Gilabola.com – Pertandingan antara Inter Milan dan Barcelona dalam semifinal Liga Champions musim ini kembali menyalakan perdebatan panjang soal keadilan dalam keputusan wasit dan VAR.
Arsene Wenger, mantan pelatih Arsenal yang kini menjadi pengamat, menilai ada satu momen yang benar-benar merugikan Barcelona. Dia merasa keputusan wasit memberi penalti kepada Lautaro Martinez adalah kesalahan besar.
Pada saat itu, Inter Milan sudah unggul 1-0 lewat gol Martinez, dan menjelang turun minum, pemain asal Argentina itu kembali menarik perhatian. Dia dilanggar oleh bek muda Barcelona, Pau Cubarsi, yang mencoba merebut bola saat Martinez tengah berlari ke kotak penalti.
Wasit Szymon Marciniak awalnya tidak menganggap insiden itu sebagai pelanggaran, namun kemudian mengubah keputusannya setelah meninjau VAR. Hakan Calhanoglu lalu mencetak gol dari titik putih dan memperlebar keunggulan Inter menjadi 2-0 di malam itu dan 5-3 secara agregat.
Namun Wenger mengatakan bahwa baginya, itu bukan penalti. Dia menjelaskan bahwa jika dilihat dalam kecepatan normal, Cubarsi sebenarnya lebih dulu mengenai bola. Menurut Wenger, Lautaro justru yang mencari kontak.
Dia berpendapat bahwa menggunakan gerakan lambat untuk menilai situasi seperti itu tidak mencerminkan konteks sebenarnya. Dalam pandangannya, pemain muda Barcelona itu memenangkan bola lebih dulu, dan itulah yang seharusnya dihitung.
Barcelona Menjawab, Tapi Gol Frattesi Menutup Segalanya
Pertandingan kemudian berkembang menjadi salah satu laga paling dramatis dalam sejarah Liga Champions. Barcelona bangkit di babak kedua, sama seperti yang mereka lakukan di leg pertama.
Gol demi gol dibalas. Dan saat Raphinha mencetak gol ketiga di menit ke-87, seluruh kubu Blaugrana merasa tiket final sudah dalam genggaman. Mereka unggul 3-2 di malam itu, dan 6-5 secara agregat.
Namun, segalanya berubah saat Francesco Acerbi, bek veteran Inter yang di akhir laga diarahkan bermain lebih ke depan, menyambar bola liar dan menjebol gawang lawan. San Siro meledak dalam kegilaan. Skor menjadi imbang dan memaksa laga berlanjut ke babak tambahan waktu.
Inter memanfaatkan momentum dengan baik. Davide Frattesi, pemain pengganti, menciptakan momen yang akan dikenang sepanjang masa. Sepakan kaki kirinya yang melengkung ke pojok gawang menjadi pukulan telak bagi Barcelona. Tidak hanya menyudahi pertandingan, gol itu sekaligus mengantarkan Inter ke final Liga Champions musim ini.
Di sisi lain, Barcelona kembali merasa dirugikan oleh VAR ketika penalti untuk Lamine Yamal dibatalkan dan hanya dianggap pelanggaran di luar kotak penalti. Keputusan itu semakin memperkuat kesan bahwa malam itu bukan milik mereka, meski mereka bermain dengan semangat dan determinasi tinggi.
Sementara itu, suara-suara dari luar lapangan menunjukkan betapa intensnya laga ini. Alan Shearer mengatakan bahwa Inter dan Barcelona telah memberi tontonan luar biasa.
Menurutnya, dua laga ini termasuk yang paling spesial yang pernah dia saksikan. Daniel Sturridge juga mengungkapkan hal serupa, bahwa pertandingan ini layak menjadi kenangan seumur hidup bagi para penggemar bola.