
Gilabola.com – Steven Gerrard secara jujur menilai bahwa kegagalan generasi emas tim nasional Inggris disebabkan oleh ego besar para pemainnya. Mantan kapten Liverpool itu mengungkap, hubungan antar pemain dari klub berbeda seperti Liverpool, Manchester United, dan Chelsea dipenuhi jarak dan rivalitas yang berlebihan.
Dia menjelaskan bahwa para pemain Inggris pada masa itu sulit menjalin keakraban di luar lapangan. Padahal, di klub masing-masing mereka merupakan bintang besar sepak bola Premier League yang seharusnya bisa menjadi pondasi tim nasional yang solid.
Gerrard menilai bahwa rasa bangga terhadap klub masing-masing membuat mereka gagal bersatu sebagai satu kesatuan. Dia menyebut, tidak adanya kedekatan emosional di ruang ganti menjadi salah satu alasan utama mengapa Inggris selalu tersingkir lebih awal di turnamen besar.
Dalam podcast bersama Rio Ferdinand, Gerrard mengatakan bahwa dirinya dan rekan-rekan sezamannya seperti Paul Scholes, Frank Lampard, hingga John Terry terlalu terjebak pada rivalitas klub. Dia mengaku baru menyadari betapa konyolnya hal itu setelah pensiun.
Menurut Gerrard, para pemain seperti Carragher, Scholes, dan Gary Neville kini terlihat akrab di layar televisi, seolah sudah bersahabat sejak lama. Padahal, saat masih bermain bersama di tim nasional, hubungan mereka justru dingin dan terpisah.
Dia merenung, mengapa pada usia muda mereka tidak mampu membangun hubungan seperti sekarang. Gerrard menyebut hal itu sebagai bukti bahwa kedewasaan datang terlambat, sementara masa emas sepak bola mereka sudah terlewat.
Gerrard juga menyebut bahwa budaya di lingkungan tim nasional Inggris kala itu sangat tertutup. Para pemain cenderung mengurung diri di kamar masing-masing, jarang berbicara, dan tak berusaha mempererat hubungan antarpemain.
Kondisi itu membuat suasana skuad Inggris terasa kaku. Dia menilai, meski secara individu mereka memiliki kualitas kelas dunia, tidak ada semangat kebersamaan yang tumbuh kuat di antara mereka.
Pengakuan Pahit dari Seorang Kapten
Meski mencatat 114 penampilan bersama tim nasional, Gerrard mengaku pernah membenci suasana di dalam kamp Inggris. Dia menyebut dirinya sering merasa tertekan dan tidak nyaman selama pemusatan latihan.
Dia bercerita bahwa dirinya kerap merasa kesepian saat berada di kamar hotel. Tidak ada hiburan berarti, tidak ada DVD, bahkan hanya menonton saluran televisi terbatas yang membuatnya jenuh.
Gerrard menuturkan, dirinya hanya menantikan sesi latihan dan pertandingan karena itu satu-satunya momen yang menyenangkan. Di luar itu, dia merasa tidak menjadi bagian dari tim yang utuh dan saling terhubung.
Baginya, menjadi pemain tim nasional adalah kehormatan besar, namun pengalaman pribadi di balik layar tidak seindah yang dibayangkan publik. Dia bangga mengenakan seragam Inggris, tetapi kecewa karena tim tidak pernah mencapai potensi terbaiknya.
Pernyataan Gerrard ini kembali membuka diskusi tentang generasi emas Inggris yang gagal memanfaatkan talenta besar mereka. Meski dihuni banyak bintang kelas wahid, skuad tersebut tak pernah mencapai semifinal turnamen besar mana pun.
Kini, generasi baru Inggris telah belajar dari masa lalu. Gerrard berharap para pemain muda seperti Jude Bellingham dan Bukayo Saka bisa menjaga kekompakan tanpa terjebak pada gengsi klub seperti generasinya dulu.