The Seagulls Siap Permalukan Man United Lagi di Old Trafford! Fabian Hurzeler Datang Untuk Menang!

Gilabola.com – Brighton dan pelatih muda mereka, Fabian Hurzeler, kembali menantang Manchester United di Old Trafford akhir pekan ini. Dengan enam kemenangan dari tujuh pertemuan terakhir di Premier League, termasuk dua kemenangan musim lalu, The Seagulls datang bukan untuk bertahan—melainkan untuk menang lagi.

Bagi Hurzeler, bertanding di stadion legendaris milik Setan Merah selalu menjadi kehormatan tersendiri. Namun, yang lebih penting baginya adalah menjaga konsistensi permainan tim.

Setelah menumbangkan Newcastle akhir pekan lalu dan memperpanjang rekor tak terkalahkan menjadi lima laga, pelatih berusia 32 tahun itu menegaskan ambisinya.

“Bermain di stadion sebesar itu selalu istimewa,” katanya kepada Sky Sports. “Tantangan kami adalah menjadikan performa melawan Newcastle sebagai kebiasaan, bukan sekadar momen sesaat. Kami harus membuktikan kalau kami bisa bersaing dengan tim terbaik di liga—tidak sekali, tapi berulang kali.”

Brighton datang dengan penuh kepercayaan diri, namun juga dengan respek terhadap kekuatan Manchester United. Hurzeler tahu tim Ruben Amorim punya kualitas individu luar biasa, terutama setelah kemenangan besar mereka atas Liverpool yang kembali mengangkat moral skuad.

“Tapi kami ke sana untuk bersaing di level tertinggi. Kami ke sana untuk menang,” tegasnya.

Pelajaran dari Kemenangan Sebelumnya

Brighton sudah punya kenangan manis di Old Trafford setelah menang 3-1 Januari lalu lewat gol Yankuba Minteh, Kaoru Mitoma, dan Georginio Rutter. Hurzeler mengaku kemenangan itu mengajarkannya satu hal penting: melawan Manchester United berarti harus menang di setiap duel kecil di lapangan.

“Mereka punya pemain yang bisa mengubah jalannya pertandingan hanya lewat satu aksi,” ujarnya. “Jadi, kami harus sempurna di setiap detail.”

Meski kedua tim kini hanya terpaut satu poin di klasemen, Manchester United tetap punya keunggulan finansial besar—menghabiskan hampir empat kali lipat dari Brighton di bursa transfer musim panas. Hurzeler sadar, uang mendatangkan kualitas, tapi tekad dan keyakinan tetap menjadi senjata utama.

“Kami tidak pernah bersembunyi dan tidak pernah takut,” katanya. “Kami hormat pada semua lawan, tapi kami percaya bisa mengalahkan siapa pun.”

Sistem Bukan Segalanya, Pemain yang Utama

Secara taktik, Hurzeler memahami tantangan besar menghadapi formasi tiga bek yang diandalkan Amorim. Ia sendiri sudah terbiasa dengan sistem ini sejak melatih St Pauli. Menurutnya, melawan tim dengan lima pemain bertahan membutuhkan kesabaran dan kreativitas untuk mencari celah.

“Formasi lima bek membuat lawan sulit menembus lebar lapangan. Jadi kuncinya adalah sabar dan jangan memaksakan umpan pertama,” jelasnya. “Kalau terlalu cepat kehilangan bola, mereka akan langsung melakukan transisi cepat.”

Namun, berbeda dengan Amorim yang setia pada sistemnya, Hurzeler justru fleksibel. Di Brighton, ia lebih sering memakai formasi empat bek karena merasa sistem harus mengikuti karakter pemain, bukan sebaliknya.

“Yang penting adalah memahami profil pemain,” ujarnya. “Kamu harus tahu di posisi mana mereka bisa tampil maksimal.”

Baginya, prinsip permainan lebih penting daripada formasi tetap. “Prinsip itu memberi arah, tapi kamu tetap harus bisa beradaptasi tanpa kehilangan gaya bermain.”

Menyiasati Umpan Panjang Setan Merah

Manchester United di bawah Amorim kini dikenal dengan gaya bermain langsung—mengandalkan umpan panjang dari penjaga gawang mereka, Senne Lammens. Dalam dua laga terakhir Premier League, 83 dari 90 umpannya diarahkan jauh ke depan.

“United sangat efektif dengan bola-bola panjang,” kata Hurzeler. “Mereka kuat dalam perebutan bola kedua dan itu terbukti jadi cara yang sukses.”

Untuk mengantisipasi itu, Brighton akan fokus pada koordinasi pressing dan kesiapan lini pertahanan. Hurzeler menekankan pentingnya memenangi bola kedua, serta tetap kompak ketika kalah dalam duel awal.

“Pastikan garis pertahananmu siap menutup jalur dalam,” jelasnya. “Karena mereka punya pemain seperti Benjamin Sesko yang bisa memantulkan bola untuk pelari cepat seperti Matheus Cunha, Bryan Mbuemo, atau Mason Mount.”

Menurutnya, menghadapi United bukan hanya tugas bek, tapi seluruh tim. “Yang paling penting adalah menjaga jarak antar pemain tetap rapat, menutup ruang, dan bermain intens.”

Perhatian Khusus Untuk Carlos Baleba

Salah satu pemain yang mendapat perhatian khusus dari Hurzeler adalah Carlos Baleba. Gelandang 21 tahun itu sempat tampil kurang konsisten di awal musim setelah sempat dikaitkan dengan transfer ke Manchester United. Namun, performanya kembali meningkat saat melawan Newcastle.

“Saya melihat Carlos yang lebih bertanggung jawab,” kata Hurzeler. “Sekarang tugasnya membuat performa bagus itu jadi kebiasaan.”

Pelatih asal Jerman itu dikenal tegas tapi jujur terhadap anak asuhnya. Ia ingin Baleba belajar menerima kritik keras demi tumbuh lebih baik.
“Hubungan kami terbuka. Saya selalu jujur tentang performanya,” ujarnya. “Carlos tidak akan berkembang hanya dengan pujian. Ia butuh lingkungan yang aman tapi juga umpan balik yang jujur.”

Menurut Hurzeler, inilah filosofi yang membuat Brighton terus berkembang—membangun pemain muda dalam atmosfer yang kompetitif namun positif.

Tak Ada Garis Akhir untuk Belajar

“Belajar tidak punya garis akhir,” ucap Hurzeler menutup wawancara. “Kami terus berprogres, terus beradaptasi, karena tim lain juga tak akan berhenti.”

Dengan semangat seperti itu, Brighton dan pelatih muda mereka tampak siap kembali menulis cerita berani di Old Trafford—mungkin, untuk kemenangan ketiga berturut-turut atas Setan Merah.

IKLAN