Gilabola.com – Leverkusen kembali tampil meledak-ledak di Bundesliga saat menghancurkan Heidenheim, sebuah performa yang langsung mengingatkan pada era emas Xabi Alonso.
Serangan Cepat yang Mengubah Jalannya Laga
Setelah menjalani musim panas penuh perombakan, Leverkusen tampil seperti mesin yang sudah tersetel sempurna. Empat rekrutan baru langsung masuk starting eleven, dua lainnya turun dari bangku cadangan, dan semuanya menyatu dalam kemenangan besar 6-0 atas tim juru kunci. Gol cepat Patrik Schick pada menit kedua membuka keran serangan, sebelum lima gol bersarang hanya dalam 45 menit pertama.
Penampilan itu kembali menegaskan kualitas lini depan baru Leverkusen, terutama Ernest Poku. Pemain berusia 21 tahun tersebut mencetak satu gol dan satu assist sebelum jeda, membuat totalnya di Bundesliga menjadi empat gol dan dua assist dari sembilan pertandingan sejak datang dari AZ Alkmaar. Kecepatannya dan kelincahannya langsung membuat pertahanan lawan kewalahan.
Namun bintang utama dalam kemenangan ini justru Ibrahim Maza, pemain muda yang perjalanan adaptasinya tidak semulus rekrutan lain. Gelandang 19 tahun itu sempat kehilangan tempat utamanya setelah dua laga di era Erik ten Hag dan lebih sering tampil sebagai pengganti di bawah Kasper Hjulmand. Gol penentunya di DFB Cup melawan Paderborn menjadi titik balik, mengembalikan kepercayaan dirinya.
Performa baiknya berlanjut: tampil solid sebagai pemain pengganti melawan Bayern Munich, kemudian bermain penuh di markas Benfica pada laga UEFA Champions League. Puncaknya datang saat menghadapi Heidenheim, ketika ia mencetak dua gol Bundesliga pertamanya.
Bermain berduet dengan Aleix García, Maza menunjukkan kecerdasan membaca permainan dan keberanian membawa bola. Ia sukses keluar dari tekanan dalam 77% situasi, tertinggi di lapangan meski menjadi pemain yang paling sering ditekan.
Usai pertandingan, Hjulmand memberi apresiasi besar: “Dia pemain yang fleksibel di tengah, belajar cepat, dan bekerja sangat keras.”
Patrik Schick Menemukan Ketajamannya Lagi
Patrik Schick juga melanjutkan kebangkitan setelah cedera panjang. Golnya ke gawang Benfica pertengahan pekan lalu berlanjut dengan dua gol di pertandingan ini—termasuk gol pembuka yang langsung mengubah dinamika pertandingan. Gol keduanya membuat Leverkusen unggul 3-0 dan memupus harapan Heidenheim untuk bangkit.
Sinyal Masa Depan Cerah
Kemenangan telak ini mengangkat Leverkusen ke posisi empat klasemen, mendekati RB Leipzig dan Borussia Dortmund yang sama-sama terpeleset. Enam gol yang mereka cetak juga membuat Leverkusen kini menjadi tim tertajam kedua di Bundesliga setelah Bayern, sekaligus memiliki selisih gol kedua terbaik dengan +10.
Performa ini menghidupkan kembali memori manis tim Xabi Alonso yang meraih Meisterschale 2023/24 dengan gaya menghancurkan. Masih terlalu dini menilai prospek musim ini, tetapi asa kebangkitan Leverkusen kembali terasa sangat nyata.

