
Gilabola.com – Barcelona tetap percaya diri bisa mencapai kesepakatan transfer Hamza Abdelkarim yang berusia 17 tahun, meski terdapat perbedaan signifikan dalam penilaian harga dengan Al Ahly.
Klub Catalan itu menilai sang pemain cocok untuk langsung memperkuat level usia muda, sementara negosiasi masih terkendala selisih angka antara permintaan Rp 100 Miliar dan tawaran sekitar Rp 36 Miliar, dengan keinginan kuat pemain turut memengaruhi dinamika pembicaraan.
Nama Hamza Abdelkarim terus beredar di lingkungan internal Barcelona. Tim pemandu bakat dan pelatih akademi menilai pemain muda tersebut memiliki kualitas teknis dan mental yang jarang dimiliki pemain seusianya.
Keyakinan itu membuat minat Barcelona bersifat nyata dan berkelanjutan. Klub melihat potensi kontribusi langsung di level usia muda, bukan sekadar proyek jangka panjang yang membutuhkan waktu adaptasi lama.
Dari sudut pandang teknis, Abdelkarim dianggap sesuai dengan profil yang dicari akademi Barcelona. Dia dinilai nyaman menguasai bola, berani mengambil keputusan, dan tidak canggung memikul tanggung jawab di lapangan.
Lingkungan pembinaan Barcelona diyakini dapat mempercepat perkembangan pemain asal Mesir tersebut. Struktur akademi yang mapan dianggap cocok untuk memaksimalkan potensinya sejak tahap awal.
Perbedaan Angka yang Jadi Penghalang
Hambatan utama dalam proses ini tetap bersifat finansial. Laporan media Spanyol menyebut Al Ahly masih bertahan pada bandrol senilai Rp 100 Miliar untuk melepas Abdelkarim.
Barcelona, di sisi lain, tidak bersedia melampaui angka Rp 36 Miliar setelah masa peminjaman sang pemain berakhir. Selisih yang cukup jauh inilah yang membuat kesepakatan belum tercapai.
Perbedaan nilai tersebut menjadi penjelas mengapa pembicaraan berjalan lambat. Kedua klub masih mencari titik temu yang dianggap adil bagi masing-masing pihak. Meski demikian, ada sinyal positif dari sikap Al Ahly. Permintaan Rp 100 Miliar saat ini sebenarnya sudah turun cukup jauh dibanding tuntutan awal mereka.
Sebelumnya, klub Mesir tersebut sempat meminta nilai mendekati Rp 158 Miliar. Rincian itu mencakup Rp 39 Miliar sebagai pembayaran tetap dan Rp 118 Miliar dalam bentuk bonus berbasis performa.
Turunnya angka menjadi Rp 100 Miliar dipahami sebagai bentuk kompromi. Al Ahly dinilai menyadari sulitnya mempertahankan harga awal di tengah situasi pasar.
Di kubu Barcelona, prinsip keuangan tetap menjadi pegangan utama. Klub tidak ingin melanggar batas yang telah ditetapkan, terutama untuk rekrutan usia muda.
Kebijakan tersebut dipertahankan agar struktur finansial tetap seimbang. Barcelona menilai pengembangan pemain muda harus sejalan dengan kontrol biaya yang ketat. Karena itu, muncul keyakinan internal bahwa kesepakatan masih mungkin dicapai. Optimisme tumbuh seiring berlanjutnya komunikasi antar klub.
Di balik negosiasi, faktor paling menentukan datang dari sang pemain. Hamza Abdelkarim disebut sangat ingin melanjutkan karier di Barcelona. Keinginan itu sudah disampaikan secara jelas dan konsisten. Dia melihat Barcelona sebagai tempat ideal untuk mengembangkan kemampuan dan karier jangka panjang.
Sikap pemain ini turut memengaruhi suasana pembicaraan. Dalam banyak kasus, klub asal cenderung melunak ketika pemain muda menunjukkan tekad kuat untuk pindah.
Tekanan tidak datang dalam bentuk konflik terbuka, namun lewat sinyal bahwa sang pemain ingin melangkah ke level berikutnya. Hal ini menjadi pertimbangan penting bagi Al Ahly.
Pendapat Kami:
Menurut kami, keyakinan Barcelona bukan tanpa dasar karena penurunan harga dari Al Ahly dan keinginan kuat pemain menciptakan ruang kompromi, meski tetap ada risiko negosiasi berlarut-larut jika kedua pihak terlalu kaku mempertahankan angka masing-masing.
