
Gilabola.com – Kekalahan demi kekalahan yang menjerumuskan Wolves ke dasar klasemen membuat para pendukung merasa tim kesayangan mereka kehilangan sosok yang benar–benar mereka butuhkan, dan nama Solskjaer pun mulai mengemuka sebagai harapan baru.
Krisis Tak Berujung di Molineux
Musim Wolverhampton Wanderers kembali berjalan serupa musim lalu, namun nuansa keputusasaan terasa jauh lebih pekat. Jika musim lalu mereka terpuruk dengan tiga poin dari 10 pertandingan, musim ini bahkan lebih buruk: hanya dua poin dari 10 laga setelah kekalahan 0-3 melawan Fulham pada Sabtu.
Moto ceria “first the points, then the pints” yang dulu digaungkan di bawah Vitor Pereira kini terasa pahit. Wolves seakan berhenti bersenang-senang, terjun bebas dan tertinggal delapan poin dari zona aman.
Segala percobaan — mulai dari pergantian kiper hingga perubahan formasi — hanya makin mengguncang klub yang tengah menahan dampak kepergian pemain kunci seperti Rayan Ait-Nouri, Nelson Semedo, dan Matheus Cunha musim panas lalu. Ketiganya merupakan bagian dari tujuh pemain dengan menit bermain terbanyak musim sebelumnya.
Ketegangan memuncak saat insiden di Molineux bulan lalu, ketika Pereira menghadapi langsung para fans setelah kalah dari Burnley. “Dua bulan lalu mereka menyanyikan nama saya,” keluhnya. Final tragis pun datang setelah kekalahan dari Fulham.
Perbandingan Wolves di bawah Asuhan Pereira
| 2024-25 | 2025-26 | |
|---|---|---|
| Pertandingan | 22 | 10 |
| Menang | 10 | 0 |
| Imbang | 3 | 2 |
| Kalah | 9 | 8 |
| Persentase Menang | 45% | 0% |
| Poin per laga | 1.5 | 0.2 |
| Gol | 30 | 7 |
| Kebobolan | 29 | 22 |
| Gol per laga | 1.4 | 0.7 |
| Kebobolan per laga | 1.3 | 2.2 |
Kini muncul pertanyaan besar: siapa yang bisa menjawab panggilan SOS Wolves? Gagal mendapatkan Sean Dyche menjadi tamparan berat, sementara stok pelatih “pemadam kebakaran” di Premier League makin menipis.
Ironisnya, di era taktik bola mati yang kembali populer, tokoh spesialis penyelamatan seperti Sam Allardyce, Alan Pardew, dan Tony Pulis justru lebih sering tampil di iklan makanan atau berlibur, seakan era mereka sudah usai.
Musim lalu banyak klub memilih pendekatan berbeda. Wolves sendiri bertaruh pada Pereira sebagai debutnya di Inggris, sama seperti Southampton yang menunjuk Ivan Juric. Awalnya berbeda, kini Wolves tampak akan menyusul Saints ke Championship.
Mendatangkan Allardyce — putra daerah Dudley — terasa langkah mudah ditebak. Namun realita pahitnya, Wolves harus memikirkan masa depan jangka panjang, bahkan jika itu berarti membangun tim dari Championship.
Ole Gunnar Solskjaer dan Misi Penyelamatan
Persepsi publik terhadap kiprah Ole Gunnar Solskjaer di Manchester United kini semakin positif seiring waktu. Ia membawa United finis urutan ketiga lalu kedua dalam dua musim penuh, mencapai final Liga Europa 2021, dan mencatat persentase kemenangan lebih tinggi dari David Moyes serta Louis van Gaal, hanya sedikit di bawah Jose Mourinho dan Erik ten Hag.
Pujian pun datang dari mantan pemainnya. Marcus Rashford, kini dipinjamkan ke Barcelona, mengatakan ia “senang” bermain di bawah Solskjaer. “Kami menikmati permainan kami di bawah Ole. Kami memainkan sepak bola yang bagus,” ucapnya.
Harry Maguire menambahkan rasa kecewanya saat Solskjaer pergi. “Cara dia menyiapkan kami dua tahun awal adalah yang terbaik yang pernah saya rasakan. Kami mungkin bukan tim terbaik, tapi kami sangat terorganisir dan taktis.”
Selepas United, Solskjaer hanya sempat melatih Besiktas, ditunjuk Januari 2025 dan berpisah Agustus setelah gagal ke Eropa. Namun klub Turki itu terkenal sering berganti pelatih — lima sejak 2022 — sehingga masa singkatnya tidak banyak merusak reputasinya.
Ia belakangan terlihat hadir di Arsenal dan Salford, meski namanya jarang masuk daftar kandidat pelatih klub Inggris. Bahkan rumor ke Rangers sempat muncul setelah komentar Paul Scholes sebelum akhirnya posisi itu ditempati Danny Rohl.
Menariknya, menjauh dari Premier League justru memperkuat citra Solskjaer. Jika Wolves membutuhkan pelatih yang bersedia bertahan apabila mereka harus turun kasta, Ole bisa jadi jawabannya. Ada pelajaran pahit dari Leicester yang menunjuk Ruud van Nistelrooy dan gagal, namun jika Solskjaer siap menjalankan proyek restorasi, namanya layak dipertimbangkan.
Wolves mungkin sulit menemukan pilihan yang lebih baik saat ini.
