Gilabola.com – Manchester United harus menghadapi situasi pelik setelah Benjamin Sesko mengalami cedera lutut yang membuat Ruben Amorim semakin tertekan di tengah badai cedera yang sudah lebih dulu menghantam skuadnya.
Kekhawatiran Cedera Sesko Setelah Laga Kontra Tottenham
Dalam hasil imbang 2-2 yang penuh drama melawan Tottenham, Amorim bahkan tidak sempat memikirkan performa Sesko karena fokusnya tertuju pada sesuatu yang jauh lebih serius.
Sesko, yang masuk menggantikan Matheus Cunha pada menit ke-58, sempat mendapatkan beberapa peluang emas untuk mencetak gol. Namun penyerang Slovenia itu terlihat kurang sigap saat hendak melepas tembakan sehingga dua kesempatan terbuang begitu saja.
Kesalahan fatal terjadi ketika Mason Mount memberikan bola kepadanya. Sesko terlalu lama mengambil keputusan, memberi waktu bagi Micky van de Ven untuk menutup ruang dan memblok tembakan tersebut. Benturan yang terjadi justru membuat Sesko tumbang dan tidak bisa melanjutkan permainan.
Saat Spurs melakukan serangan balik, Sesko tetap tergeletak. Meski tim medis berusaha memberikan penanganan cepat, Amorim terpaksa menariknya keluar. Masalahnya, seluruh jatah lima pergantian pemain sudah habis. United pun harus menyelesaikan laga dengan 10 pemain, kebobolan gol telat, sebelum Matthijs de Ligt menyelamatkan mereka dari kekalahan.
Usai pertandingan, Amorim menegaskan kekhawatiran utamanya bukan soal performa, melainkan potensi cedera lutut yang dialami Sesko. “Saya khawatir ada cedera, karena ini di bagian lutut. Kita harus cek dulu. Kami butuh Ben agar tim lebih kuat,” ucapnya seperti dikutip Manchester Evening News.
Dengan jeda internasional mulai berlangsung dan laga kontra Everton menanti pada 24 November, Amorim kini harus mempertimbangkan berbagai opsi jika Sesko tidak pulih tepat waktu. Berikut tiga solusi potensial yang bisa dipilih di Old Trafford.
Opsi Tanpa Striker
Pilihan paling realistis adalah sistem tanpa striker murni, skema yang sebelumnya digunakan Amorim saat menghadapi Spurs dan Liverpool. Dalam pendekatan ini, Matheus Cunha berperan sebagai false nine—posisi yang sudah cukup familiar baginya sejak di klub lamanya, Wolves.
Cunha sudah menunjukkan fleksibilitas di lini depan, meski penyelesaian akhirnya masih belum optimal sehingga Sesko dimasukkan pada akhir pekan lalu. Tantangan Amorim bukan hanya menentukan siapa yang mengisi depan, tetapi juga siapa yang akan diplot di posisi nomor 10.
Biasanya Bryan Mbeumo mengisi sisi kanan, Mount di kiri, dengan Amad sebagai wing-back kanan. Namun di London Utara, Amorim mengembalikan Noussair Mazraoui ke posisi wing-back, mendorong Amad lebih maju dan memaksa Mbeumo bergeser ke kiri. Perubahan ini tidak mengurangi agresivitas Mbeumo, tetapi United kehilangan sebagian daya gedor karena Mazraoui lebih bertipe defensif.
Amorim harus mempertimbangkan ulang apakah skema serupa efektif jika Sesko benar-benar absen.
Kesempatan Bagi Zirkzee Untuk Kembali?
Joshua Zirkzee kini berada di pinggiran skuad utama, dan menurut laporan MEN Sport, ia siap mendorong kepindahan pada Januari. Harapannya untuk masuk skuad Belanda di Piala Dunia makin menipis karena menit bermainnya sangat minim. Musim ini, ia baru tampil total 90 menit dari lima laga dan lebih sering berada di bangku cadangan.
Namun cedera Sesko berpotensi membuka kembali pintu baginya. Musim lalu, Zirkzee sempat menjadi ujung tombak yang dapat diandalkan. Ia menunjukkan ketahanan mental yang kuat setelah awal musim yang sulit, hingga fans lebih senang melihatnya tampil ketimbang Rasmus Hojlund.
Kedatangan Cunha dan Mbeumo memang mempersempit ruangnya, tetapi keduanya justru lebih cocok bermain sebagai nomor 10. Inilah celah yang bisa dimanfaatkan Zirkzee jika Amorim bersedia memberinya kesempatan lagi.
Momen untuk Obi?
Jelang laga kontra Spurs, Amorim menyatakan bahwa ia tetap berkomitmen mempromosikan pemain akademi United. Ia menegaskan hal itu saat ditanya TNT Sport mengenai peluang Jack Fletcher tampil, terlebih setelah Kobbie Mainoo absen karena cedera. United hampir memutus tradisi 88 tahun selalu memasukkan setidaknya satu pemain akademi dalam skuad pertandingan.
Meski rekor itu aman akhir pekan lalu, kunjungan ke London membuka pertanyaan: apakah Amorim berani melangkah lebih jauh?
Chido Obi sempat dipromosikan musim lalu ketika United mengalami krisis striker. Musim ini, ia kembali ditempa di akademi—ideal bagi pemain berusia 17 tahun. Namun jika Amorim tidak ingin memakai Zirkzee dan skema tanpa striker tidak efektif, Obi bisa menjadi alternatif terakhir. Meski begitu, memainkannya sejak menit awal tampak masih terlalu dini.

