Final Piala Dunia Antar Klub FIFA Jadi Panggung Kejeniusan Taktik Enzo Maresca

Gilabola.comChelsea kini resmi menyandang gelar juara dunia setelah menaklukkan Paris Saint-Germain dalam final Piala Dunia Antar Klub FIFA pada Senin (14/7) dini hari WIB.

Kemenangan 3-0 yang ditorehkan di Stadion MetLife itu menjadi klimaks dari musim yang panjang, ganjil, dan penuh kejutan, musim di mana Chelsea sempat kalah dari Ipswich Town dan Legia Warsaw, hanya finis keempat di Liga Inggris, dan bermain di kompetisi kasta ketiga Eropa.

Namun, hasil akhir ini membungkam semua keraguan. Chelsea bukan hanya mengalahkan juara Eropa, tetapi melakukannya dengan cara yang sangat meyakinkan.

Ketika PSG sebelumnya menyingkirkan Real Madrid dan Inter Milan dengan skor mencolok, Chelsea justru mampu membekukan permainan tim asal Prancis itu dengan taktik brilian dari Enzo Maresca.

PSG sempat kehilangan kendali menjelang akhir laga. Joao Neves diusir keluar karena menarik rambut panjang Marc Cucurella, dan Gianluigi Donnarumma bahkan terlibat adu fisik dengan pemain Chelsea usai peluit panjang.

Luis Enrique, pelatih Paris Saint-Germain, bahkan dilaporkan sempat menyentuh wajah Joao Pedro dalam insiden panas tersebut, dengan juara Eropa benar-benar dibuat frustrasi oleh The Blues.

Joao Pedro sendiri menjadi mimpi buruk PSG sepanjang pertandingan. Pemain anyar yang datang dari Brighton ini tampil brilian sejak laga pertamanya. Gol ketiga Chelsea yang dicetaknya lewat sepakan cungkil menjadi gol keduanya dalam dua penampilan sejak bergabung di tengah turnamen.

Namun malam itu milik Cole Palmer. Sang poster boy Chelsea mencetak dua gol ke sudut kiri bawah gawang dan memberi assist untuk Pedro. Dengan gaya bermain penuh percaya diri, Palmer berhasil mendikte permainan dan menjadi bintang utama.

Maresca Ubah Chelsea Jadi Mesin Kemenangan di Tengah Musim Melelahkan

Dengan kemenangan ini, Chelsea tak hanya membawa pulang trofi prestisius, tetapi juga hadiah senilai Rp 1,9 Triliun. Sebuah suntikan finansial besar, bahkan bagi klub sebesar Chelsea.

Namun lebih dari itu, kemenangan ini membawa dampak psikologis luar biasa — membuktikan bahwa tim ini telah berubah dari sekadar ‘billion-pound project’ menjadi kekuatan nyata di level tertinggi sepak bola.

Enzo Maresca diketahui telah meminta pasukannya bermain dengan garis pertahanan tinggi, strategi yang ternyata justru menjebak Paris Saint-Germain dalam permainan sendiri.

Lini belakang Chelsea yang cepat berhasil mematikan serangan-serangan cepat PSG, dan ketika pertahanan bocor pun, Robert Sanchez tampil luar biasa menjaga gawang tetap perawan.

Di lini depan, trio Pedro, Palmer, dan Neto memanfaatkan setiap ruang yang ditinggalkan PSG untuk melakukan serangan balik cepat. Saat Pedro ditarik keluar, Liam Delap masuk dan hampir saja menambah keunggulan Chelsea menjadi 4-0.

Tidak ada tanda-tanda mereka ingin bermain aman — Chelsea ingin menutup musim ini dengan pernyataan keras, saat Enzo Maresca membuktikan bahwa dia benar-benar layak diperhitungkan sebagai juru taktik.

Musim yang dimulai dengan inkonsistensi akhirnya ditutup dengan kejayaan global. Pertandingan ke-65 dalam 51 minggu Chelsea menjadi yang terbaik — sebuah pertunjukan sepak bola yang menyatukan kecepatan, ketepatan, dan keberanian.

Dan kini, dengan trofi kedua musim ini di tangan, Chelsea sudah kembali ke jalur elit. Sulit untuk membantahnya. Mereka telah mengubah dari tim bullyan menjadi tim yang layak mendapatkan rasa hormat.