Gilabola.com – Timnas Inggris kembali meraih kemenangan di Kualifikasi Piala Dunia, tetapi kali ini dengan cara yang jauh dari meyakinkan. Menghadapi Andorra – tim kecil yang duduk di peringkat 173 dunia – The Three Lions hanya mampu menang tipis 1-0 lewat gol tunggal Harry Kane di babak kedua.
Pertandingan yang berlangsung di RCDE Stadium, Barcelona, tersebut diwarnai dengan performa membosankan dari para pemain Inggris. Thomas Tuchel, sang pelatih, mengaku sangat kecewa atas mentalitas dan kualitas timnya sepanjang pertandingan.
“Penampilan kami di 20 menit terakhir sungguh tidak mencerminkan semangat sebuah laga kualifikasi Piala Dunia,” ujar Tuchel kesal kepada ITV Sport usai laga. “Saya tidak suka sikap kami. Seolah kami hanya ingin cepat selesai hingga menit ke-93.”
Atmosfer Dingin, Permainan Lesu
Meski menang, laga ini tercatat sebagai hasil terburuk Inggris dalam tujuh pertemuan terakhir kontra Andorra. Bahkan di babak pertama, permainan Inggris begitu datar hingga memicu ejekan dari suporter yang hadir di stadion berkapasitas 40.000, tapi hanya diisi sekitar 7.000 penonton.
“Tidak ada energi, tidak ada urgensi,” keluh Tuchel. “Kami memulai cukup baik di 25 menit awal. Tapi setelah itu, kami kehilangan momentum dan tak pernah mendapatkannya kembali.”
Bahkan, satu momen memalukan terjadi di masa injury time ketika pemain veteran Andorra berusia 37 tahun, Marc García, berhasil melakukan nutmeg kepada winger Inggris, Noni Madueke. Hal tersebut melambangkan betapa buruknya permainan para pemain elite Inggris malam itu.
Andorra Tampil Kompak, Inggris Kehilangan Ide
Satu hal yang terlihat jelas adalah kesulitan Inggris dalam membongkar pertahanan berlapis Andorra. Tim lawan tampil dengan blok rendah yang membuat Inggris kesulitan menciptakan ruang, apalagi mencetak peluang bersih.
Thomas Tuchel memang memanfaatkan laga ini untuk melatih skema melawan pertahanan ketat. Namun, yang muncul justru permainan monoton, minim pergerakan, dan set-piece yang sia-sia. Dari 12 tendangan sudut, tidak satu pun yang menghasilkan peluang berarti – padahal kiper Andorra, Iker Álvarez, tidak menunjukkan dominasi dalam kotak penalti.
“Para pemain kami terbiasa bermain di level tinggi dan cepat, bukan melawan blok rendah yang pasif,” ujar Tuchel menjelaskan tantangannya.
Satu-Satunya Hal Positif: Gol Harry Kane
Satu momen cerah dari pertandingan ini muncul di menit ke-68 saat Curtis Jones, yang ditempatkan di posisi eksperimental sebagai bek kanan hybrid, mengirimkan umpan terobosan untuk Harry Kane. Striker andalan Inggris itu berhasil menuntaskan peluang tersebut menjadi gol penentu kemenangan.
Namun selebihnya, tidak ada ledakan permainan ataupun dominasi khas tim unggulan. Bahkan, nyanyian suporter Inggris lebih banyak bernuansa ejekan ringan terhadap politisi atau menyanyikan lagu untuk pemain Andorra, Ian Olivera, yang hanya mencantumkan nama depannya di jersey.
Laga ini seharusnya jadi ajang pemanasan yang mudah bagi Inggris. Namun, kenyataannya justru mengungkap banyak kelemahan — terutama dalam mentalitas dan cara mengatasi lawan bertahan total.
Meski kemenangan tetap didapat, pelajaran besar harus dipetik jelang laga-laga penting mendatang. Jika ingin menjuarai Piala Dunia, Inggris tidak bisa terus mengandalkan “cukup menang”, tapi harus menunjukkan identitas dominan mereka di setiap pertandingan.