Alvaro Morata Ungkap Rasa Depresi Jelang Euro 2024, “Saya Pura-Pura Cedera”

Gilabola.comAlvaro Morata, striker tim nasional Spanyol dan kini pemain Galatasaray, mengungkap sisi kelam dalam karier sepak bolanya yang banyak tidak diketahui orang.

Dalam dokumenter terbaru berjudul “Morata: They Don’t Know Who I Am”, dia mengaku pernah mencoba memalsukan cedera demi menghindari tampil di Euro 2024, turnamen yang justru mengantar Spanyol menjadi juara.

Morata menyebut bahwa dia berada dalam kondisi mental yang sangat rapuh menjelang kompetisi tersebut. Tekanan dari publik, cibiran di stadion, dan pengalaman pahit bersama Atletico Madrid di Liga Champions membuatnya berada di titik nadir. Dia bahkan mengaku sempat takut tidur karena merasa akan meninggal dalam tidurnya.

“Saya takut segalanya,” ujar Morata. “Dada terasa sesak, sulit bernapas, tubuh sakit padahal tidak ada cedera. Saya menghubungi dokter tim nasional dan ingin pura-pura cedera agar tak perlu berangkat ke turnamen.”

Namun, nasib berkata lain. Dia akhirnya ikut bergabung dengan skuad Spanyol setelah berbicara dengan Andres Iniesta, legenda sepak bola yang juga pernah mengalami depresi berat.

Dukungan dari rekan-rekan setim seperti Koke dan Alex Remiro, pelatih Diego Simeone, hingga sesi terapi bersama psikiater Pilar de Castro-Manglano, membantu Morata menghadapi beban mentalnya.

Euro 2024: Titik Balik dan Momen Terindah

Meski sempat ingin mundur, Morata akhirnya memainkan semua pertandingan Spanyol di Euro 2024 sebagai kapten dan titik sentral serangan. Dia bukan pencetak gol terbanyak, namun perannya membuka ruang bagi pemain muda seperti Lamine Yamal dan Nico Williams untuk bersinar.

“Gelar itu adalah momen paling bahagia dalam karier saya,” katanya, merujuk pada kemenangan 2-1 atas Inggris di final lewat gol Mikel Oyarzabal pada menit ke-86.

Kehidupan pribadi Morata juga sempat terguncang saat istrinya, Alice Campello, hampir meninggal saat melahirkan anak keempat mereka. Pasangan ini sempat berpisah pasca-Euro, namun kini telah kembali bersama.

Tekanan di dunia sepak bola, terutama di negara seperti Spanyol yang penuh gairah, bisa menjadi beban tak terlihat. Morata mengaku bahwa kritik dari fans Atletico setelah kegagalan di Liga Champions menjadi pemicu utamanya. Dia pun memutuskan hengkang ke Milan demi kesehatan mentalnya.

“Sepak bola seharusnya jadi cinta terbesar saya, tapi saat itu berubah menjadi sesuatu yang menakutkan,” ucapnya.

Kini, di usia 32 tahun, Alvaro Morata masih bermain, namun dengan kesadaran dan pemahaman baru akan pentingnya kesehatan mental, pesan penting yang seharusnya jadi perhatian lebih luas di dunia sepak bola modern.