Site icon Gilabola.com

Empat Hal yang Dapat Kita Pelajari dari La Liga Spanyol Musim 2023/2024 yang Telah Berakhir

Empat Hal yang Dapat Kita Pelajari dari La Liga Spanyol Musim 2023/2024 yang Telah Berakhir

Gila Bola – Musim La Liga 2023/2024 telah berakhir akhir pekan kemarin dengan Real Madrid dinobatkan sebagai juara dan Almeria, Cadiz, serta Granada harus turun ke divisi bawah.

Dengan gelar sudah di tangan, Carlo Ancelotti memanfaatkan pertandingan terakhir untuk merotasi timnya, memastikan para pemainnya dalam kondisi terbaik menjelang final Liga Champions melawan Borussia Dortmund pada Sabtu mendatang.

Berikut adalah beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari sembilan setengah bulan sepak bola di Spanyol:

Dominasi Keuangan Real Madrid

Real Madrid kembali membuktikan bahwa kekuatan finansial memainkan peran penting dalam meraih gelar. Tim asuhan Carlo Ancelotti berhasil memanfaatkan investasi besar-besaran dalam beberapa tahun terakhir, termasuk mengeluarkan Rp 1,6 Trilyun untuk Jude Bellingham musim panas lalu. Bellingham terbukti menjadi investasi yang tepat dengan penampilannya yang gemilang musim ini.

Namun, keunggulan finansial Madrid jauh melampaui batas pengeluaran tim-tim lain di La Liga. Mereka dapat menghabiskan 12,7 Trilyun untuk pemain, jauh di atas Rp 5,3 Trilyun yang diizinkan untuk Atletico Madrid dan Rp 3,8 Trilyun untuk Barcelona.

Klub-klub papan tengah seperti Alaves bahkan tidak mampu mendekati angka tersebut, hanya bisa menghabiskan sekitar 20 kali lebih sedikit.

Ketimpangan finansial ini membuat Barcelona harus menjual pemain sebelum bisa berbelanja musim panas ini, menyulitkan mereka untuk meningkatkan skuad secara signifikan.

Sementara itu, kedatangan Kylian Mbappe dan Endrick di Real Madrid musim depan bisa membuat mereka semakin dominan, karena secara ekonomi, tidak ada klub lain yang mampu bersaing.

Kekacauan di Barcelona

Meskipun batasan ekonomi menjadi faktor yang menghambat, masalah internal juga memainkan peran besar dalam kekacauan di Barcelona. Klub ini bergulat dengan utang sekitar Rp 17,5 Trilyun, membatasi kemampuan mereka di bursa transfer hanya pada pemain bebas transfer seperti Inigo Martinez dan Ilkay Gundogan, atau opsi berbiaya rendah seperti Oriol Romeu.

Gundogan tampil luar biasa, tetapi Romeu kesulitan menemukan performa terbaiknya setelah kembali ke Camp Nou, dan Martinez sering terganggu oleh cedera otot.

Cedera yang menimpa Frenkie de Jong dan Pedri juga menghambat performa Barcelona, yang harus bergantung pada penampilan gemilang dari pemain muda seperti Lamine Yamal dan Pau Cubarsi.

Namun, ketidakpastian di ruang direksi dan kurangnya dukungan penuh dari presiden Joan Laporta dan direktur olahraga Deco menyebabkan Xavi Hernandez mengancam mundur setelah kekalahan kandang dari Villarreal.

Meskipun Xavi akhirnya bertahan, dia kemudian dipecat karena hasil yang tidak memuaskan dan kritikan publiknya, yang membuat Hansi Flick sekarang sudah ditunjuk sebagai penggantinya.

Keberhasilan Wilayah Basque

Ini adalah musim yang luar biasa untuk tim-tim di wilayah Basque. Athletic Bilbao berhasil memenangkan Copa del Rey dan finis di posisi kelima La Liga dengan tim yang sebagian besar terdiri dari pemain akademi mereka.

Pelatih Ernesto Valverde berhasil mengembangkan pemain muda seperti Aitor Paredes, Benat Prados, Nico Williams, dan Gorka Guruzeta, sementara kedatangan Inigo Ruiz de Galarreta memberikan stabilitas di lini tengah.

Real Sociedad juga tampil impresif, meskipun sempat mengalami penurunan performa setelah musim Liga Champions yang kuat di awal musim. Mereka berhasil bangkit di minggu-minggu terakhir untuk finis di posisi keenam dan memastikan tempat di kompetisi Eropa untuk tahun kelima berturut-turut berkat pertahanan yang solid.

Alaves yang baru promosi juga tampil baik, mengakhiri musim di papan tengah, sementara Osasuna berhasil mengatasi kekecewaan dari tersingkir lebih awal di Liga Konferensi Eropa untuk tetap berada di papan tengah klasemen berkat organisasi yang baik di bawah Jagoba Arrasate dan gol-gol dari Ante Budimir.

Bencana di Wilayah Andalusia

Sementara tim-tim di wilayah Basque menikmati kesuksesan, tim-tim di wilayah Andalusia mengalami musim yang sulit. Hanya Real Betis yang mampu bersaing di level yang serius.

Almeria, Granada, dan Cadiz terdegradasi, dengan ketiga tim tidak pernah benar-benar tampak mampu menghindari degradasi setelah perekrutan yang buruk. Meskipun Cadiz berjuang keras, Sergio Gonzalez dan Mauricio Pellegrini harus menghadapi skuad yang terbatas yang tampak semakin lemah di awal musim.

Sevilla juga menghadapi kesulitan sepanjang musim setelah keputusan kontroversial untuk memecat Jose Luis Mendilibar, yang sebelumnya membawa mereka meraih gelar Liga Europa.

Masalah ekonomi dan konflik internal di ruang dewan menciptakan suasana yang tidak stabil, dan meskipun Quique Sanchez Flores berhasil menyelamatkan mereka dari degradasi, dia memutuskan untuk tidak melanjutkan sebagai pelatih musim depan.

Exit mobile version