Gila Bola – Bagi penggemar komik Eropa gubahan Herge, munculnya nama ‘Tintin’ di depan nama pelatih Timnas Qatar – yang tampil gemilang di Piala Asia, Marquez Lopez, tentunya mengundang tanda tanya, bagaimana pelatih kelahiran Barcelona itu dijuluki karakter lejen tersebut.
Pelatih yang satu ini memang sudah tak asing lagi dengan panggilan tersebut. Bahkan beberapa situs berita asing langsung menuliskan judul berita mereka dengan menyebut julukannya tersebut, ‘Tintin, Pelatih Baru Timnas Qatar’, begitu misalnya.
Sebagian kalangan seakan telah melupakan nama aslinya, Bartolome Marquez Lopez, dan lebih suka menyapanya dengan sebutan Tintin. Kok bisa ya? Kan nggak ada mirip-miripnya?!
Siapa bilang nggak mirip. Kita sekarang melihatnya sebagai seseorang berkepala plontos dan berbadan agak tambun. Pelatih 62 tahun yang lahir di kota Barcelona ini merupakan mantan gelandang serang Timnas Spanyol U21 yang dulunya punya penampilan mirip tokoh komik ‘Kisah Petualangan Tintin’, gaya rambut berjambul.
Wajahnya yang bulat membuat penampilannya menjadi amat mirip tokoh Tintin – yang memang sedang ngetop-ngetopnya ketika Marquez masih menjadi pemain antara tahun 1980 hingga 1995.
15 Tahun Membela Espanyol
Dia membela Espanyol di awal tahun 1980-an, dan bermain secara eksklusif di tanah kelahirannya selama 15 tahun karir sepak bola profesionalnya. Setelah jalani dua periode peminjaman, yakni di klub Sant Andreu dan Sabadell FC, dia mendapat promosi tim utama Espanyol pada musim 1982/83 dan memulai debutnya sebagai pemain pengganti di laga melawan Racing Santander – di mana Espanyol menang 1-0, pada 4 September 1982.
Tintin lewati karirnya selama enam musim bersama The Pericos, yang ketika itu selalu berada di papan atas. Tahun terbaiknya terjadi di musim 1985/86, saat dia mencetak 10 gol dalam 32 pertandingan – termasuk hattrick ke gawang Barcelona di laga yang dimenangkan Espanyol, 5-3, 20 April 1986.
Namun, Tintin memang tak pernah membela tim La Liga lainnya selain Espanyol. Bahkan setelah tinggalkan klub itu, Tintin lanjutkan karirnya untuk membela UE Figueres – di mana selama lima dari enam tahun karirnya di klub itu dihabiskannya di Divisi Segunda, sebelum Figueres mendapat promosi ke La Liga melalui babak playoff di tahun 1992.
Ketika menyatakan pensiun sebagai pemain, Tintin pun menutup karirnya bersama tim Divisi Segunda B, CE Europa, saat usianya 33 tahun.
Baru Latih Timnas Qatar Sebulan Sebelum Piala Asia
Dua tahun tinggalkan dunia sepak bola, Tintin kembali sebagai pelatih, dan memulainya di klub terakhirnya, Europa, sebelum akhirnya menjadi asisten pelatih dan pelatih tim B di Espanyol. Ia juga sempat mengasuh dua klub Belgia; Eupen dan Sint Truiden, sebelum akhirnya hijrah ke Qatar dan mengasuh klub Al-Wakrah.
Saat ini, Tintin sukses memandu tim tuan rumah, Qatar, yang selalu menang di tiga pertandingan di fase Grup A Piala Asia. Padahal Asosiasi Sepak Bola Qatar (QFA) baru menunjuknya sebagai pelatih satu bulan sebelum perhelatan Piala Asia dimulai, usai mereka memecat pelatih sebelumnya, Carlos Queiroz.
Queiroz sendiri sebenarnya baru mengasuh Timnas Qatar di awal bulan Februari 2023, tetapi timnya meraih hasil yang buruk selama masa kepelatihannya. Qatar hanya amankan dua hasil imbang dan lima kekalahan dalam 12 laga, hingga QFA putuskan untuk memecat pelatih asal Portugal tersebut, dan menunjuk Tintin sebagai gantinya.
Bersama Tintin, Timnas Qatar Berpeluang Pertahankan Gelarnya
Di tangan Tintin, Timnas Qatar – yang merupakan tim juara bertahan, itu berhasil merajai klasemen Grup A dengan koleksi poin sembilan – lima poin di atas Tajikistan yang berada di urutan kedua.
The Maroons pun berpeluang besar mempertahankan trofi juaranya di Piala Asia edisi ke-18 ini, setelah mereka berhasil melaju ke babak 16 besar sebagai juara dan siap lanjutkan perjuangannya di turnamen empat tahunan ini.
Tangan dingin Tintin mendapat pujian dari anak asuhnya, Hassan Al Haydos, yang mencetak gol tunggal dalam kemenangan Qatar atas Timnas China, Senin (22/1) malam.
Gelandang veteran itu memberikan penghormatannya pada pelatih asal Spanyol itu, yang secepat kilat berhasil beradaptasi dengan tim barunya. “Dia sudah memperluas pengalamannya dalam waktu yang singkat. Selama dua pekan terakhir ini, kami alami transformasi besar, dan itulah yang telah mendorong kinerja kami ini,” tandas Haydos.