Gilabola.com – Kalimat Jamie Carragher tentang Casemiro yang pernah dia sampaikan di Monday Night Football masih membekas hingga kini. Dia menilai bahwa sang gelandang seharusnya meninggalkan dunia sepak bola sebelum sepak bola itu sendiri yang meninggalkannya.
Carragher bahkan menambahkan bahwa sepak bola sudah lebih dulu meninggalkan Casemiro. Namun, beberapa waktu setelah pernyataan itu, Carragher juga mengaku bahwa komentarnya mungkin terlalu kasar, dan jika bertemu dengan sang pemain Manchester United, dia akan bersedia menyampaikan permintaan maaf.
Komentar tersebut merujuk pada penampilan Casemiro saat menghadapi Crystal Palace, yang menurut Carragher menunjukkan bahwa kemampuan sang gelandang di level tertinggi sudah memudar.
Dia menyatakan bahwa final Liga Europa menghadapi tim yang berada satu tingkat di atas zona degradasi jelas bukanlah panggung elit. Namun tetap saja, performa Casemiro di kompetisi Eropa musim ini layak mendapatkan perhatian.
Di Premier League, Casemiro tampak menurun selama lebih dari satu musim. Bahkan dalam beberapa bulan terakhir, dia belum menunjukkan tanda-tanda kebangkitan di level domestik.
Tetapi di Liga Europa, Casemiro tampil berbeda. Ritme permainan yang lebih lambat dan intensitas yang tidak sekeras Premier League membuat sang gelandang bisa kembali menunjukkan kelasnya.
Perubahan Pandangan Amorim
Pada periode antara akhir Desember hingga akhir Januari, Casemiro bahkan tidak sekalipun turun ke lapangan. Saat itu, Manchester United sedang mencari cara untuk menjualnya.
Tidak ada klub yang tertarik, dan akhirnya Casemiro tetap bertahan. Situasi itu awalnya merugikan keuangan klub, namun rupanya menjadi berkah tersendiri bagi Ruben Amorim yang kemudian mengubah pandangannya terhadap sang pemain senior.
Amorim mengakui bahwa awalnya dia ragu. Namun seiring waktu, dia mulai memahami bagaimana memaksimalkan potensi Casemiro. Dia dan tim pelatih mulai memantau pola lari sang gelandang, melakukan penyesuaian, dan hasilnya terlihat jelas di Liga Europa. Casemiro tak hanya menjadi pemain reguler, tapi juga menjadi sosok yang tak tergantikan dalam formasi Amorim.
Pertandingan melawan Chelsea pada akhir pekan menjadi sinyal kuat bahwa Casemiro akan menjadi bagian dari sebelas pemain utama saat Manchester United tampil di final di Bilbao.
Didimainkan sejak awal dan ditarik keluar setelah memberi kontribusi penting. Fakta ini semakin memperkuat peran vitalnya dalam perjuangan tim bola asal Inggris tersebut menuju panggung terakhir.
Manchester United sendiri berpeluang meraih setidaknya 80 Juta Pounds, sekitar Rp 1,75 Triiun jika berhasil menjuarai Liga Europa dan mengamankan tiket ke Liga Champions musim depan.
Banyak yang mengkritik keputusan klub untuk memberikan kontrak besar dan panjang kepada pemain yang saat datang sudah berusia di atas 30 tahun. Tapi andai trofi berhasil diraih, dan pendapatan besar masuk, keputusan itu akan terlihat sangat berbeda.
Kini, Casemiro bukan lagi sosok yang dibicarakan karena dianggap sudah habis. Dia justru berada di garis depan dalam usaha terakhir United mengubah arah musim mereka lewat jalur sepak bola Eropa.