Manchester City dan Pertanyaan Berat bagi Guardiola Setelah Kekalahan Telak 4-1 dari Sporting CP

Gila BolaManchester City mengalami salah satu kekalahan paling memalukan dalam era kepelatihan Pep Guardiola setelah ditekuk Sporting CP dengan skor 4-1 di Liga Champions.

Pertandingan yang berlangsung di Lisbon ini bukan hanya menyisakan kekecewaan, tetapi juga memunculkan pertanyaan serius tentang masa depan Manchester City di tangan Pep Guardiola.

Dengan kontrak yang tinggal beberapa bulan lagi, banyak pihak kini mempertanyakan apakah sang pelatih mampu mengembalikan performa The Citizens yang sempat dominan di Premier League.

Pertandingan ini diawali dengan dominasi City yang tampak menjanjikan. Guardiola memutuskan memberi kesempatan pada Jahmai Simpson-Pusey, bek tengah muda, yang tampil solid di menit-menit awal.

Phil Foden mencetak gol pembuka yang membuat City unggul cepat, memberi harapan kepada para pendukung bahwa tim tamu akan menguasai laga. Babak pertama menjadi milik City dengan beberapa peluang emas yang tercipta, termasuk upaya Erling Haaland yang nyaris menambah keunggulan.

Namun, babak kedua mengubah segalanya. Hanya dalam waktu 20 detik, Sporting CP berhasil menyamakan kedudukan melalui gol yang mudah. Tidak lama setelah kick-off, Josko Gvardiol melakukan kesalahan fatal dengan kehilangan bola, berujung pada penalti yang dimanfaatkan Sporting untuk unggul.

Pada titik ini, Manchester City kehilangan kendali permainan, dan Sporting CP memanfaatkan setiap celah untuk mencetak gol tambahan yang mengejutkan para pendukung City.

Pep Guardiola kini dihadapkan pada situasi sulit, terutama karena ini menjadi kekalahan ketiga berturut-turut bagi timnya, sebuah tren yang belum pernah terjadi sejak tahun 2018.

Dengan absennya beberapa pemain kunci seperti Rodri dan kurangnya koordinasi pertahanan, lini belakang City terlihat mudah ditembus. Padahal, selama ini, pertahanan solid adalah andalan City, terutama saat mereka merebut banyak gelar Premier League dalam beberapa musim terakhir.

Keputusan Guardiola untuk merombak tim dengan menurunkan pemain-pemain muda memang mencerminkan upayanya memberi kesempatan bagi regenerasi, tetapi hasil buruk ini menunjukkan ada aspek yang perlu dievaluasi lebih lanjut.

Tantangan besar Guardiola ke depan adalah bagaimana dia dapat menemukan kembali keseimbangan di dalam tim untuk menjaga performa di Premier League dan kompetisi Eropa.

Pertanyaan utama yang kini muncul adalah, apakah Guardiola bisa memperbaiki keadaan City sebelum kontraknya habis? Kepergian Ruben Amorim ke Manchester United setelah meninggalkan Sporting yang lebih kuat dari sebelumnya semakin memberi tekanan bagi Guardiola untuk mempertahankan dominasi City di Inggris.

Amorim sendiri mendapat penghormatan khusus dari publik Sporting sebelum pertandingan ini sebelum kepergiannya ke Inggris, karena berhasil mematahkan dominasi Benfica dan Porto.

Manchester City perlu mengatasi masalah performa yang naik-turun ini, terutama jika mereka ingin mempertahankan posisi di papan atas Premier League. Dengan rumor kepindahan yang terus beredar, masa depan Guardiola di Etihad mungkin tidak akan berjalan mulus.

Meski begitu, pengalaman Guardiola dan pendekatannya yang tegas diharapkan mampu membalikkan keadaan ini dan membuktikan bahwa City masih mampu berjuang meraih trofi di musim-musim mendatang.