Site icon Gilabola.com

Arsenal Dikritik Keras: Pertahanan Kacau, Serangan Tumpul, Tanpa Trofi Sejak 2020!

Martin Odegaard dan Leandro Trossard saling menenangkan usai kekalahan Arsenal dari PSG

Gilabola.com – Kekalahan Arsenal dari Paris Saint-Germain di semifinal Liga Champions tidak hanya mengecewakan para pemain dan pelatih, tetapi juga memicu amarah salah satu fans paling vokal mereka, Piers Morgan.

Setelah kekalahan 2-1 di leg kedua yang memastikan agregat 3-1 untuk kemenangan PSG, Morgan langsung melampiaskan rasa frustrasinya di media sosial, dengan kritik pedas terhadap pertahanan Arsenal yang dianggapnya sangat buruk.

Gol spektakuler Fabian Ruiz dan sepakan melengkung dari Achraf Hakimi menjadi penentu kemenangan PSG dalam laga ini. Satu-satunya gol balasan Arsenal datang dari Bukayo Saka, sementara David Raya sempat menepis penalti Vitinha.

Namun, hal itu tidak cukup untuk membalikkan keadaan. Arsenal, yang masih menunggu trofi pertamanya sejak 2020, kembali harus pulang dengan tangan kosong di pentas sepak bola Eropa.

Kesalahan besar di lini belakang menjadi sorotan utama. Gol dari Hakimi yang menutup peluang Arsenal untuk bangkit berawal dari kegagalan Thomas Partey menghalau umpan lemah dari Khvicha Kvaratskhelia.

Bola dengan mudah direbut Ousmane Dembele dan diteruskan kepada Hakimi yang tak menyia-nyiakan kesempatan dan membuat situasi semakin sulit bagi The Gunners untuk mengejar ketertinggalan.

Serangan Tumpul dan Peran Darurat Jadi Sorotan Tajam

Morgan, yang dikenal sebagai penggemar berat Arsenal, menyebut lewat akun X bahwa pertahanan Arsenal sangat mengecewakan. Dia menulis bahwa permainan bertahan Arsenal terlihat sangat buruk dan PSG kembali mendominasi permainan.

Dia juga mengkritik ketidakadaan striker tajam di skuad asuhan Mikel Arteta, dan menilai dua pertandingan semifinal ini memperlihatkan betapa lemahnya lini depan mereka.

Cedera yang menimpa Kai Havertz dan Gabriel Jesus memaksa Arteta untuk menurunkan Mikel Merino sebagai striker dadakan. Gelandang asal Spanyol itu bahkan sempat menyebut peran barunya sebagai sesuatu yang ‘gila’.

Meski mendapat pujian karena mampu beradaptasi, performa Arsenal di lini serang tetap dianggap tumpul, terutama ketika mereka benar-benar membutuhkan penyelesaian akhir yang klinis.

Saka sempat membuka peluang kebangkitan ketika mencetak gol, namun dia juga menjadi sorotan setelah gagal memanfaatkan peluang emas yang seharusnya bisa membuat bola masuk dengan mudah.

Dalam momen krusial di 10 menit terakhir, dia menerima umpan dari Riccardo Calafiori yang melewati Gianluigi Donnarumma, tetapi tembakannya malah melambung dari jarak sangat dekat.

Dia kemudian terduduk di samping tiang gawang, memegangi kepala dengan penuh penyesalan, sementara penonton hanya bisa membayangkan bagaimana hasilnya jika peluang itu berbuah gol.

Hingga kini, Arsenal masih belum menambah koleksi trofi sejak Arteta membawa mereka juara Piala FA di musim pertamanya. PSG di sisi lain terus melaju dengan performa meyakinkan.

Mereka sudah menyapu bersih gelar Ligue 1 dengan sisa enam pertandingan dan kini berpeluang mencetak sejarah baru di pentas sepak bola Eropa. Setelah menyingkirkan tiga tim Premier League di fase gugur, mereka bersiap menghadapi Inter Milan dalam laga final yang akan digelar di Allianz Arena, Munich, pada 31 Mei mendatang.

Exit mobile version