Dulu Jadi Tertawaan, Kini Chelsea Hanya Satu Kemenangan Untuk Dapatkan Rasa Hormat!

Gilabola.comChelsea, yang sempat dicemooh karena strategi belanja pemain muda dan kontrak jangka panjang yang dianggap sembrono, kini berdiri di ambang pembuktian besar.

Setelah kekalahan di final Piala Carabao 2024 dari Liverpool, mereka disebut-sebut sebagai proyek gagal, tim mahal tanpa arah, dan hanya dipenuhi anak-anak akademi.

Namun kini, setelah menuntaskan 63 pertandingan dalam musim penuh tekanan, Chelsea tinggal satu kemenangan lagi dari menyandang status juara dunia versi FIFA.

Mereka telah memastikan pendapatan lebih dari Rp 1,75 Triliun hanya dari keikutsertaan di turnamen ini. Dengan skuad termuda dalam sejarah Liga Inggris dan pelatih anyar Enzo Maresca, The Blues berhasil finis di posisi keempat Premier League dan meraih trofi perdana era Todd Boehly lewat kemenangan di Piala Konferensi Eropa.

Kini, dalam pertandingan ke-64 mereka di musim 2024/2025 ini, melawan Paris Saint-Germain di final Piala Dunia Antar Klub, Chelsea siap mengubah tawa sinis menjadi tepuk tangan hormat.

Cucurella, Palmer, dan Misi Menaklukkan Raksasa Paris

Marc Cucurella mencerminkan perubahan besar dalam persepsi terhadap Chelsea. Bek kiri itu kini tak lagi jadi sasaran siulan suporter sendiri, tapi sudah cukup disegani hingga dicemooh oleh fans lawan karena permainannya yang makin tajam.

Doa mengungkap bahwa gangguan dari penonton justru menjadi isyarat bahwa mereka akan kalah. Dia menyebut bahwa final kali ini akan berjalan ketat dan peluang terbuka untuk kedua tim.

Ketika ditanya tentang lawan terberat yang pernah dia hadapi, Cucurella menunjuk Ousmane Dembele, yang kini jadi tumpuan PSG. Dia sudah dua kali berhasil menghentikan pemain Prancis itu, baik di semifinal Euro 2024 maupun di final Nations League.

Kini, keduanya akan kembali berhadapan dalam laga yang bisa menentukan siapa yang akan menggenggam trofi dunia di final Piala Dunia Antar Klub FIFA 2025.

Meski PSG datang sebagai unggulan setelah menyingkirkan Real Madrid 4-0 di semifinal, Chelsea enggan mengubah filosofi permainan mereka. Bahkan saat menghadapi tekanan gila dari lini depan PSG, mereka tetap akan membangun serangan dari belakang.

Di balik layar, mentalitas mereka pun tak kalah siap. Dembele dan Cole Palmer yang mengikuti sesi pemotretan bersama trofi di Rockefeller Center pun menolak menyentuhnya, seolah tahu betapa beratnya perjuangan yang akan datang.

Bagi Chelsea, kemenangan di final Piala Dunia Antar Klub FIFA di Stadion MetLife, New Jersey, bukan sekadar tentang piala. Tapi juga tentang menghapus cemoohan dan meraih hormat yang selama ini ditahan oleh dunia sepak bola.