“We Want You to Stay!”: Ketika Fans Manchester City Tak Rela Kevin de Bruyne Pergi

Gilabola.comKevin de Bruyne menjalani malam penuh emosi di Stadion Etihad dalam laga kandang terakhirnya bersama Manchester City. Malam itu, bukan hanya tentang sepak bola dan kemenangan 3-1 atas Bournemouth, tetapi tentang kepergian sosok yang sudah menjadi legenda klub.

Sebelum pertandingan, wajah De Bruyne sudah terlihat di mana-mana. Dari kaos suporter, syal yang dijual di luar stadion, hingga program pertandingan yang menampilkan ilustrasi dirinya dengan mahkota trofi Premier League. Bahkan klub sampai mengabadikan namanya dalam bentuk mosaik dan nama jalan di akademi City.

Meskipun atmosfer penuh semangat, pertandingan sendiri tak memberi penutup sempurna bagi sang maestro. De Bruyne sebetulnya mendapat peluang emas di babak pertama, namun gagal mengubahnya menjadi gol.

Bola hasil sodoran matang justru melambung mengenai mistar, membuat para suporter terdiam. Dia hanya bisa menutupi wajah dengan tangan, sementara Rodri di bangku cadangan pun terlihat terpana.

Gelandang 33 tahun itu akhirnya diganti setelah Mateo Kovacic mendapat kartu merah, mengakhiri laga kandangnya dalam suasana yang tak seperti diimpikan. Dia mengakui bahwa momen tersebut terasa “mengerikan” dan bahkan menyebut anaknya pasti akan sangat kritis terhadap kegagalan itu.

Namun kegagalan di lapangan tidak menghalangi gelombang penghormatan yang datang setelah peluit panjang. Suasana berubah haru ketika layar stadion menampilkan cuplikan momen-momen terbaiknya selama satu dekade bersama City, lengkap dengan pesan dari mantan rekan seperti Aguero, Kompany, Sterling, dan Zabaleta.

Pep Menangis, Fans Bernyanyi

Banner fans Manchester City untuk Kevin de Bruyne

Pep Guardiola tak mampu menyembunyikan emosinya. Dia mengatakan bahwa semua orang bisa melihat betapa besar cinta dari warga Manchester kepada De Bruyne dan keluarganya. Menurutnya, hari itu adalah hari yang menyedihkan dan tak diragukan lagi bahwa sang pemain akan sangat dirindukan.

Guardiola juga menyebut bahwa ketika De Bruyne pertama datang, mungkin dia belum menjadi pendukung Manchester City, tapi kini ia yakin bahwa gelandang asal Belgia itu sudah menjadi bagian dari klub selamanya.

Saat ditanya soal makna Manchester City dalam hidupnya, De Bruyne menyebut bahwa klub ini adalah rumah, adalah keluarga, dan bahwa anak-anaknya kini sudah menjadi ‘Manc’, istilah untuk warga asli Manchester.

Gelandang internasional Belgia itu menyampaikan rasa terima kasihnya atas semua dukungan yang membuat dirinya menjadi pribadi dan pemain yang lebih baik.

Di sisi lain, mantan bek City, Micah Richards, menyebut bahwa De Bruyne adalah sosok yang rendah hati dan tak banyak bicara, tapi biarlah permainannya di lapangan yang menjadi saksi kehebatannya. Richards menyebut bahwa sang gelandang layak mendapatkan penghormatan sebesar itu.

Dalam catatan statistik, De Bruyne telah bermain 283 kali di Premier League sejak debutnya pada 2015, mencetak 72 gol dan memberi 119 assist, angka tertinggi kedua sepanjang masa di liga. Dia juga menciptakan 843 peluang, jauh di atas pesaing terdekatnya.

Walau malam itu menjadi perpisahan resmi di Etihad, De Bruyne mengaku tidak meninggalkan klub karena keinginannya sendiri. Dia bahkan terkejut karena belum mendapat tawaran perpanjangan kontrak.

Sementara itu, nama-nama seperti Morgan Gibbs-White mulai disebut sebagai calon pengganti, meski mantan pemain seperti Richards percaya bahwa De Bruyne tidak bisa digantikan begitu saja.