Gilabola.com – Laga leg kedua semifinal Liga Champions antara Inter Milan dan Barcelona di Giuseppe Meazza pada Rabu (7/5) dini hari WIB menghadirkan drama luar biasa yang sulit dilupakan.
Pertandingan ini menjadi penutup dari dua leg penuh aksi yang memukau pencinta bola, dengan total 13 gol tercipta dalam dua pertemuan. Berikut adalah empat poin penting dari kemenangan Inter yang membawa mereka ke final Liga Champions.
Lautaro Tidak Fit Tapi Tetap Menjadi Penentu
Keberadaan Lautaro Martinez di atas lapangan sempat diragukan setelah dia keluar dengan kondisi memprihatinkan pada leg pertama di Catalan. Namun, dalam laga yang menentukan seperti semifinal Liga Champions, dia memutuskan tetap tampil sejak awal.
Meski terlihat belum sepenuhnya pulih, penyerang Argentina itu tetap mampu mencetak gol pembuka dan menciptakan situasi penalti yang menggandakan keunggulan Inter.
Pergerakannya mungkin tidak seaktif biasanya, tapi striker itu menunjukkan insting golnya saat menerima umpan dari Dumfries untuk menyelesaikan peluang dengan mudah. Tak banyak sentuhan yang dia lakukan, namun dua momen krusial yang melibatkan dirinya menunjukkan mengapa dia begitu vital bagi permainan bola Inter musim ini.
Penampilan Tak Terduga Gerard Martin
Di saat nama-nama seperti Pedri atau Lewandowski tak banyak bersinar, justru Gerard Martin yang mencuri perhatian dari lini belakang. Setelah babak pertama yang sulit, Martin bangkit dan menjadi kreator dua gol penting bagi timnya.
Dia mencetak assist cemerlang untuk Dani Olmo dan Eric Garcia, serta hampir membantu terciptanya gol ketiga bila bukan karena penyelamatan luar biasa dari Yann Sommer.
Performa pemain muda ini begitu mengejutkan mengingat sebelumnya dia hanya menjadi pelapis. Namun dalam waktu singkat, dia berubah menjadi senjata utama Barcelona dari sektor kiri. Umpan-umpannya tajam, pergerakannya berani, dan kontribusinya di duel sepak bola ini akan dikenang dalam waktu lama.
Pertandingan yang Layak Masuk Buku Sejarah
Inter vs Barcelona di semifinal kali ini bisa disebut sebagai salah satu pertandingan terbaik dalam sejarah Liga Champions. Total 13 gol yang tercipta dalam dua leg bukan hanya soal angka, tapi juga soal emosi, ketegangan, dan ketidakpastian yang terus berubah dari menit ke menit.
Inter sempat unggul nyaman dengan dua gol, lalu tertinggal menjadi 2-3, lalu menyamakan kedudukan di masa injury time, sebelum akhirnya menang di perpanjangan waktu.
Simone Inzaghi bahkan tampak seperti sosok yang kesurupan di pinggir lapangan, terus memberi instruksi tanpa henti. Perputaran emosi di laga ini membuat siapa pun sulit untuk menebak hasil akhirnya. Gol Acerbi yang menyelamatkan Inter dan gol Frattesi yang memastikan tiket final hanya menambah lapisan drama dari laga penuh warna ini.
Sommer Jadi Benteng Terakhir Tak Tertembus Yamal
Lamine Yamal sempat menjadi mimpi buruk bagi Inter di leg pertama, dan dalam laga kedua dia tetap menjadi ancaman utama dari sisi kanan. Namun kali ini, Inter punya jawaban: Yann Sommer.
Kiper asal Swiss ini menggagalkan beberapa peluang emas dari pemain muda Barcelona tersebut, termasuk satu tembakan keras yang membentur tiang dan dua penyelamatan penting di babak perpanjangan waktu.
Meski tak mencetak gol, Yamal tetap menunjukkan betapa berbahayanya dia dalam urusan menyerang. Kecepatan dan tekniknya membuat bek Inter harus ekstra hati-hati. Namun, penyelesaian akhir yang belum matang, ditambah performa brilian Sommer, membuat malam itu bukan miliknya.