu.
Dari Kritik Keras ke Permintaan Bertahan
Carragher sebelumnya dikenal sebagai salah satu pengkritik paling vokal atas sikap Salah. Dalam tayangan Monday Night Football pekan lalu, mantan bek Liverpool itu menyebut perilaku sang pemain sebagai sesuatu yang “memalukan”. Namun hanya berselang sepekan, nada Carragher berubah.
Alih-alih mendorong hukuman atau sanksi, Carragher justru meminta Salah menahan diri dan bertahan beberapa bulan lagi demi peluang besar yang masih menanti Liverpool.
“Pekan lalu saya memberi saran kepada Mo Salah dan agennya, dan saya akan melakukannya lagi,” ujar Carragher. Ia menyinggung momen emosional Salah usai laga kontra Brighton, ketika sang pemain menyapa seluruh penjuru Anfield.
“Dia terlihat emosional dengan Kop. Mungkin dia sendiri belum yakin apakah itu akan menjadi kali terakhirnya di Anfield,” lanjut Carragher. “Namun jika dia berpikir untuk pergi, saya minta dia mempertimbangkannya kembali.”
Ancaman Pergi ke Arab Saudi
Carragher menilai opsi kepindahan Salah sangat terbatas. Menurutnya, jika meninggalkan Liverpool saat ini, tujuan paling realistis adalah Liga Arab Saudi, bukan raksasa Eropa seperti Barcelona atau Real Madrid.
Ia kemudian menggambarkan skenario yang menurutnya akan sangat menyakitkan bagi Salah. Liverpool masih berpeluang melangkah jauh di paruh kedua musim, termasuk mencapai final Piala FA atau Liga Champions.
“Bayangkan Mo Salah berada di Arab Saudi, bermain untuk klub mana pun, lalu menyaksikan Liverpool tampil di final Liga Champions di Budapest,” kata Carragher. Ia menegaskan bahwa Salah hanya perlu bertahan sekitar tiga bulan, meski harus menerima kenyataan tidak selalu menjadi starter.
Masa Depan yang Hampir Pasti Berakhir
Meski mendesak Salah bertahan hingga akhir musim, Carragher tak menutup pandangannya soal masa depan jangka panjang. “Saya tidak melihat Mo Salah bermain untuk Liverpool musim depan,” tegasnya, menandakan keyakinan bahwa perpisahan hampir tak terelakkan.
Carragher: Salah Layak Mendapatkan Perpisahan Istimewa
Carragher juga menyoroti gestur emosional Salah yang mengitari Anfield usai kemenangan atas Brighton. Jika itu benar-benar menjadi penampilan terakhirnya di hadapan publik sendiri, Carragher merasa sang bintang layak mendapatkan penghormatan yang jauh lebih besar.
“Apakah Mo Salah tidak pantas mendapatkan lebih dari itu sebagai pemain Liverpool?” ujarnya. Jawabannya tegas: iya.
“Dia layak mendapatkan guard of honour. Dia layak mendapatkan mosaik di Kop. Dia pantas membawa keluarga—istri dan anak-anaknya—ke lapangan pada laga terakhirnya dan dirayakan atas semua yang telah dia berikan,” jelas Carragher.
Ia kembali menekankan bahwa menyingkirkan perbedaan dengan manajer untuk sementara waktu bisa memberi akhir yang jauh lebih bermakna. “Hal terburuknya, dia mendapat perpisahan besar. Hal terbaiknya, dia berjalan keluar bersama rekan setimnya di final Liga Champions di Budapest.”
Pandangan Kami
Situasi Mohamed Salah mencerminkan fase transisi besar di Liverpool, baik secara teknis maupun emosional. Permintaan Carragher menyoroti pentingnya mengakhiri era dengan cara yang bermartabat, terutama bagi pemain yang telah menjadi ikon klub.
Jika perpisahan memang tak terhindarkan, bertahan hingga akhir musim bisa memberi manfaat bagi semua pihak—Liverpool tetap kompetitif, sementara Salah berpeluang menutup kisahnya dengan momen bersejarah, bukan polemik.
