
Gilabola.com – Ketika Desire Doue berjalan lunglai meninggalkan lapangan di Emirates Stadium pada Oktober tahun lalu, wajah murung remaja yang dijuluki calon bintang besar Prancis itu seolah menggambarkan jarak besar antara potensinya dan tuntutan panggung elite. Namun delapan bulan kemudian, perjalanan kariernya berubah total. Penampilan gemilang dalam final Liga Champions 2025 melawan Inter Milan bukan hanya mengubah persepsi publik, tetapi juga menegaskan bahwa Paris Saint-Germain memiliki berlian baru yang siap menerangi sepak bola Eropa.
Dari Kekalahan di Arsenal Menuju Kebangkitan PSG
Momen kelam itu datang ketika PSG takluk 0-2 dari Arsenal pada fase liga baru Liga Champions. Doue, yang saat itu tampil gugup dan tidak nyaman, tampak seolah tersesat di tengah intensitas pertandingan. Namun, sejak hari itu, remaja 19 tahun tersebut berkembang pesat di bawah arahan Luis Enrique hingga menjadi bagian penting dalam proyek baru PSG.
Performanya mulai mencuri perhatian ketika PSG menekuk Manchester City 4-2 di Parc des Princes pada Januari. Ia kemudian menjadi pahlawan saat masuk sebagai pemain pengganti di Anfield, memberi dampak besar dan mencetak penalti penentu dalam adu tos-tos di babak 16 besar.
Kemudian datang malam magis di Paris saat ia mencetak gol penyama kedudukan indah dalam kemenangan 3-1 atas Aston Villa di perempat final. Tetapi puncak segalanya terjadi di kota Munich.
Final Liga Champions: Malam Ketika Semua Mata Tertuju pada Doue
Di final melawan Inter Milan, Doue tampil seperti pemain yang sudah lama terbiasa dengan tekanan panggung terbesar Eropa. Ia memberikan assist untuk gol pembuka sebelum mencetak dua gol lainnya, membawa PSG menang telak 5-0. Performa sensasional itu membuat Chris Sutton sampai berujar, “Siapa butuh Kylian Mbappe jika Anda punya Desire Doue?”
Pada usia 19 tahun 362 hari, ia menjadi pemain termuda yang mencetak dua gol di final Piala Eropa atau Liga Champions — memecahkan rekor Eusebio yang bertahan sejak 1962. Dengan 41 sentuhan bola, dua di antaranya berbuah gol dan satu menjadi assist, Doue tampil di level yang jarang dicapai pemain seusianya.
“Tidak bisa berkata-kata, ini luar biasa,” ungkap sang pemain setelah laga berakhir.
Perjalanan Singkat Namun Menanjak: Dari Rennes ke Paris
Sebelum bergabung dengan PSG, Doue bahkan tidak selalu menjadi starter di Rennes. Namun kepindahannya senilai Rp874 miliar pada musim panas lalu dilakukan demi mengisi celah besar peninggalan Mbappe.
Berasal dari keluarga yang kental dengan sepak bola, Doue dibesarkan di lingkungan kompetitif bersama kakaknya, Guela, yang kini memperkuat Strasbourg, dan sepupunya, Yann Gboho, yang bermain sebagai gelandang serang di Toulouse.
Ayahnya, Maho, menjadi sosok penting yang menempa disiplin dan mental kuat sejak kecil — fondasi yang kini tampak jelas di setiap performanya.
PSG Membaca Potensi, Dunia Melihat Bukti
Ketika PSG membayar biaya besar untuk mendatangkan Doue, banyak pihak mengernyitkan dahi. Namun kini keputusan itu terbukti visioner. Menurut analis Julien Laurens, PSG sejak awal percaya bahwa Doue memiliki pondasi fisik dan mental luar biasa serta siap berkembang menjadi bintang besar.
Di Paris, ia menjalani proses matang. Luis Enrique membimbingnya secara personal dan klub terkesan dengan dedikasinya di gym serta profesionalismenya. Bekas pelatihnya di Rennes, Bruno Genesio, bahkan menyebutnya “mudah diarahkan, tenang, dan memiliki jiwa pemimpin.”
Dari Timnas Junior hingga Menggeser Generasi Baru Prancis
Nama Doue mulai mencuat saat membawa Prancis menjuarai Euro U-17 pada 2022. Ia kemudian tampil di final Olimpiade Paris 2024 meski Prancis kalah 3-5 dari Spanyol setelah perpanjangan waktu. Performanya di PSG sempat melambat karena minim pramusim usai Olimpiade, tetapi ia bangkit pada paruh kedua musim.
Puncaknya datang ketika Didier Deschamps memanggilnya ke tim senior untuk laga perempat final Uefa Nations League melawan Kroasia. Doue tampil percaya diri, meminta bola, dan mencetak penalti dalam kemenangan 2-0 yang berlanjut ke kemenangan adu penalti. Penampilan itu membuat Deschamps tidak punya pilihan selain memasukkannya ke skuad utama.
Hidup di Sorotan Kota Paris dan Tantangan Menjadi Bintang Baru
Kehidupan di kota besar sempat menjadi penyesuaian besar bagi dirinya yang terbiasa dengan ketenangan Rennes. Ia tinggal di Boulogne-Billancourt dan mulai merasakan sulitnya bergerak bebas tanpa diperhatikan publik. Namun, menurut Pierre-Etienne Minonzio dari L’Equipe, Doue cukup dewasa untuk memahami apa yang harus ia lakukan agar tetap fokus dan berkembang.
Masa Depan PSG: Zaire-Emery atau Doue?
Sebelumnya, Warren Zaire-Emery disebut-sebut sebagai wajah baru PSG. Namun dengan perkembangan pesat Doue, opini mulai bergeser. Saat ini, Doue tampil bebas, penuh kepercayaan diri, dan masih menunjukkan potensi yang belum mencapai puncak. Itulah yang membuat publik Prancis terpikat: bukan hanya karena apa yang sudah ia tunjukkan, tetapi juga karena apa yang mungkin akan terjadi selanjutnya.
Penilaian Kami
Perjalanan Desire Doue adalah kisah tentang ketangguhan mental dan pengelolaan talenta yang tepat. Dari kegugupan di Emirates hingga menjadi sosok sentral di final Liga Champions, ia menunjukkan bahwa perkembangan pemain muda tidak selalu linear.
PSG kini memiliki aset berharga yang bisa menjadi fondasi masa depan, sementara timnas Prancis memperoleh fenomena baru yang bisa mendefinisikan ulang generasi mereka berikutnya.
