Gilabola.com – Piala Dunia Antarklub FIFA yang direncanakan untuk tahun depan kini memicu ketegangan antara FIFA dan dua mitra utamanya, Adidas dan Coca-Cola.
Dengan menurunnya daya tarik turnamen ini di mata penonton global, FIFA kini berada dalam tekanan untuk mengamankan pendanaan tambahan dari sponsor utama guna menopang acara tersebut.
FIFA, yang selama ini memiliki hubungan jangka panjang dengan Adidas dan Coca-Cola, kini menginginkan kedua perusahaan ini meningkatkan kontribusi dana untuk Piala Dunia Antarklub, sejalan dengan ambisi besar presiden FIFA, Gianni Infantino, untuk membuat turnamen ini lebih sukses.
Meski kedua perusahaan telah menyepakati kontrak hingga 2030 yang bernilai Rp 1,1 Trilyun, FIFA berharap dapat menegosiasikan kontrak yang lebih tinggi untuk mendukung pengembangan turnamen ini.
Namun, niat ini menghadapi tantangan, terutama dari pihak Adidas dan Coca-Cola yang keberatan dengan perubahan FIFA terhadap struktur dan skala turnamen tersebut.
Pusat Arbitrase Swiss di Zurich diperkirakan akan menjadi tempat penyelesaian sengketa ini, karena baik Adidas maupun Coca-Cola membawa kasus mereka untuk ditinjau.
Kedua perusahaan ini merasa bahwa hak eksklusivitas mereka sebagai sponsor resmi sudah seharusnya mencakup semua kompetisi FIFA, termasuk Piala Dunia Antarklub.
Namun, dengan adanya perubahan yang dianggap mendadak oleh pihak sponsor, FIFA berusaha memperbarui ketentuan kontrak dan menambah dana sponsor untuk turnamen tersebut.
Menanggapi isu ini, FIFA menyatakan telah berada dalam tahap negosiasi lanjutan dengan sejumlah calon sponsor. Seorang juru bicara FIFA mengatakan bahwa beberapa mitra baru dan lama menunjukkan minat kuat pada Piala Dunia Antarklub yang baru. Dikatakan pula bahwa FIFA akan mengumumkan kemitraan besar dalam waktu dekat.
Di sisi lain, Coca-Cola, melalui juru bicaranya, memilih untuk meredam potensi konflik dengan menyatakan bahwa mereka menghargai hubungan jangka panjang dengan FIFA dan berkomitmen untuk terus menyegarkan serta melibatkan penggemar global.
Pernyataan ini tampaknya menunjukkan bahwa Coca-Cola berupaya menjaga posisi sebagai mitra FIFA yang berkomitmen, sambil mempertimbangkan potensi negosiasi ulang.
Cari Sponsor Tambahan
Ketidakpastian seputar pendanaan untuk Piala Dunia Antarklub juga memicu FIFA untuk menjajaki sumber sponsor tambahan. Beberapa sumber menyebutkan bahwa FIFA mendekati Bank of America, yang sudah menjadi sponsor untuk Piala Dunia 2026.
Selain itu mereka juga mendekati Dana Investasi Publik Arab Saudi guna mendapatkan dukungan finansial untuk acara tersebut. Langkah ini menunjukkan besarnya upaya FIFA untuk mencari solusi demi memastikan Piala Dunia Antarklub dapat berjalan sesuai rencana.
Dengan hubungan yang sudah terjalin selama lebih dari lima dekade, Adidas dan Coca-Cola merasa FIFA seakan lebih berfokus pada turnamen-turnamen baru yang diharapkan bisa memberikan pendapatan besar, daripada memperkuat hubungan dengan mitra lama.
Keputusan untuk meminta kenaikan dana sponsor tanpa mempertimbangkan eksklusivitas sponsor FIFA dalam kontrak dianggap oleh kedua perusahaan sebagai langkah yang kurang adil, mengingat dukungan lama mereka terhadap berbagai program dan turnamen FIFA.
Sementara FIFA berusaha keras memperluas jangkauan dan pendapatan melalui Piala Dunia Antarklub yang baru, tantangan yang dihadapi tidak hanya soal keuangan, tetapi juga terkait menjaga komitmen para mitra.
Konflik ini mencerminkan situasi yang kompleks antara kebutuhan FIFA untuk mengembangkan turnamen dan mempertahankan sponsor setia yang merasa kontribusinya layak dihargai lebih tinggi.
yang direncanakan untuk tahun depan kini memicu ketegangan antara FIFA dan dua mitra utamanya, Adidas dan Coca-Cola.
Dengan menurunnya daya tarik turnamen ini di mata penonton global, FIFA kini berada dalam tekanan untuk mengamankan pendanaan tambahan dari sponsor utama guna menopang acara tersebut.
FIFA, yang selama ini memiliki hubungan jangka panjang dengan Adidas dan Coca-Cola, kini menginginkan kedua perusahaan ini meningkatkan kontribusi dana untuk Piala Dunia Antarklub, sejalan dengan ambisi besar presiden FIFA, Gianni Infantino, untuk membuat turnamen ini lebih sukses.
Meski kedua perusahaan telah menyepakati kontrak hingga 2030 yang bernilai Rp 1,1 Trilyun, FIFA berharap dapat menegosiasikan kontrak yang lebih tinggi untuk mendukung pengembangan turnamen ini.
Namun, niat ini menghadapi tantangan, terutama dari pihak Adidas dan Coca-Cola yang keberatan dengan perubahan FIFA terhadap struktur dan skala turnamen tersebut.
Pusat Arbitrase Swiss di Zurich diperkirakan akan menjadi tempat penyelesaian sengketa ini, karena baik Adidas maupun Coca-Cola membawa kasus mereka untuk ditinjau.
Kedua perusahaan ini merasa bahwa hak eksklusivitas mereka sebagai sponsor resmi sudah seharusnya mencakup semua kompetisi FIFA, termasuk Piala Dunia Antarklub.
Namun, dengan adanya perubahan yang dianggap mendadak oleh pihak sponsor, FIFA berusaha memperbarui ketentuan kontrak dan menambah dana sponsor untuk turnamen tersebut.
Menanggapi isu ini, FIFA menyatakan telah berada dalam tahap negosiasi lanjutan dengan sejumlah calon sponsor. Seorang juru bicara FIFA mengatakan bahwa beberapa mitra baru dan lama menunjukkan minat kuat pada Piala Dunia Antarklub yang baru. Dikatakan pula bahwa FIFA akan mengumumkan kemitraan besar dalam waktu dekat.
Di sisi lain, Coca-Cola, melalui juru bicaranya, memilih untuk meredam potensi konflik dengan menyatakan bahwa mereka menghargai hubungan jangka panjang dengan FIFA dan berkomitmen untuk terus menyegarkan serta melibatkan penggemar global.
Pernyataan ini tampaknya menunjukkan bahwa Coca-Cola berupaya menjaga posisi sebagai mitra FIFA yang berkomitmen, sambil mempertimbangkan potensi negosiasi ulang.
Cari Sponsor Tambahan
Ketidakpastian seputar pendanaan untuk Piala Dunia Antarklub juga memicu FIFA untuk menjajaki sumber sponsor tambahan. Beberapa sumber menyebutkan bahwa FIFA mendekati Bank of America, yang sudah menjadi sponsor untuk Piala Dunia 2026.
Selain itu mereka juga mendekati Dana Investasi Publik Arab Saudi guna mendapatkan dukungan finansial untuk acara tersebut. Langkah ini menunjukkan besarnya upaya FIFA untuk mencari solusi demi memastikan Piala Dunia Antarklub dapat berjalan sesuai rencana.
Dengan hubungan yang sudah terjalin selama lebih dari lima dekade, Adidas dan Coca-Cola merasa FIFA seakan lebih berfokus pada turnamen-turnamen baru yang diharapkan bisa memberikan pendapatan besar, daripada memperkuat hubungan dengan mitra lama.
Keputusan untuk meminta kenaikan dana sponsor tanpa mempertimbangkan eksklusivitas sponsor FIFA dalam kontrak dianggap oleh kedua perusahaan sebagai langkah yang kurang adil, mengingat dukungan lama mereka terhadap berbagai program dan turnamen FIFA.
Sementara FIFA berusaha keras memperluas jangkauan dan pendapatan melalui Piala Dunia Antarklub yang baru, tantangan yang dihadapi tidak hanya soal keuangan, tetapi juga terkait menjaga komitmen para mitra.
Konflik ini mencerminkan situasi yang kompleks antara kebutuhan FIFA untuk mengembangkan turnamen dan mempertahankan sponsor setia yang merasa kontribusinya layak dihargai lebih tinggi.