Gilabola.com – Inter Milan kembali menelan kekalahan menyakitkan dari AC Milan setelah mendominasi laga namun gagal memanfaatkannya, disertai rangkaian hasil minor dalam beberapa pertemuan terakhir.
Cristian Chivu menilai satu kelengahan menjadi penyebab utama, mengakui rasa frustrasi dapat meninggalkan bekas, sementara statistik menunjukkan kelemahan serius dalam menghadapi serangan balik.
Inter sebenarnya tampil agresif pada babak pertama dan menciptakan sejumlah peluang berbahaya. Sundulan Francesco Acerbi mengenai tiang, sementara Mike Maignan menggagalkan tembakan voli Lautaro Martínez yang juga membentur mistar. Situasi itu membuat mereka merasa tidak beruntung.
Sebaliknya, Milan memanfaatkan satu momen cepat ketika Alexis Saelemaekers memulai serangan balik yang kemudian diselesaikan Christian Pulisic. Gol itu terjadi saat Inter kehilangan bola kedua di lini tengah. Momen tunggal tersebut menjadi pembeda.
Maignan lalu kembali menjadi penghalang ketika dia menepis penalti Hakan Calhanoglu. Penyelamatan itu membuat Inter semakin frustrasi karena peluang emas kembali hilang. Situasi makin berat seiring berjalannya laga.
Catatan pertemuan Inter dan Milan makin menunjukkan tren negatif bagi Inter. Mereka belum menang dalam enam laga beruntun melawan rival sekota di berbagai kompetisi. Hasil ini memperpanjang tekanan terhadap skuad Chivu.
Chivu menyampaikan bahwa dia menilai tim sebenarnya tampil fokus dan hanya sesekali membuka ruang serangan balik. Dia menyebut para pemain telah berusaha hingga akhir walau dihantui rasa kecewa setelah dua tembakan mengenai mistar. Dia menekankan bahwa usaha tersebut adalah hal positif yang bisa dibawa pulang.
Inter juga memiliki rekor buruk dalam laga besar musim ini. Mereka kalah dari Juventus, Napoli, dan Milan, sementara satu-satunya kemenangan diraih ketika menghadapi Roma. Hasil ini membuat posisi mereka semakin diragukan.
Chivu mengakui empat kekalahan dalam 12 pertandingan liga adalah jumlah yang terlalu banyak. Walau begitu, dia menilai persaingan klasemen masih ketat, sehingga tim harus mengelola rasa frustrasi ini. Dia mengatakan kekalahan dalam laga seperti ini bisa meninggalkan dampak mental.
Statistik memperlihatkan Inter telah kebobolan empat gol dari skema serangan balik, meski hanya menghadapi 11 tembakan tepat sasaran dari situasi tersebut.
Sorotan mengarah pada performa Yann Sommer, yang dianggap kurang maksimal ketika menepis bola saat gol Pulisic terjadi. Namun Chivu menolak membahas individu.
Dia menegaskan bahwa seluruh elemen tim bertanggung jawab bersama, baik dalam kesalahan maupun keberhasilan. Dia menjelaskan bahwa dia tidak pernah menyalahkan pemain secara terbuka, karena melihat kerja keras mereka setiap hari.
Fokus kini diarahkan pada upaya bangkit. Inter akan menghadapi Atletico Madrid tengah pekan ini di Liga Champions, lawan yang juga terkenal dengan serangan balik tajam. Chivu menilai karakter pemainnya membuat tim harus menyerang dengan banyak pemain, sehingga risiko kebobolan tetap ada.
Namun dia memberi catatan bahwa Inter sebenarnya hanya memberi satu peluang serangan balik pada laga ini dan langsung berakibat fatal. Dia berpendapat bahwa tim butuh membaca bahaya lebih cepat dan terkadang harus mencegah serangan dengan pelanggaran taktis.
Lautaro Martinez ditarik keluar pada awal babak kedua dan sempat memunculkan spekulasi soal kondisi fisik. Chivu menegaskan bahwa keputusannya murni teknis dan tidak berkaitan dengan cedera.

