
Gilabola.com – Pertandingan Liga Europa antara Aston Villa dan Maccabi Tel Aviv menuai kontroversi besar setelah muncul petisi yang mendesak agar laga tersebut dibatalkan.
Kelompok pro-Palestina menilai pertandingan itu dapat digunakan untuk menutupi kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel di Gaza. Petisi tersebut juga menuntut agar Israel dikeluarkan dari keanggotaan federasi sepak bola internasional.
Petisi itu diluncurkan oleh Palestine Solidarity Campaign (PSC) dan ditujukan kepada tiga pihak penting: Ketua Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) Debbie Hewitt, Ketua Aston Villa Nassef Sawiris, serta Presiden UEFA Aleksander Ceferin.
Dalam surat terbuka yang mereka sebar, PSC menuntut pembatalan laga yang dijadwalkan berlangsung pada 6 November mendatang di Birmingham.
Mereka menilai pertandingan tersebut tidak boleh digelar karena dapat memberi kesan bahwa Israel adalah negara normal di tengah laporan genosida terhadap warga Palestina. Surat itu juga menegaskan bahwa jika FA dan UEFA tidak mengambil tindakan, maka Aston Villa diminta menolak untuk bermain.
Selain itu, PSC menyoroti bahwa ribuan warga sipil Palestina, termasuk ratusan pesepak bola, telah menjadi korban agresi militer Israel di Gaza. Infrastruktur olahraga, seperti stadion dan lapangan pelatihan, juga disebut telah hancur akibat serangan tersebut.
Dalam surat itu, mereka menuding Israel telah menghancurkan Stadion Kota Jenin pada tahun lalu selama operasi militernya. PSC menilai, membiarkan klub Israel tetap berlaga di kompetisi internasional berarti menormalkan kekerasan yang sedang terjadi.
Keamanan dan Kontroversi di Inggris
Pertandingan ini telah lebih dulu dianggap berisiko tinggi oleh kepolisian Inggris. Akibatnya, suporter Maccabi Tel Aviv dilarang hadir di stadion Aston Villa. Keputusan itu diambil setelah penilaian keamanan menyimpulkan bahwa potensi bentrokan sangat besar jika pendukung tamu diizinkan datang.
Pemerintah Inggris sempat berupaya membatalkan larangan tersebut, tetapi pihak Maccabi Tel Aviv kemudian menyatakan bahwa mereka tidak akan menjual tiket bagi pendukungnya. Klub asal Israel itu memilih menghindari risiko keamanan tambahan di tengah situasi yang tegang.
Surat terbuka PSC juga menyinggung riwayat kekerasan suporter Maccabi. Mereka mengutip insiden di Amsterdam tahun lalu, ketika terjadi bentrokan antara fans klub tersebut dan pendukung Ajax. Peristiwa itu dijadikan alasan oleh otoritas Birmingham untuk tidak mengizinkan kehadiran fans tamu.
Seorang fotografer yang mendokumentasikan kejadian di Amsterdam menyatakan dapat memahami keputusan larangan tersebut. Dia menilai langkah itu wajar untuk mencegah kekerasan, sekaligus menolak pandangan politisi Inggris yang menyebut larangan itu “salah”.
Sementara itu, Menteri Olahraga Inggris, Lisa Nandy, turut menuai kritik atas pernyataannya di parlemen. Dia disebut menyampaikan informasi yang keliru dengan menyebut pelarangan suporter tandang sebagai hal yang belum pernah terjadi sebelumnya di Inggris.
Beberapa pengamat menilai ucapan tersebut menyesatkan karena larangan serupa telah terjadi dalam berbagai kompetisi domestik. Contohnya, sepanjang musim 2023/2024, klub besar Skotlandia, Celtic dan Rangers, saling melarang pendukung mereka menghadiri pertandingan tandang demi alasan keamanan.
Situasi ini membuat pertandingan Aston Villa kontra Maccabi Tel Aviv menjadi lebih dari sekadar laga sepak bola. Banyak pihak melihatnya sebagai simbol perdebatan moral dan politik yang lebih luas antara olahraga, kemanusiaan, dan tanggung jawab global.
