Gila Bola – Mungkin sudah saatnya Real Madrid dilarang untuk bermain lagi di Liga Champions, sehingga memberi kesempatan tim-tim lain untuk bisa memenangi turnamen ini di masa mendatang.
Bagaimana tidak, lagi dan lagi, Real Madrid menunjukkan mengapa mereka adalah raja Liga Champions usai kemenangan 2-0 mereka atas Borussia Dortmund dalam pertandingan final di Wembley pada Minggu (2/6) dini hari WIB.
Padahal di babak pertama, pasukan Carlo Ancelotti tampil begitu buruk, sementara tim Edin Terzic tampil lebih berani, lebih baik, menciptakan banyak peluang, sayangnya mereka tidak beruntung untuk bisa menyelesaikannya.
Ada peluang dari Karim Adeyemi yang berhadapan dengan gawang terbuka, tapi Dani Carvajal melakukan tekel di waktu yang tepat, sementara ada peluang Niklas Fullkrug yang masih mengenai tiang.
Di babak kedua, kegagalan Dortmund membunuh pertandingan kemudian dihukum Madrid. Tampil tenang di bawah tekanan, Los Blancos tampil jauh lebih baik di babak kedua, menciptaikan banyak peluang sebelum akhirnya membuka skor melalui sundulan Dani Carvajal.
Bahkan bek kanan itu hampir menggandakan skor lewat cara yang sama, sementara Bellingham melihat tendangannya menipis di samping gawang, sebelum Vinicius Junior mengakhiri perlawanan BVB dengan golnya di akhir babak kedua.
Real Madrid seperti selalu menemukan cara untuk menang di turnamen ini, bahkan ketika mereka tidak bermain dengan performa terbaik. Tim ini tahu bagaimana caranya memenangkan Liga Champions, DNA itu begitu kuat.
Mengalahkan Real Madrid di final Liga Champions bak mitos memang. Mereka sudah mencapai final 18 kali sepanjang sejarah, dan hanya kalah tiga kali. Terakhir kali mereka kalah di final adalah melawan Liverpool pada 1981.
Selanjutnya, mereka memenangkan sembilan pertandingan final mereka secara beruntun, dan semakin menegaskan status sebagai tim tersukses turnamen dengan total 15 trofi! Jauh di atas AC Milan (7) di peringkat kedua.
Bahkan Pep Guardiola, yang membuat Liga Inggris jadi Liga Tani dengan enam gelar dari tujuh musimnya, ketika ditanya mengapa Manchester City baru menang sekali saja di Liga Champions, dia menjawab enteng, “Ya karena ada Real Madrid di sana.”
Celakanya, bahwa era baru Real Madrid bisa terus melanjutkan dominasi mereka di Liga Champions di tahun-tahun mendatang. Bayangkan tim Carlo Ancelotti ini masih akan ditambah dengan Kylian Mbappe di musim depan.
Memang Toni Kroos pensiun, sama halnya dengan klub sudah ditinggal para legenda macam Cristiano Ronaldo, Sergio Ramos, hingga Karim Benzema, tapi Florentino Perez telah membangun skuad penerus dengan sangat baik yang berbasis pada pemain muda.
Vinicius Junior, Rodrygo Goes, Fede Valverde, Eduardo Camavinga, Aurelien Tchouameni, hingga Jude Bellingham siap meneruskan tongkat estafet, yang masih akan ketambahan Kylian Mbappe dan Endrick.
Repot memang kalau sudah berurusan dengan Real Madrid di Liga Champions. Tim ini sudah terlalu banyak menang (15), DNA-nya melekat kuat, dan paham betul bagaimana memenangkan turnamen ini.
Mungkin sudah saatnya Madrid diboikot saja dari Liga Champions untuk memberi kesempatan bagi tim-tim lain memenangkan turnamen ini. Kasihan kan tim seperti Barcelona, yang sekarang jumlah trofinya dilewati pemain macam Luka Modric dan Dani Carvajal (6).