Gila Bola – Masih ingat foto ini? Adegan ketika bekas pemain Manchester United yang juga bermain mewakili timnas Brasil harus dibantu pernafasan dengan tabung oksigen usai ditarik keluar karena kesulitan bernafas dalam sebuah pertandingan di La Paz, Bolivia.
Anderson, nama pemain Selecao itu, dalam foto di atas tengah mewakili klub Internacional dalam laga Copa Libertadores, semacam Liga Champions untuk wilayah Amerika Selatan. Lebih sial lagi, klubnya kalah 3-1 dalam laga itu melawan klub The Strongest asal Bolivia tersebut.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena laga sepak bola yang sangat menguras tenaga dan membutuhkan banyak oksigen itu dilangsungkan di ketinggian 3.690 meter yang akan memberi kesulitan bernafas bagi pemain dari daerah pesisir pantai.
Inilah strategi tim-tim Amerika Selatan untuk menyulitkan raksasa Conmebol seperti Argentina dan Brasil. Mengajak para pemain tim raksasa tersebut untuk banyak berlari dan terengah-engah kehabisan nafas pada laga di ketinggian.
Taktik Unik Tim Bolivia, Ekuador, Kolombia Bermain di Ketinggian yang Menyesakkan
Ini menjadi trend pada dekade 2000-an saat tim-tim yang memiliki ibukota di ketinggian, seperti halnya Bolivia, Ekuador atau Peru, melangsungkan laga-laga kualifikasi zona Amerika Selatan di ibukota mereka masing-masing.
La Paz selaku ibukota Bolivia, sudah disebut tadi, berada di ketinggian 3.690 meter. Sementara itu ibukota Ekuador, Quito, 2.850 meter di atas permukaan laut. Bogota, ibukota negara Kolombia berada di ketinggian 2.640 meter.
Untuk bisa memahami hal ini, sebagai perbandingan, Bukittinggi di Sumatera Barat merupakan kota di ketinggian sekitar 910 meter saja. Baturaden di dekat Purwokerto, 980 meter. Lembang di utara Bandung memiliki elevasi 1.300 meter.
FIFA Pernah Melarang Laga-laga Internasional di Ketinggian
Saking menjadi kebiasaan tim nasional dan klub-klub dari negara yang bersangkutan melangsungkan laga sepak bola di ketinggian, FIFA sampai pernah keluar dengan larangan memainkan laga sepak bola di atas elevasi 2.500 meter.
Larangan memainkan pertandingan itu dikeluarkan pada Mei 2007, menyusul keluhan dari pihak PSSI-nya Brasil. Namun peraturan aneh FIFA ini, yang akan membuat tim-tim asal tiga negara pegunungan itu tidak bisa memainkan laga sepak bola di kandangnya, dicabut satu tahun kemudian pada 2008.
Terkait dengan larangan itu, legenda Argentina Diego Maradona pernah memimpin sebuah tim bertanding lawan skuad yang diarahkan oleh Presiden Bolivia Evo Morales dan menang 7-4. Jika seorang pemain bola berumur 47 tahun saja bisa berlari selama 90 menit maka seharusnya pemain yang lebih muda tidak akan kesulitan.
Kapan Jadwal Argentina dan Brasil di Tiga Negara Pegunungan Itu?
Nantikan momen-momen ketika para pemain Argentina dan Brasil bertanding di akhir pekan liga masing-masing di Eropa, terbang ke Amerika Selatan pada hari Senin atau Selasa dan harus bertanding pada Kamis atau Jumat tanpa bisa menjalani aklimatisasi lebih dulu selama satu pekan.
Bolivia akan menjamu Lionel Messi dan rekan-rekannya pada 12 September 2023 di La Paz. Di hari yang sama Kolombia menjamu Uruguay di Quito. Keduanya untuk matchday kedua kualifikasi zona Conmebol.