“Saya Bisa Tidur Nyenyak Sekarang”, Son Akhirnya Merasa Layak Jadi Legenda Spurs

Gilabola.com Son Heung-min akhirnya mengungkapkan kegembiraan yang sudah lama dia simpan setelah Tottenham Hotspur berhasil menjuarai Liga Europa dengan mengalahkan Manchester United.

Dia menyebut bahwa inilah momen yang selama ini selalu dia impikan. Pemain asal Korea Selatan itu mengaku sebagai pria paling bahagia di dunia setelah pertandingan tersebut berakhir.

Son sudah merasakan dua kekalahan pahit di partai final dalam kariernya bersama Spurs—yaitu di Liga Champions melawan Liverpool dan Carabao Cup melawan Manchester City.

Namun malam kemenangan di Eropa kali ini menjadi jawaban atas seluruh penantian dan luka yang dia alami selama sepuluh tahun terakhir di London Utara. Dia bahkan menyebut bahwa saat ini dia akhirnya bisa dipanggil seorang legenda.

Menurutnya, perjalanan musim ini tidak mudah. Dia mengatakan bahwa ketika melihat musim secara keseluruhan, akan selalu ada situasi sulit yang harus dihadapi.

Tetapi dia menekankan bahwa para pemain selalu bersatu dan tetap berjuang bersama. Bagi Son, ikatan dan solidaritas tim menjadi pondasi penting yang membuat malam ini menjadi nyata.

Mimpi Selama Tujuh Malam dan Kelegaan Seorang Kapten

Son juga mengungkapkan bahwa tekanan yang dia rasakan sebelum pertandingan begitu besar. Dia sangat menginginkan trofi ini hingga sempat bermimpi tentang laga final tersebut setiap malam selama tujuh hari terakhir.

Kini, setelah berhasil meraih kemenangan, dia merasa bisa tidur dengan tenang. Di tengah rasa bahagianya, dia bahkan berseloroh bahwa mungkin dia akan melewatkan penerbangan keesokan harinya karena terlalu larut dalam perayaan.

Dia mengajak rekan-rekan setim dan para pendukung untuk merayakan hari ini sebaik mungkin karena ini adalah momen yang tidak akan mudah dilupakan.

Kemenangan ini juga memberikan hadiah tambahan bagi Tottenham, yakni tiket otomatis ke Liga Champions musim depan, meskipun mereka saat ini berada di posisi ke-17 klasemen Liga Inggris.

Perjalanan mereka memang tak biasa, tapi dalam sepak bola, malam besar seperti ini bisa menebus banyak luka musim yang penuh tekanan, terutama setelah musim yang berantakan di liga domestik.

Untuk Son, malam di final Liga Europa itu bukan sekadar soal trofi. Dia telah menanti, berjuang, gagal, dan kembali bangkit selama satu dekade. Dan akhirnya, dalam gemuruh sorak-sorai dan cahaya stadion yang meredup, dia bisa tersenyum dan menyebut dirinya sebagai seorang legenda.