Gilabola.com – Erling Haaland mendapat kehormatan mengenakan ban kapten saat Manchester City menghadapi Newcastle pada Sabtu lalu. Namun, dalam sebuah momen yang cukup unik, ia lupa membawanya saat turun minum, sehingga City bermain tanpa kapten yang terlihat di babak kedua.
Meski Haaland sebelumnya pernah memimpin Norwegia saat Martin Ødegaard absen, pengalaman ini tetap terasa baru baginya. Selama ini, ia kerap dianggap sebagai robot pencetak gol yang hanya fokus menjebol gawang lawan. Namun, Pep Guardiola melihat sesuatu yang berbeda—sebuah evolusi kepemimpinan yang semakin nyata di skuad City.
Transformasi Haaland sebagai Pemimpin
Sejak awal musim, Guardiola sudah memprediksi bahwa Haaland akan berkembang menjadi sosok penting di ruang ganti. Namun, ketika City melakukan pemungutan suara untuk menentukan kelompok kepemimpinan tim, nama Haaland bahkan tidak masuk lima besar.
Tetapi ketika pemain-pemain senior absen saat melawan Newcastle, Guardiola tanpa ragu memberikan ban kapten kepada Haaland. Ini menunjukkan kepercayaan penuh terhadap striker Norwegia itu—seperti halnya yang terjadi pada Ilkay Gündogan musim lalu, meski ia hanya berada di urutan keenam dalam pemungutan suara kepemimpinan tim.
Haaland dikenal sebagai sosok yang kompetitif dan ambisius. Musim ini, ketika City mengalami beberapa hasil buruk, ia mengambilnya secara pribadi. Sering kali, ia tampak frustrasi, bahkan menyalahkan dirinya sendiri atas performa tim yang kurang maksimal.
Guardiola berkali-kali menjadikan Haaland sebagai contoh pemain yang menolak menyerah. Dedikasinya terhadap tim terlihat jelas, terutama saat City bersiap menghadapi tantangan berat di Santiago Bernabéu melawan Real Madrid.
Misi Mustahil di Bernabéu
Guardiola sempat pesimistis, menyebut peluang City untuk lolos hanya “satu persen” setelah kekalahan 3-2 di leg pertama. Namun, Carlo Ancelotti merespons dengan tenang. “Kami tidak berpikir punya 99 persen peluang lolos. Kami hanya punya sedikit keunggulan yang harus dimanfaatkan,” kata pelatih Madrid itu.
Ketika peluit akhir berbunyi di leg pertama, dua sosok langsung berjalan cepat ke terowongan tanpa menoleh ke belakang, Guardiola dan Haaland. Rasa frustrasi begitu terlihat, terutama setelah City membuang keunggulan 2-1 dalam empat menit terakhir pertandingan.
Namun, Haaland tak larut dalam kekecewaan. Kini, ia semakin vokal dalam tim, aktif berbicara dalam diskusi kelompok, dan bahkan mulai menegur rekan setimnya dengan cara yang membangun. Dengan kontrak baru berdurasi sembilan setengah tahun, Haaland telah menegaskan komitmennya untuk menjadi bagian dari era baru Manchester City.
Disiplin dan Dedikasi yang Tak Terbantahkan
Haaland bukan hanya pemain yang disiplin di lapangan. Ia selalu datang tepat waktu dalam latihan, tak pernah terlibat dalam kontroversi di luar lapangan, dan sangat menjaga kebugarannya.
Dikenal dengan diet ekstremnya yang mencapai 6.000 kalori per hari, Haaland juga menggunakan kacamata oranye khusus untuk meningkatkan kualitas tidurnya. Semua ini ia lakukan demi satu tujuan—tetap berada dalam kondisi terbaik.
Tak heran, ketika ia terjatuh dan tampak kesakitan saat melawan Newcastle, seluruh Etihad Stadium sempat menahan napas. Namun, Guardiola memastikan kondisinya baik-baik saja. Haaland sudah kembali berlatih selama dua hari terakhir dan ikut serta dalam penerbangan ke Madrid.
Duel Sengit dengan Antonio Rudiger
Di leg kedua nanti, Haaland akan menghadapi tantangan besar: Antonio Rudiger. Bek Jerman itu dikenal sebagai pemain yang tangguh dan tak ragu menggunakan sikut atau provokasi untuk mengganggu lawan.
Musim lalu, dalam pertemuan pertama mereka di Bernabéu, Haaland hanya mendapat 20 sentuhan, satu tembakan, dan kehilangan bola tujuh kali. Ini menjadi bukti betapa efektifnya Rudiger dalam meredam ketajaman striker Norwegia itu.
Namun, Haaland kini lebih siap. Ia mencetak delapan gol dalam sembilan pertandingan sejak pergantian tahun, dan sudah mengoleksi 27 gol di musim ini. Sumber dari dalam tim menyebut bahwa Haaland kini sangat termotivasi dan “siap bertarung habis-habisan”.
Manchester City butuh Haaland dalam versi terbaiknya. Bukan hanya sebagai pencetak gol, tetapi juga sebagai pemimpin di lapangan. Seperti kata Guardiola, “Kami harus menyerang, kami harus mencetak gol. Tidak hanya Erling, tapi dia sudah sangat konsisten. Kami butuh pertandingan yang hampir sempurna untuk bisa lolos.”
Di bawah tekanan atmosfer Santiago Bernabéu, City butuh Haaland yang “berat” bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara mental.