Gilabola.com – Untuk klub yang bahkan belum eksis sebelum tahun 1970, Paris Saint-Germain kini punya tim sepak bola yang sangat impresif, dan Luis Enrique adalah salah satu pelatih paling progresif di era modern.
Kini semua harapan Arsenal ditentukan dalam satu laga penentuan di Paris. Untuk menjaga mimpi tetap hidup, The Gunners harus menghancurkan keanggunan hubungan diplomatik Inggris-Prancis, sebrutal Alan Partridge kala memperkenalkan koleksi fashion olahraganya di Prancis dalam sebuah talk show aneh.
Arsene Wenger, sang godfather Arsenal yang kembali ke Emirates dalam kunjungan langka, dulu gagal meraih mahkota Liga Champions dalam hujan deras di Paris 19 tahun silam. Kini, generasi Mikel Arteta 2025 harus tampil habis-habisan jika ingin menebus kegagalan itu dan melaju ke final di Munich pada 31 Mei.
PSG: Klub “Muda” yang Jadi Raksasa Eropa
Meski sejarah mereka baru dimulai pada 1970, PSG kini sudah menjelma menjadi kekuatan elit. Di tangan Luis Enrique, mantan pelatih timnas Spanyol yang visioner, tim ini tampil memukau. Sementara banyak laga Premier League musim ini terasa hambar, PSG justru menyajikan atraksi sepak bola yang layak ditonton lintas benua.
Lini serang PSG tampil menggila. Khvicha Kvaratskhelia mempermainkan Jurrien Timber seperti jukebox penuh irama. Desire Doue tampil seolah ia layak dihargai satu miliar dolar. Dan Ousmane Dembele—ia menemukan ruang lebih banyak dari Ronnie O’Sullivan mencari sudut bola di meja snooker Crucible.
Arteta, yang telah menunggu lima tahun sejak angkat trofi FA Cup di stadion kosong, tampak seperti pria yang butuh hiburan di babak pertama. Maka, bayangkan saja ia tersenyum getir saat mengingat gaya norak Alan Partridge di Paris:
“Gaya pertama ini cocok untuk berkendara ke Paris,” oceh Partridge. “Kemeja kuning terang, celana horizon blue, sarung tangan kulit coklat muda—ini tampilan yang bilang: ‘Aku mengendalikan kemudiku sendiri.’”
Sayangnya, justru PSG yang mengendalikan semuanya. Saat tim tamu membelah pertahanan Arsenal dengan ketepatan klinis, dan wasit Slovenia Slavko Vincic meniup peluit layaknya korban kapal karam mencari perhatian, The Gunners tak bisa memberikan respons yang sepadan terhadap gol awal Dembele.
Arsenal Gagal Bangkit, PSG Tak Terbendung
Seperti kata Del Boy dengan aksen Prancis ala Peckham, semuanya “jadi kacau balau… très Chateauneuf du Pape”. Ketika Leandro Trossard punya peluang emas untuk menyamakan skor, Gianluigi Donnarumma hadir sebagai penyelamat PSG.
Donnarumma memang spesialis mematahkan hati publik Inggris—biasanya lewat adu penalti. Setelah final Euro 2020, ia kembali berulah bulan lalu saat menggagalkan Liverpool di Anfield. Dan kali ini, ia sekali lagi menambah luka.
Melihat malam yang menyakitkan di Holloway Road itu, Arteta mungkin akan bersyukur jika laga di Paris nanti setidaknya bisa diseret ke adu penalti.