Gilabola.com – Kekalahan dari Bournemouth jadi sinyal bahaya bagi Arsenal, yang wajib tampil sempurna saat melawan PSG di leg kedua Liga Champions.
Arsenal tampaknya sedang kehilangan momentum tepat di saat musim memasuki fase paling krusial. Kekalahan 2-1 dari Bournemouth akhir pekan lalu bukan hanya mengecewakan, tapi juga jadi persiapan terburuk menjelang leg kedua perempat final Liga Champions menghadapi Paris Saint-Germain, di mana The Gunners tertinggal agregat 1-0.
Krisis ini datang di tengah jadwal super padat. Setelah menghadapi PSG, Arsenal akan bertemu Liverpool, Newcastle, dan Southampton di Premier League—dengan status belum memastikan tempat di Liga Champions musim depan. Kondisi ini membuat pelatih Mikel Arteta harus menemukan solusi cepat dalam waktu hanya empat hari ke depan.
Tiga Masalah Arsenal Jelang Lawan PSG
1. Kebobolan dari Bola Mati
Meski dikenal tajam dari set-piece saat menyerang, Arsenal justru buruk saat bertahan dari situasi yang sama. 38,7% dari gol yang mereka kebobolan musim ini datang dari bola mati, termasuk dua gol Bournemouth. Catatan ini jadi yang terburuk di Premier League dalam hal proporsi gol dari set-piece.
Padahal secara fisik, skuad Arsenal punya pemain bertubuh besar dan kuat. Tapi organisasi saat bola mati sering kacau, termasuk saat melawan PSG di leg pertama. Jika kembali kebobolan cepat di Paris dari situasi ini, Arsenal bisa langsung kehilangan kendali pertandingan.
2. Perform Martin Ødegaard yang Meredup
Cedera pergelangan kaki di awal musim memang sempat mengganggu, tapi Ødegaard sudah kembali sejak November dan hanya absen satu kali sejak itu. Namun, kontribusinya masih di bawah ekspektasi.
Sebagai kapten dan kreator utama, Ødegaard justru sulit menembus pertahanan rapat PSG di leg pertama. Begitu pula saat melawan Bournemouth, di mana ia jarang memberi dampak berarti. Arteta harus menemukan cara untuk mengembalikan pengaruh sang kapten di lini tengah jika ingin membalikkan keadaan.
3. Mentalitas Tim yang Rawan Goyah
Arteta mengakui bahwa para pemainnya marah dan frustrasi setelah kekalahan dari Bournemouth. “Kami bertahan sangat buruk, tidak sesuai standar. Yang kami hasilkan hanya kemarahan dan kekecewaan,” ujarnya.
Masalahnya, emosi negatif bisa jadi bumerang, apalagi di laga sepenting dan sesulit ini. Arsenal butuh pemain yang mampu mengontrol emosi, bermain dengan akal sehat, bukan dengan kemarahan. Jika tidak, kartu merah atau kesalahan individual bisa mengubur peluang mereka lebih dalam.