Gilabola.com – Sergio Conceicao kembali menyuarakan kekecewaannya terhadap perangkat pertandingan, khususnya tim VAR, usai AC Milan kalah 3-1 dari Roma dalam lanjutan Serie A.
Dalam pertandingan yang digelar di Stadio Olimpico ini, Rossoneri kembali mengalami hasil mengecewakan hanya beberapa hari setelah kekalahan dari Bologna di final Coppa Italia.
Menurut Conceicao, suasana ruang ganti setelah kekalahan di final sangat sulit dihadapi, terlebih karena dia merasa banyak keputusan wasit selama lima bulan terakhir selalu merugikan timnya.
Dia menyebut bahwa kesalahan dalam pertandingan tidak hanya berasal dari pihak Milan sendiri, tetapi juga dari faktor luar yang menurutnya terus berulang dan menguntungkan pihak lawan.
Situasi makin rumit ketika VAR ikut campur dalam insiden Santiago Gimenez yang dianggap menyikut Gianluca Mancini di dada. Conceicao memang tidak secara langsung menyaksikan insiden itu, namun dia menyoroti bahwa pada laga final sebelumnya terdapat insiden serupa antara Sam Beukema dan Matteo Gabbia yang tidak ditinjau ulang oleh VAR. Dia menyebut bahwa wasit video dalam dua pertandingan tersebut adalah orang yang sama.
Baginya, hal ini menjadi sangat mengganggu karena Milan tengah berjuang untuk posisi di kompetisi Eropa. Dia memang mengakui bahwa timnya seharusnya bisa tampil lebih baik di final, tetapi ia merasa insiden kecil seperti ini sangat mempengaruhi mental tim.
Bermain dengan sepuluh orang melawan Roma di kandang lawan, menurutnya, menjadi tugas yang sangat berat. Meski demikian, dia merasa Milan sempat mendominasi penguasaan bola di babak pertama dan sempat memiliki peluang mencetak gol lewat Luka dan Rafa, namun mereka kehabisan tenaga sebelum akhirnya Bryan Cristante menambah keunggulan tuan rumah.
Evaluasi Diri dan Masa Depan Masih Tanda Tanya
Laga di Roma juga menandai momen emosional bagi Conceicao sendiri, yang akhirnya harus meninggalkan lapangan lebih cepat setelah mendapat kartu merah karena dianggap melakukan protes berlebihan.
Hal ini membuatnya dipastikan absen di laga terakhir Milan musim ini. Banyak pihak meyakini bahwa ini bisa jadi laga terakhirnya sebagai pelatih Rossoneri.
Saat ditanya soal kinerjanya selama lima bulan membesut Milan, juru taktik Portugal itu mengungkapkan bahwa dia selalu menuntut banyak dari dirinya sendiri.
Dia menyatakan bahwa jika melihat dari jumlah poin yang diraih sejak kedatangannya pada Januari menggantikan Paulo Fonseca, Milan sebenarnya cukup untuk masuk zona Liga Champions. Namun, dia tidak berani menyebut bahwa musim ini adalah musim yang baik. Bagi klub sebesar Milan, musim ini jelas bukan sesuatu yang bisa dibanggakan.
Namun begitu, dia tetap melihat ada sisi positif. Dia menyebut keberhasilan meraih gelar Supercoppa Italiana dan pencapaian hingga final Coppa Italia sebagai sesuatu yang layak diapresiasi. Walau mengakui ada banyak momen negatif di laga-laga penting, dia percaya evaluasi akan dilakukan setelah musim berakhir.
Dia juga mengungkapkan rasa sedih karena tidak bisa menyapa para pendukung di San Siro untuk terakhir kalinya. Conceicao menyebut bahwa dia menjalani profesi ini dengan penuh gairah dan merasa sangat dekat dengan para pemainnya.
Dia merasa kecewa karena kartu merah itu diberikan hanya karena dia meminta agar wasit menunjukkan rasa hormat, dan dia menegaskan tidak mengucapkan kata-kata kasar. Baginya, pengalaman sebagai pemain selama 25 tahun mengajarkannya bahwa detail kecil seperti ini sangat berarti.
Dia menutup pernyataannya dengan mengatakan bahwa dirinya tidak ingin mencari-cari alasan, tetapi dia sangat mencintai sepak bola dan merasa berat tidak bisa berada di sisi para pemain di akhir musim.