
Gilabola.com – Timnas Inggris dikabarkan siap meniru strategi bola mati milik Mikel Arteta di Arsenal untuk memperbesar peluang juara pada Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat.
Bek Ezri Konsa menjelaskan bahwa tim sudah mulai mempersiapkan pendekatan serupa, mencontoh efektivitas Arsenal yang kini dikenal sebagai tim paling berbahaya dari situasi bola mati di Premier League.
Konsa menyebut bahwa pengaruh Arteta terhadap Arsenal terbukti melalui keberhasilan timnya mencetak banyak gol dari situasi bola mati seperti tendangan bebas, sepak pojok, dan lemparan jauh. Menurutnya, pola seperti itu kini menjadi fokus penting dalam sepak bola modern, termasuk di level internasional.
Bek Aston Villa tersebut menilai bahwa kekuatan fisik dan kemampuan membaca permainan dalam situasi bola mati akan sangat menentukan di turnamen besar.
Dia menganggap bahwa tanpa aspek itu, tim nasional akan kesulitan bersaing dengan lawan yang memiliki kualitas serupa. Konsa menilai semakin banyak tim Premier League memanfaatkan lemparan jauh untuk menciptakan peluang.
Dia mencontohkan Brentford sebagai salah satu klub yang berhasil mengeksekusi strategi tersebut dengan baik, menunjukkan bahwa set-piece kini memegang peranan besar dalam penentuan hasil pertandingan.
Menurutnya, Inggris memiliki peluang untuk meniru pola Arsenal, yang banyak meraih poin berkat efektivitas situasi bola mati. Dia menilai hal itu bukan hanya soal strategi, tetapi juga soal kesiapan fisik dan disiplin dalam menjalankan setiap peran di lapangan.
Peran Austin MacPhee dan Adaptasi di Timnas
Konsa menjelaskan bahwa keberhasilannya mencetak gol saat melawan Serbia pada laga internasional September lalu tidak lepas dari pengaruh pelatih set-piece Aston Villa, Austin MacPhee. Dia mengaku bahwa pola latihan di klub telah menanamkan naluri menyerang bahkan bagi pemain bertahan sepertinya.
Dia menyebut bahwa MacPhee kerap menekankan pentingnya berpikir seperti penyerang saat berada di kotak penalti lawan. Hal tersebut membantu para bek untuk lebih siap memanfaatkan peluang dari bola rebound atau situasi kacau di depan gawang.
Konsa menuturkan bahwa pola pikir tersebut membantunya dalam situasi nyata. Saat melawan Serbia, dia mengaku sudah membayangkan pergerakannya ke dalam kotak penalti sebelum akhirnya mencetak gol lewat kaki kiri. Dia mengatakan bahwa pengalaman itu menjadi bukti bahwa latihan intensif dapat menghasilkan hasil nyata di level internasional.
Namun, ia juga mengakui bahwa persiapan bersama tim nasional tidak semaksimal di klub karena keterbatasan waktu. Menurutnya, jadwal padat dan jarak antarpertandingan membuat latihan bola mati tidak bisa dilakukan sesering di kompetisi domestik.
Meski demikian, Konsa optimistis bahwa fokus terhadap set-piece akan tetap menjadi bagian penting dari rencana pelatih Thomas Tuchel. Dia menilai tim pelatih sudah memahami bahwa detail seperti itu bisa menjadi pembeda di turnamen besar seperti Piala Dunia.
Bek berusia 28 tahun tersebut kini menjadi bagian penting dalam skuad Tuchel. Fleksibilitasnya bermain di berbagai posisi membuatnya menjadi pilihan andalan untuk lini belakang Inggris. Dia menilai hal itu tidak lepas dari kepercayaan yang diberikan pelatih kepadanya.
Konsa mengatakan bahwa kepercayaan Tuchel memberikan motivasi tambahan dalam setiap laga. Dia merasa diberi ruang untuk berkembang dan menunjukkan kontribusi maksimal bagi tim nasional.
