VAR Bermasalah! Gol Nick Woltemade ke Gawang Chelsea Sempat Tertahan di St James’ Park

Gilabola.com – Insiden VAR kembali menjadi perbincangan hangat di Premier League setelah teknologi offside semi-otomatis (SAOT) tidak berfungsi dalam laga Newcastle United kontra Chelsea. Akibat gangguan teknis tersebut, gol kedua Nick Woltemade harus melalui pemeriksaan VAR yang sangat lama sebelum akhirnya disahkan.

Pertandingan yang berlangsung di St James’ Park pada Sabtu siang WIB itu sempat terhenti cukup lama. Bukan karena pelanggaran keras atau keributan pemain, melainkan karena VAR terpaksa bekerja secara manual untuk menentukan posisi offside—sebuah situasi langka di era teknologi sepak bola modern.

Gol Kedua Woltemade Sempat Tertahan karena Masalah Teknologi

Nick Woltemade sejatinya tampil impresif sejak menit awal. Penyerang asal Jerman itu membuka keunggulan Newcastle hanya empat menit setelah kick-off. Namun, ketika ia kembali mencetak gol tak lama berselang, selebrasinya harus tertunda.

Masalahnya bukan pada pelanggaran di lapangan, melainkan kegagalan sistem. Teknologi offside semi-otomatis yang biasanya mempercepat pengambilan keputusan tidak bisa digunakan. VAR pun membutuhkan waktu lebih lama untuk memastikan apakah Woltemade berada dalam posisi offside atau tidak saat menerima bola.

Situasi ini memicu frustrasi, baik dari para pemain di lapangan maupun pendukung di tribun yang menunggu keputusan tanpa kejelasan.

Proses Gol: Dari Umpan Gordon hingga Finishing Woltemade

Gol tersebut berawal dari skema serangan rapi Newcastle. Lewis Hall—produk akademi Chelsea—mengalirkan bola ke Anthony Gordon di sisi kiri. Pemain timnas Inggris itu kemudian memotong ke dalam dan mengirimkan umpan melengkung ke kotak penalti.

Woltemade bergerak cerdas, unggul posisi dari Wesley Fofana, lalu menyambut bola dengan penyelesaian satu sentuhan yang klinis. Dari sudut pandang kasat mata, gol itu tampak sah. Namun VAR tetap harus memastikan lewat proses verifikasi yang panjang.

Penjelasan Resmi: SAOT Tidak Tersedia, VAR Kerja Manual

Komentator TNT Sports, Darren Fletcher, menjelaskan situasi yang terjadi di balik layar. Menurutnya, absennya teknologi semi-otomatis membuat VAR kehilangan alat utama yang biasanya mempercepat keputusan.

Ia menegaskan bahwa Peter Bankes selaku ofisial VAR membutuhkan waktu lebih lama karena harus membangun garis offside secara manual. Bagi sebagian orang, ini mungkin sulit diterima, tetapi itulah penyebab utama keterlambatan keputusan.

Premier League Match Centre kemudian mengeluarkan pernyataan resmi. Mereka mengonfirmasi bahwa keputusan awal wasit—gol—telah diperiksa dan disahkan VAR, dengan Woltemade dinyatakan berada dalam posisi onside. Keterlambatan terjadi semata-mata karena kendala teknis pada sistem SAOT.

Catatan Sejarah untuk Woltemade

Di balik drama VAR, Woltemade tetap mencatatkan prestasi istimewa. Berdasarkan data Opta, ia menjadi pemain keempat dalam sejarah Premier League yang mampu mencetak dua gol dalam 20 menit pertama melawan Chelsea.

Ia menyusul nama-nama besar seperti Robbie Fowler (Liverpool, 1994), Paul Scholes (Manchester United, 1995), dan Sergio Agüero (Manchester City, 2019). Sebuah pencapaian yang menempatkan Woltemade dalam daftar elite, meski namanya belum sebesar para pendahulunya.

Chelsea Juga Alami Kekecewaan VAR

Chelsea sendiri sempat mencetak gol balasan di babak pertama lewat Pedro Neto. Namun, euforia itu langsung terhenti. Gol tersebut dianulir karena sentuhan tangan Neto saat mengontrol bola sebelum masuk ke gawang.

Keputusan itu relatif cepat dan tidak menuai protes berarti dari kubu Chelsea. Berbeda dengan gol Woltemade, insiden ini tergolong jelas dan sesuai dengan regulasi handball yang berlaku.

Opini Kami

Masalah teknis pada VAR, khususnya teknologi offside semi-otomatis, menjadi alarm keras bagi Premier League. Liga yang mengklaim diri sebagai kompetisi paling maju di dunia seharusnya memiliki sistem cadangan yang lebih efisien agar pertandingan tidak terganggu terlalu lama.

Bagi penonton, jeda panjang tanpa informasi yang jelas justru merusak ritme dan emosi pertandingan. Transparansi dan kecepatan adalah kunci, bukan hanya akurasi. Jika VAR memang harus bekerja manual, komunikasi kepada publik seharusnya bisa dibuat lebih ringkas dan informatif agar frustrasi tidak semakin membesar.

SebelumnyaHasil Persebaya Surabaya vs Borneo FC Skor Akhir 2-2: Gol Telat Selamatkan Bajul Ijo dari Kekalahan
SelanjutnyaDrama di Tyneside: Dua Gol Woltemade Sirna, Newcastle Ditahan The Blues 2-2