Gilabola.com – Bodø/Glimt menjalani malam yang berat di London. Tapi harapan menuju final Liga Europa tetap menyala berkat gol dramatis Ulrik Saltnes delapan menit sebelum bubaran, yang membuat kekalahan 1-3 dari Tottenham terasa seperti kemenangan kecil.
“Itu mengubah segalanya. Hasil ini luar biasa dan membuka peluang besar,” kata analis NRK Kristoffer Løkberg usai pertandingan. Walau kalah, gol tandang Glimt membuat leg kedua di Aspmyra 8 Mei mendatang menjadi sangat terbuka.
Tottenham Menang, Tapi Glimt Tak Hilang Harapan
Tottenham memenangi leg pertama semifinal Liga Europa dengan skor 3-1 di hadapan 62.000 penonton. Namun, Glimt tidak menyerah. Mereka menguasai bola dalam beberapa fase pertandingan, dan menurut Løkberg, mendapatkan keyakinan bahwa tim Premier League ini bisa mereka taklukkan di kandang.
“Mereka akan menghabiskan minggu ini dengan antusias, menantikan laga di Aspmyra dan memanfaatkan ruang-ruang yang mereka lihat malam ini,” ucap Løkberg.
Sebelum pertandingan, jurnalis sepak bola NRK Thore Haugstad menyebut Glimt sebagai underdog terbesar abad ini. Dengan absennya dua pilar penting, Patrick Berg dan Håkon Evjen, pertandingan diprediksi sulit — dan memang begitu.
Mimpi Buruk Sejak Menit Pertama
Pertandingan baru berjalan 39 detik saat Brennan Johnson mencetak gol pembuka untuk Spurs, memanfaatkan kesalahan Glimt dalam mengawal umpan silang. Analis NRK Carl-Erik Torp menyebut itu “skenario terburuk yang bisa terjadi”.
Løkberg mengkritik Ole Didrik Blomberg yang tak cukup agresif dalam duel sebelum gol. “Dia harus lebih berani, atau setidaknya mendapatkan pelanggaran. Kesalahan dalam mengawal pemain di kotak penalti dihukum mahal oleh Tottenham,” katanya.
Ironisnya, pelatih Kjetil Knutsen sempat mengingatkan anak asuhnya untuk tidak mengulangi kesalahan seperti saat melawan Manchester United — di mana mereka juga kebobolan di menit pertama. Tapi sejarah terulang.
Glimt Bangkit, Tapi Dihantam Lagi
Setelah gol awal tersebut, Glimt mulai menemukan permainan dan cukup mendominasi hingga menit ke-30. Namun, lagi-lagi kesalahan kecil berujung fatal.
James Maddison menerima umpan panjang, lolos dari penjagaan, dan menceploskan bola melewati Nikita Haikin dari sudut sempit. Skor menjadi 2-0 untuk tuan rumah. “Gol itu menggambarkan perbedaan kualitas antar tim, terutama di momen-momen krusial,” jelas Løkberg.
Jelang turun minum, Glimt hampir memperkecil ketertinggalan lewat Blomberg, tapi tembakannya melambung tipis. Tottenham menutup babak pertama dengan keunggulan 2-0.
VAR, Penalti, dan 3-0 yang Menyakitkan
Memasuki babak kedua, harapan Glimt makin tergerus saat VAR memberikan penalti untuk Tottenham. Fredrik Sjøvold dianggap melanggar Christian Romero, dan keputusan itu tampak akurat.
Dominic Solanke yang tampil sebagai eksekutor, dengan tenang mengecoh Haikin dan mencetak gol ketiga Spurs. Di tribune, Patrick Berg hanya bisa memandangi lapangan dengan tatapan kosong — kecewa tak bisa ambil bagian dalam laga penting ini karena skorsing.
Gol Saltnes Buka Peluang di Aspmyra
Namun, delapan menit jelang akhir pertandingan, Glimt akhirnya mendapat hadiah atas kegigihan mereka. Ulrik Saltnes menerima bola di dalam kotak penalti, melewati satu pemain, dan menendang keras ke gawang. Bola sempat mengenai pemain Tottenham sebelum masuk.
Di bangku tribune, Patrick Berg berdiri dan berteriak, “JADDAAAA!”, sambil memeluk orang di sebelahnya. Gol tersebut mengubah mood seluruh tim dan fans yang hadir.
Dengan hasil akhir 3-1, Glimt masih harus mengejar ketertinggalan dua gol di kandang. Tapi dengan kepercayaan diri yang tumbuh dan dukungan penuh di Aspmyra, keajaiban bukan hal mustahil.
Final Liga Europa akan digelar di Bilbao pada 21 Mei mendatang. Tapi sebelum itu, Glimt harus menuntaskan misi mustahil di kandang — dan kini, mereka punya harapan nyata.