Site icon Gilabola.com

AC Milan Kini Semakin Tak Tentu Arah di Bawah Asuhan Paulo Fonseca, Kesalahan Fatal RedBird Capital?

Rafael Leao dan Tammy Abraham rayakan gol AC Milan

AC Milan, yang musim lalu berhasil finis di posisi kedua Serie A, kini tengah menghadapi masa-masa sulit di bawah kepemimpinan manajer baru, Paulo Fonseca. Meskipun pencapaian ini bisa dianggap prestasi, selisih hampir 20 poin dari rival sekota, Inter Milan, menunjukkan adanya jurang besar antara kedua tim.

Pertandingan terakhir akhir pekan ini memperlihatkan perbedaan kelas yang mencolok, di mana Inter menang telak 4-0 atas Atalanta, sementara Milan harus puas dengan hasil imbang yang diperoleh dengan susah payah melawan Lazio.

Musim lalu, Milan melakukan beberapa perekrutan yang dinilai cukup cerdas. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tim ini tidak mengalami kemajuan berarti.

Sebaliknya, mereka justru tampak terjebak dalam pola mencari kambing hitam, dengan Stefano Pioli yang membawa Scudetto kembali ke Milan, menjadi korban dari keputusan tersebut.

Pengangkatan Paulo Fonseca sebagai manajer menggantikan Pioli menimbulkan banyak pertanyaan. Pasalnya, Fonseca tidak memiliki rekam jejak yang mengesankan di level klub.

Gelar liga satu-satunya yang dia raih adalah saat melatih Shakhtar Donetsk di Ukraina, sebuah prestasi yang dinilai banyak pihak tidak terlalu sulit mengingat struktur klub yang sangat kuat. Fonseca seringkali disebut memiliki ego sebesar Jose Mourinho, tetapi rekam jejaknya jauh di bawah ekspektasi.

Keputusan Milan untuk mempercayakan tim kepada Fonseca terlihat semakin aneh ketika melihat kembali sejarah klub ini. AC Milan adalah salah satu klub paling bersejarah di dunia sepak bola, hanya kalah dari Real Madrid dalam hal jumlah gelar Liga Champions. Namun, dengan merekrut Fonseca, banyak yang merasa bahwa Milan justru telah menurunkan standar mereka sendiri.

Kondisi ini tidak terlepas dari pengaruh RedBird Capital, perusahaan yang kini mengendalikan Milan. Keputusan mereka untuk memecat Paolo Maldini, ikon terbesar klub yang membangun tim juara di musim 2021/22, semakin memperburuk keadaan.

Bukannya melanjutkan pembangunan dari kesuksesan tersebut, Milan justru mengalami kemunduran dengan menyingkirkan tokoh-tokoh kunci seperti Maldini dan Sandro Tonali, serta gagal mengatasi kelemahan di lini pertahanan dan lini tengah.

Bursa transfer musim panas ini juga memperlihatkan kelemahan manajemen Milan. Alih-alih memperkuat tim, mereka hanya menggantikan Olivier Giroud dengan Alvaro Morata dan mendatangkan Tammy Abraham, tanpa ada langkah nyata untuk memperbaiki lini pertahanan yang lemah.

Hasilnya, pertahanan Milan terlihat rentan dalam laga melawan Lazio, dan jika bukan karena penampilan gemilang pemain pengganti, Rafael Leao, Milan bisa saja pulang dengan tangan hampa.

Rafael Leao, yang sejauh ini merupakan salah satu pemain terbaik Milan, tidak dimasukkan sebagai starter dalam pertandingan tersebut. Keputusan Fonseca untuk mencadangkan Leao memicu tanda tanya besar.

Leao bukan hanya pemain yang paling menonjol, tetapi juga kerap menjadi pembeda dalam pertandingan. Hal ini memunculkan spekulasi bahwa Fonseca mungkin sedang memainkan strategi yang kontroversial, meski banyak yang meragukan keabsahan taktik tersebut.

Musim ini, Milan tampaknya akan menghadapi tantangan yang lebih besar dibandingkan musim sebelumnya. Sementara Juventus, Roma, dan Atalanta terus memperkuat skuad mereka, Milan justru tampak stagnan.

Hal yang paling disoroti tentu adalah perekrutan Fonseca, yang belum membuktikan dirinya sebagai manajer yang layak memimpin klub sebesar Milan. Dalam situasi ini, banyak pihak, termasuk para legenda klub, merasa bingung dengan arah yang diambil oleh manajemen.

Zlatan Ibrahimovic, meski dikenal sebagai pemimpin yang karismatik di dalam dan luar lapangan, tampaknya juga tak mampu memberikan solusi bagi krisis ini. Ibrahimovic mungkin akan terus tampil sebagai figur publik yang kuat, namun kondisi di Milan membutuhkan lebih dari sekadar figur pemimpin, yakni strategi yang jelas dan kepemimpinan yang berpengalaman.

Kini, AC Milan harus berusaha keras untuk keluar dari krisis ini. Namun, dengan kondisi internal yang kacau dan manajer yang belum mampu menunjukkan performa memuaskan, masa depan klub ini tampaknya masih jauh dari cerah.

Exit mobile version