
Gilabola.com – Bayangkan harus mengambil keputusan terbesar dalam kariermu saat hidupmu sedang hancur karena kehilangan orang tua. Itulah yang dialami Victor Osimhen pada musim panas 2020, ketika ia mengaku dipaksa menandatangani kontrak bersama SSC Napoli sementara sang ayah sedang sekarat.
Tanpa draf kontrak, tanpa penjelasan yang jelas, dan dalam tekanan besar, Osimhen akhirnya menyetujui transfer senilai sekitar Rp1,5 triliun—sebuah kesepakatan yang sampai hari ini terus membayangi perjalanan kariernya.
Tekanan Berat Saat Ayah Sakit Keras
Transfer Osimhen dari LOSC Lille ke Napoli senilai €80 juta pada musim panas 2020 menjadi salah satu kepindahan terbesar di Eropa saat itu. Tapi di balik angka fantastis tersebut, ada cerita yang jauh dari glamor. Ketika negosiasi berlangsung, pandemi masih melanda dan ayah Osimhen dalam kondisi kritis.
Di tengah masa sulit itu, Presiden Napoli Aurelio De Laurentiis dan CEO Andrea Chiavelli terus menekan sang striker agar cepat menyetujui kesepakatan. Osimhen yang masih berduka sebenarnya tidak siap secara mental. Ia sempat menolak tawaran tersebut, namun tekanan dari agen dan petinggi klub membuatnya menyerah.
“Agent saya waktu itu hanya fokus pada transfer, bukan kesehatan ayah saya,” ungkap Osimhen dalam kesaksiannya kepada otoritas keuangan Italia. “Saya tidak tahu apa pun tentang kontrak itu.”
Tanpa Draf Kontrak, Tanpa Kendali
Kisah kelam ini terungkap dalam kesaksian Osimhen kepada Guardia di Finanza, yang kemudian bocor ke media. Ia menceritakan bagaimana dirinya dipaksa mengikuti pertemuan di Nice bersama agen Jean Gerard, direktur olahraga Luis Campos, dan presiden Lille Gerard Lopez.
Mereka mengatakan sudah ada kesepakatan dengan Napoli dan ini adalah “kesempatan bagus” bagi Lille. Padahal Osimhen tidak tahu apa pun tentang isi negosiasi tersebut. Saat proses transfer berjalan, sang ayah meninggal dunia — dan itu membuat Osimhen semakin marah karena ia tak sempat berada di sisi ayahnya.
“Mereka bahkan bilang saya harus ke Napoli keesokan harinya, tanpa sadar bahwa ayah saya baru saja meninggal,” kenangnya.
‘Kontrak’ di Sepotong Kertas
Sesampainya di Napoli, Osimhen bertemu pelatih klub dan kemudian Presiden De Laurentiis di Capri. Saat itu, mereka berbicara dalam bahasa Italia, membuat Osimhen tak mengerti apa pun. Ketika ditanya apakah ia sudah membaca kontrak, ia bahkan belum pernah menerima drafnya.
Saat meminta penjelasan ke agennya, ia malah diberikan “selembar kertas” yang disebut sebagai kesepakatan. Merasa ditipu, Osimhen sempat ingin kembali ke Prancis. Ia pun memutuskan hubungan dengan agennya dan menunjuk William D’Avila sebagai perwakilan baru.
Akhirnya, pada akhir Juli 2020, kontrak ditandatangani di Lille, disaksikan oleh pejabat Napoli Maurizio Micheli, petinggi Lille, serta Roberto Calenda yang kelak menjadi agennya yang baru.
Dari Kejayaan ke Keretakan
Awal dari kisah ini memang kelam, namun Osimhen sempat menjelma menjadi ikon Napoli. Ia mencetak 76 gol dan 18 assist dalam 133 pertandingan, membawa Napoli meraih gelar Serie A pertama dalam 33 tahun, sekaligus menjadi pemain Afrika tersubur dalam sejarah liga tersebut.
Namun di balik gemerlapnya trofi, hubungan Osimhen dengan Presiden De Laurentiis memburuk. Perdebatan soal kontrak dan klausul transfer membuat situasi makin panas, hingga ia akhirnya dicoret dari skuad musim 2024–25 dan dipinjamkan ke Galatasaray S.K.. Klub Turki itu kemudian menebusnya secara permanen.
Kini, transfer yang dulu dimulai dalam duka dan tekanan kembali jadi sorotan. Otoritas Italia masih menyelidiki dugaan manipulasi akuntansi dalam kesepakatan Napoli dan Lille pada 2020, yang diduga melebih-lebihkan valuasi pemain untuk menyamarkan keuntungan modal.