Site icon Gilabola.com

Sindrom Ronaldo di Timnas Portugal, Buru-buru Transfer, Berujung Keleleran

Goncalo Ramos merayakan golnya bersama timnas Portugal

Gila Bola – Para pemain tim Portugal dijangkiti Sindrom Ronaldo. Buru-buru, cepat-cepat lakukan transfer keluar dari Liga Portugal ke salah satu dari lima liga elit Eropa, tapi gagal menembus skuad utama, lalu akhirnya menganggur.

Salah satu pemain yang tertular penyakit ini adalah Goncalo Ramos, lihat fotonya di atas. Namun juga Renato Sanches, pahlawan timnas Portugal di Euro 2016, selain Fabio Silva, dan juga Fabio Vieira.

Semua pemain ini merasa akan mendapatkan karpet merah saat mengikuti jejak Cristiano Ronaldo. Cepat-cepat pindah ke liga elit Eropa pada umur yang kurang lebih sama seperti CR7 melakukan transfer ke Manchester United, 19 tahun, hanya untuk boncos.

Seharusnya mereka bertahan di Liga Portugal untuk satu-dua tahun lagi, menaikkan harga jual dan daya tawar, antara lain untuk merundingkan menit bermain di skuad utama. Tidak berujung dibiarkan menganggur dan jadi penghangat bangku cadangan seperti yang terjadi saat ini.

Goncalo Ramos

Tiga tahun silam pemain ini masih masuk anggota Benfica B. Ia naik pesat setelah tampil gemilang bersama skuad senior Benfica pada laga-laga Liga Champions, dan berhasil menarik perhatian PSG.

Penyerang tengah 22 tahun itu kemudian dipinjamkan ke raksasa Perancis tersebut dengan kewajiban untuk membelinya di akhir masa pinjaman, nanti di bulan Juni 2024.

Tetapi PSG lebih memilih menjual sang pemain, hanya dalam waktu enam bulan sejak pertama kali datang dengan harga 50 juta Euro. Luis Enrique sang pelatih tim merasa Ramos tidak cukup berkualitas untuk tampil bagi skuad utama timnya. Apalagi di level kompetisi Eropa.

Coba Ramos bertahan di Portugal. Dia masih akan menjadi bagian dari skuad utama Benfica. Kini, harganya diperkirakan akan menukik tajam dan mengancam posisinya di skuad Roberto Martinez.

Renato Sanches

Ini juga salah satu contoh transfer yang kecepetan. Bayern Munchen membelinya pada kesempatan pertama sesudah menjadi pahlawan negaranya pada Euro 2016.

Tapi klub Bundesliga itu kecewa melihat penampilannya dan hanya dalam waktu semusim memutuskan untuk meminjamkannya ke Swansea City. Dari Die Roten pindah ke klub Wales ini, ibaratnya jatuh dari lantai tiga gedung ke lantai basement.

Usai semusim di Swansea City, FCB memutuskan untuk menjualnya ke Lille di Perancis. Gak tahan juga, selang semusim dijual oleh Lille lagi ke PSG. Tidak kuat juga, PSG yang tadinya merasa beruntung mendapatkan Renato, lalu dengan senang hati meminjamkannya ke Roma, di bawah arahan Jose Mourinho.

Dari mulut singa pindah ke mulut buaya. Mourinho mempermalukan Renato Sanches. Masuk menit 46, ditarik keluar menit 64. Cuma 18 menit di atas lapangan pertandingan Bologna vs Roma pada 18 Desember 2023 lalu.

Usianya sudah 26 tahun dan keleleran. Ditolak Roma, tak diinginkan pula di PSG. Entah apakah pelatih baru di Stadio Olimpico, Daniele De Rossi, akan menyelamatkan karirnya.

Fabio Silva dan Fabio Vieira

Duet Fabio. Yang pertama adalah kisah sedih. Datang pada September 2020 dari FC Porto ke Wolves. Selang dua musim kemudian si pemain dipinjamkan ke Anderlecht di Belgia. Cuma enam bulan pulang lagi ke Wolves.

Dipinjamkan lagi. Kali ini ke PSV Eindhoven di Belanda. Juga cuma tahan enam bulan, balik lagi ke Molineux Stadium. Peminjaman ketiga ke Rangers di Liga Skotlandia. Merantau jauh, hanya untuk dipinjamkan ke sana dan ke mari.

Fabio Vieira sami mawon. Datang Juli 2022 dari FC Porto ke Arsenal dan mencicipi ganasnya kompetisi Liga Inggris yang luar biasa melelahkan. Dipikirnya enak kayak Liga Portugal. Kini tengah menderita cedera pangkal paha.

Exit mobile version