Profil Jamie Bynoe-Gittens: Wonderkid Borussia Dortmund Yang Bikin Klub-klub Top Tergoda!

Gilabola.com – Borussia Dortmund telah lama dikenal sebagai tempat tumbuhnya talenta muda asal Inggris, dan Jamie Bynoe-Gittens menjadi nama terbaru dalam barisan tersebut.

Di usia yang baru menginjak 20 tahun, sang winger menunjukkan bahwa ia berada di jalur menuju level tertinggi sepak bola Eropa.

Jejak Langkah Para Pendahulu: Dari Sancho hingga Bellingham

Ketika Jadon Sancho memutuskan pindah dari Inggris ke Bundesliga pada tahun 2017, hanya segelintir pemain Inggris yang pernah merumput di kasta tertinggi Jerman. Namun delapan tahun berselang, jumlah itu meningkat tajam menjadi 30 pemain, sebagian besar berkat kesuksesan Sancho selama empat musim pertamanya bersama Dortmund.

Nama besar lainnya, Jude Bellingham, juga bersinar di Signal Iduna Park, menjadi Pemain Terbaik Bundesliga 2022/23 sebelum pindah ke Real Madrid dan meraih gelar Liga Champions.

Meski Gittens belum mencapai pencapaian dua seniornya itu, bakatnya sudah berkembang jauh lebih matang daripada sekadar “pemain potensial”. Seperti Sancho, Gittens juga meninggalkan Manchester City asuhan Pep Guardiola untuk bergabung dengan Dortmund pada Januari 2022 demi mendapatkan menit bermain di tim utama.

Awal Karier: Langsung Menonjol di Level Junior

Saat pertama kali bergabung, Gittens ditempatkan di tim U19 Dortmund. Meski baru berusia 17 tahun, level permainan remaja tersebut langsung terasa di bawah kemampuannya. Cedera ligamen pergelangan kaki membatasi penampilannya hanya dalam enam laga Bundesliga U19, namun ia masih mampu mencetak tiga gol dan menyumbang tiga assist. Di UEFA Youth League, ia mencetak enam gol hanya dalam lima pertandingan.

Ia juga tampil gemilang di final Bundesliga U19, mencetak gol penentu saat Dortmund mengalahkan Hertha Berlin 2-1. Gittens pun bermain sebagai starter di final Junior DFB Pokal melawan Stuttgart, meski kali ini Dortmund harus puas dengan kekalahan 1-2.

Performa konsistennya menarik perhatian pelatih tim utama saat itu, Marco Rose, yang memanggilnya naik ke skuad senior pada April 2022. Ia memulai debutnya sebagai pemain pengganti dalam kemenangan 6-1 atas Wolfsburg dan mendapat kesempatan starter dua laga kemudian saat Dortmund kalah 3-4 dari Bochum. Ia menutup musim dengan empat penampilan Bundesliga dan kemudian membantu timnas Inggris menjuarai Euro U19 di musim panas.

Puja-puji Pelatih dan Musim Pertama Penuh Tantangan

Rose memuji kualitas unik yang dibawa Gittens ke dalam skuad. “Dia memberi kami sesuatu yang selama ini kami tidak punya. Masih butuh adaptasi dengan kecepatan Bundesliga, tapi dia tampil sangat baik.”

Namun di musim 2022/23, pelatih baru Edin Terzić memilih untuk lebih berhati-hati, menggunakan Gittens secara terbatas. Cedera kembali menjadi batu sandungan. Ia hanya mencatat empat kali starter dan total 15 penampilan liga. Meski begitu, ia membuka rekening gol profesionalnya melawan Freiburg dan menutup musim dengan tiga gol serta satu assist.

“Dia punya kemampuan untuk menentukan hasil pertandingan,” kata Terzić saat itu. “Dia adalah pembeda—dan itulah yang ingin saya lihat darinya.”

Musim Kebangkitan: Statistik Menjanjikan dan Momen Magis

Setelah pulih sepenuhnya, musim 2023/24 menjadi ajang pembuktian. Gittens mencatatkan 34 penampilan di semua kompetisi, menyumbang dua gol dan delapan assist. Sorotan utamanya datang di Liga Champions, ketika ia mencetak gol dan memberikan assist saat menghadapi AC Milan.

Persiapan pramusim yang bebas cedera serta kehadiran pelatih anyar Nuri Şahin membuat Gittens melangkah ke level berikutnya. Meski hanya duduk di bangku cadangan pada laga pembuka melawan Eintracht Frankfurt, ia keluar sebagai pahlawan dengan dua gol penentu kemenangan 2-0.

Paruh pertama musim berjalan cemerlang. Gittens mencetak 11 gol, termasuk empat di fase grup Liga Champions. Gol pertamanya musim itu—sebuah tembakan ke pojok atas dari sudut sempit melawan Frankfurt—langsung menunjukkan kelasnya. Ia juga mencetak gol individual melawan Bayern Munich dan dua kali membobol gawang Freiburg serta satu gol ke gawang juara bertahan Bayer Leverkusen.

Penurunan Menit Bermain di Bawah Kovač

Namun, perubahan pelatih di pertengahan musim mengubah segalanya. Nuri Şahin hengkang, dan Niko Kovač masuk menggantikannya. Dalam sistem permainan defensif ala Kovač, Gittens lebih sering dicadangkan, hanya tampil sebagai starter dalam enam dari 15 laga Bundesliga terakhir. Posisi sayap kiri lebih sering diisi Maximilian Beier.

Kovač tetap memberikan pujian kepada sang winger: “Dia bekerja keras dan ingin menunjukkan kemampuan dalam latihan. Saya ingin memberinya lebih banyak menit, tapi situasinya tidak memungkinkan. Dia sangat penting, dan saya yakin akan kembali memberikan kontribusi besar.”

Meski menit bermainnya berkurang, statistik Gittens tetap impresif. Ia mencetak delapan gol dan melepaskan 53 tembakan—terbaik kedua di skuad Dortmund setelah Serhou Guirassy. Dari jumlah duel yang dimenangkan pun, ia hanya kalah dari Guirassy (242 berbanding 264).

Kecepatan menjadi salah satu aset utama Gittens, dengan catatan top speed 35,96 km/jam—tertinggi ketiga di skuad Dortmund dan masuk 20 besar Bundesliga. Ia juga mencatat 648 sprint sepanjang musim, di bawah Julian Brandt (713) dan Guirassy (687).

Diminati Klub Top Eropa, Tapi Tetap Setia

Tak heran jika penampilannya menarik perhatian banyak klub besar Eropa. Direktur olahraga Dortmund, Sebastian Kehl, mengonfirmasi bahwa Chelsea sempat melakukan kontak terkait transfer, namun tidak mencapai kesepakatan harga.

“Jamie sangat berkomitmen pada Dortmund. Ia tumbuh di sini, dan klub telah memberinya ruang untuk berkembang. Ia kini fokus menghadapi Piala Dunia Antarklub dan akan memberikan yang terbaik,” jelas Kehl.

Apa yang akan terjadi di masa depan masih belum pasti. Namun satu hal yang jelas: Jamie Bynoe-Gittens adalah pemain yang mampu mengubah jalannya pertandingan, dan musim 2025/26 bisa jadi menjadi tahun di mana ia menjelma menjadi salah satu winger terbaik di Eropa.