Taktik Arsenal Sudah Sempurna, Tapi Mereka Tak Punya ‘Rubah’ di Kotak Penalti

Gilabola.com – Kekalahan Arsenal dari Paris Saint-Germain di semifinal Liga Champions kembali membuka perbincangan soal kelemahan di skuad asuhan Mikel Arteta.

Martin Keown, salah satu pundit TNT Sports, mengatakan bahwa secara taktik, Arsenal tampil sangat baik, tetapi tetap gagal karena satu hal yang mendasar: tak ada pemain yang bisa menjadi “rubah di dalam kotak penalti”.

Laga yang berakhir dengan skor 2-1 di Paris membuat agregat menjadi 3-1 untuk PSG. Gol dari Fabian Ruiz dan Achraf Hakimi membuat tuan rumah tampak nyaman sebelum Bukayo Saka sempat memperkecil ketertinggalan.

Namun, Arsenal tetap gagal melangkah ke partai puncak, dan Keown merasa bahwa masalah utamanya bukan soal pendekatan permainan, melainkan ketiadaan striker murni yang bisa menyelesaikan peluang.

Keown menyampaikan bahwa Arteta telah belajar banyak dari pertemuan pertama. Dia menilai pelatih asal Spanyol itu memasang pressing yang jauh lebih tinggi sejak awal dan Declan Rice berhasil menjalankan peran tersebut dengan baik.

Dia juga menyebut bahwa Thomas Partey memberikan jaminan di lini tengah, walaupun turut andil dalam gol pertama PSG karena menyundul bola ke area berbahaya.

Menurut Keown, secara keseluruhan taktik Arsenal malam itu sudah sempurna. Tapi menurutnya, Arsenal tetap kekurangan pemain yang mampu benar-benar menyakiti lawan di sepertiga akhir.

Dia menyebut PSG punya kecepatan saat melakukan serangan balik, sedangkan Arsenal tidak memiliki senjata serupa. Maka dari itu, Keown menyebutkan bahwa perubahan besar akan terjadi pada musim panas nanti dalam bentuk perekrutan pemain baru.

Wilshere Soroti Cedera dan Minimnya Opsi

Jack Wilshere, mantan gelandang Arsenal, juga memberikan pandangan seusai pertandingan. Dia menyoroti badai cedera yang menimpa skuad dan menyebut bahwa itu bukan alasan, tapi sebuah fakta. Menurutnya, keadaan itu harus diakui sebagai faktor penting yang memengaruhi performa tim, terutama menjelang akhir musim.

Wilshere menekankan bahwa Merino, yang sebenarnya bukan striker, terpaksa dipasang di lini depan karena absennya dua penyerang utama: Gabriel Jesus dan Kai Havertz.

Kehilangan Jesus di lini belakang juga disebutnya sebagai kerugian besar yang tak boleh disepelekan. Dia mengakui bahwa Arsenal telah mengeluarkan uang untuk belanja pemain, namun tetap merasa bahwa investasi yang lebih besar mungkin dibutuhkan.

Dia menyebut bahwa tim-tim seperti Inter dan Barcelona punya opsi pemain dari bangku cadangan yang bisa membuat perbedaan. Lewandowski, kata Wilshere, bisa dimasukkan oleh Barcelona di saat genting, sementara Arsenal tidak memiliki kemewahan seperti itu.

Mantan gelandang timnas Inggris itu melihat bahwa untuk bersaing di level atas, skuad harus fit sepanjang musim dan memiliki kedalaman yang cukup untuk menghadapi semua situasi.

Wilshere juga berbicara soal mentalitas dan kepemimpinan. Dia membandingkan generasi Arsenal sekarang dengan tim yang ia bela dahulu. Dia merasa bahwa tim-tim sebelumnya memang sering dikritik karena minim pemimpin, dan kritik itu pantas. Namun, dia menilai bahwa kelompok pemain Arsenal saat ini punya karakter lebih kuat.

Dia menyatakan bahwa proses untuk bangkit dari kekalahan seperti ini harus diawali dengan rasa sakit yang benar-benar dirasakan, agar bisa dipahami dan dijadikan pelajaran untuk musim berikutnya.