Site icon Gilabola.com

PSG Hadapi Dominasi Klub Inggris dan Cedera Pemain Untuk Pertahakan Gelar Liga Champions

PSG dan tantangan pertahankan gelar juara Liga Champions

Gilabola.com – Paris Saint-Germain kembali memulai petualangan barunya di Liga Champions musim ini dengan status juara bertahan, membawa harapan besar sekaligus beban berat setelah sukses mematahkan kutukan panjang musim lalu. Namun, tantangan kali ini jauh dari kata mudah, dengan jadwal padat, cedera pemain kunci, dan dominasi klub-klub Inggris yang kian menakutkan.

Musim Baru, Tantangan Baru untuk PSG

PSG akhirnya menuntaskan penantian lebih dari satu dekade ketika mereka mengangkat trofi Liga Champions di bulan Mei lalu, usai menghancurkan Inter Milan di final. Itu adalah pertandingan ke-17 dari total 65 laga yang mereka jalani dalam musim maraton selama 11 bulan, sebelum akhirnya ditutup dengan kekalahan dari Chelsea di final Piala Dunia Antarklub.

Kini, skuad asuhan Luis Enrique mencoba menorehkan sejarah dengan mempertahankan gelar. Namun, mimpi itu langsung terganjal oleh masalah cedera. Bintang utama sekaligus kandidat Ballon d’Or, Ousmane Dembele, serta talenta muda Desire Doue dipastikan absen saat laga pembuka kontra Atalanta.

Sistem baru Liga Champions memang memberi ruang lebih besar untuk tim-tim besar. Dari 36 peserta, 24 akan lolos ke fase gugur. Namun, finis di delapan besar demi tiket langsung ke babak 16 besar tetaplah sulit. Enrique bahkan menegaskan, “Mencapai lima kemenangan dan satu hasil imbang untuk finis di delapan besar itu sulit. Tapi tujuan kami jelas: menjuarai Liga Champions.”

PSG sendiri musim lalu sempat terseok-seok di awal, namun berhasil bangkit dengan menyingkirkan Liverpool yang finis teratas di fase liga. Barcelona, Arsenal, dan Inter menjadi semifinalis setelah merajai papan atas, bukti bahwa konsistensi di fase ini kian krusial.

Dominasi Inggris dan Warna Baru Liga Champions

Menariknya, musim ini enam klub Premier League masuk fase liga—jumlah yang sama dengan total lawan asal Inggris yang sudah dihadapi PSG sepanjang 2025. Dengan peraturan UEFA yang mencegah tim satu negara bertemu di fase awal, hampir semua klub non-Inggris harus bersiap menghadapi kekuatan finansial raksasa EPL.

Dari total 36 tim, 22 di antaranya berasal dari lima negara elit Eropa: Inggris, Spanyol, Jerman, Italia, dan Prancis. Artinya, hanya 16 negara lain yang mendapat jatah dari total 55 asosiasi anggota UEFA. Tidak heran jika pemenang musim ini hampir pasti kembali datang dari lingkaran sempit itu.

Meski begitu, UEFA bersikeras format baru ini menghadirkan sensasi lebih segar. Giorgio Marchetti, Wakil Sekjen UEFA, bahkan menyebut, “Kami yakin format ini akan menjadi kesuksesan besar yang melampaui pencapaian sebelumnya.”

Pertandingan besar pun langsung hadir sejak pekan pertama: Liverpool vs Atletico Madrid, Bayern Munich vs Chelsea, Manchester City menghadapi Napoli yang kini diperkuat Kevin De Bruyne, hingga Barcelona bersua Newcastle United. Manuel Neuer menegaskan, “Selalu spesial melawan tim-tim terbaik.”

Namun bukan hanya raksasa Eropa yang mencuri perhatian. Kairat Almaty dari Kazakhstan untuk pertama kalinya tampil di fase utama dan akan menjamu Real Madrid. Ada juga Bodo/Glimt dari Norwegia yang kembali setelah 18 tahun, serta juara Siprus, Pafos. Meski kecil peluang melaju, mereka akan menikmati keuntungan finansial besar.

Sekadar tampil di fase liga saja sudah bernilai Rp342 miliar. Sementara sang juara bisa mengantongi lebih dari Rp1,84 triliun, belum termasuk hak siar dan peringkat koefisien. PSG sendiri musim lalu diyakini meraup hampir Rp2,76 triliun dari musim juaranya.

Exit mobile version