Gilabola.com – Kekalahan 3-0 Real Madrid dari Arsenal di Stadion Emirates bukan cuma menyakitkan dari sisi hasil. Di balik skor mencolok itu, suasana ruang ganti dan meja rapat manajemen klub juga mulai terasa panas.
Laporan dari Fichajes menyebutkan bahwa dua pemain kunci yang dulu diproyeksikan menjadi tulang punggung tim kini mulai kehilangan kepercayaan, yakni Rodrygo Goes dan Eduardo Camavinga.
Keduanya dipercaya turun sejak menit pertama oleh Carlo Ancelotti di pertandingan penting Liga Champions tersebut. Namun performa mereka dinilai jauh dari harapan.
Rodrygo, pemain sayap yang masih mendapatkan dukungan penuh dari sang pelatih meskipun penampilannya naik turun musim ini, kembali terlihat kurang tajam. Dia tidak mampu menembus pertahanan Arsenal dan disebut kehilangan kreativitas serta energi dalam permainannya.
Padahal, formasi 4-2-3-1 yang diterapkan Ancelotti sebagian besar dirancang agar bisa memaksimalkan potensi pemain asal Brasil tersebut. Sayangnya, statistik dan kontribusinya di lapangan malah terus menurun.
Ketertarikan dari klub-klub besar lain seperti Chelsea dan Liverpool mungkin saja muncul di tengah situasi ini, tapi belum ada kejelasan soal langkah Real Madrid selanjutnya.
Kegagalan Camavinga
Di lini tengah, Eduardo Camavinga juga mendapat sorotan tajam. Dia seharusnya bisa memanfaatkan absennya Aurelien Tchouameni karena skorsing. Namun, sang gelandang muda justru terlihat kesulitan mengikuti tempo pertandingan. Dia tidak mampu mengontrol ritme dan kontribusinya di lini tengah sangat minim.
Yang membuat keadaan semakin rumit, Camavinga harus meninggalkan lapangan lebih awal karena kartu merah yang diterimanya. Beberapa minggu terakhir, performanya dianggap terus menurun, diperparah oleh masalah fisik dan kedisiplinan.
Situasi ini memunculkan kekhawatiran di internal klub mengenai stagnasi dua pemain muda tersebut. Dalam kompetisi seketat Liga Champions, setiap penampilan buruk bisa membawa dampak serius bagi ambisi klub.
Masa Depan Ancelotti
Sementara badai kecil ini terjadi di lapangan, posisi Carlo Ancelotti juga mulai menjadi bahan perbincangan. Kekalahan beruntun dari Valencia dan Arsenal memperbesar tekanan terhadap pelatih asal Italia tersebut. Meski belum ada reaksi resmi dari manajemen, kegagalan meraih trofi musim ini diyakini akan membuat kursinya goyah.
Menariknya, Federasi Sepak Bola Brasil (CBF) terus memantau situasi ini dengan cermat. Mereka masih sangat tertarik menjadikan Ancelotti sebagai pelatih tim nasional dan sudah memberi tenggat waktu hingga 31 Mei, hari yang sama dengan final Liga Champions, sebagai batas keputusan.
Menurut laporan El Periodico, komunikasi tidak dilakukan langsung ke Ancelotti, melainkan ke anaknya, Davide, yang juga berada di staf pelatih Real Madrid. Cara ini dianggap sebagai langkah strategis untuk menjajaki kemungkinan tanpa menimbulkan konflik.
Meskipun Ancelotti sempat menyangkal pernah diajak bicara oleh pihak Brasil, sumber internal menyebutkan bahwa pernyataan tersebut tidak sepenuhnya menutup kemungkinan karena komunikasi memang tidak langsung.
Ketegangan juga disebut mulai terasa di ruang ganti, terutama setelah kritik terhadap performa tim makin sering terdengar meskipun Real Madrid masih bertahan di tiga kompetisi.