Dianggap Sebagai Sang Jenius, Lamine Yamal Justru Dikritik karena Pesta dan Selebrasi

Gilabola.com – Mantan pelatih Barcelona, Xavi Hernandez, menyebut Lamine Yamal sebagai pemain yang berpotensi menjadi jenius sepak bola masa depan. Namun di saat yang sama, pemain muda berusia 18 tahun itu justru tengah diterpa kritik akibat gaya hidup dan selebrasinya yang dianggap berlebihan.

Di tengah kontroversi itu, banyak pihak mengingatkan agar Yamal tetap fokus pada sepak bola agar bisa memenuhi ekspektasi besar yang mengelilinginya.

Dalam wawancaranya dengan Cronache di Spogliatoio, Xavi menilai bahwa Yamal memiliki kemampuan langka yang hanya dimiliki pemain-pemain besar. Dia menyebut bahwa pemain  Spanyol itu bisa menjadi salah satu jenius sepak bola sepanjang masa, tergantung pada ambisi dan semangatnya untuk terus berkembang.

Menurut Xavi, Yamal sudah memperlihatkan bakat luar biasa sejak usia 15 tahun. Dalam sesi latihan maupun pertandingan, remaja itu mampu mengelabui pemain profesional dengan teknik dan keberanian yang jarang terlihat di usia muda. Hal itu membuat staf pelatih kerap terkesima dengan potensinya.

Xavi juga mengatakan bahwa Yamal memiliki kepercayaan diri yang matang. Dia mengingat kembali bagaimana sang pemain muda mampu menampilkan permainan penuh percaya diri tanpa rasa takut saat pertama kali diberikan debut di tim utama Barcelona. Menurutnya, apa yang dilakukan Yamal di usia 18 tahun adalah hal yang luar biasa.

Xavi Ungkap Hampir Pindah ke Milan dan Bayern

Selain membicarakan Yamal, Xavi juga mengenang masa ketika dirinya hampir meninggalkan Barcelona. Dia mengaku sempat diminati oleh Inter Milan dan Bayern Munich pada tahun 2008, saat kondisi klub sedang sulit dan banyak pihak menilai dirinya tidak cukup membawa tim maju.

Namun, kehadiran Pep Guardiola sebagai pelatih kepala mengubah segalanya. Xavi menjelaskan bahwa Guardiola memberikan kepercayaan penuh kepadanya untuk menjadi penggerak permainan di lini tengah, yang kemudian menjadi awal dari era kejayaan baru Barcelona.

Dia bahkan menambahkan bahwa sebelum itu, dia hampir bergabung dengan AC Milan. Setelah tampil di Piala Dunia U-20 bersama Spanyol, Xavi sempat berbicara langsung dengan Adriano Galliani, petinggi Milan. Meski sempat tergoda, dia akhirnya memilih bertahan di Camp Nou dan menjadi legenda klub.

Kritik Soal Gaya Hidup dan Selebrasi

Sementara itu, Yamal sendiri sedang menghadapi kritik keras dari publik Spanyol. Dia diberitakan menggelar pesta ulang tahun besar-besaran pada musim panas lalu, yang dianggap tidak profesional oleh sebagian fans dan komentator sepak bola. Mereka menilai bahwa gaya hidup seperti itu bisa mengganggu fokus sang pemain di tengah tingginya ekspektasi.

Kritik terhadap Yamal semakin tajam setelah selebrasi golnya yang menirukan gerakan mengenakan mahkota dianggap sombong. Pelatih Timnas Spanyol, Luis de la Fuente, bahkan sempat turun tangan untuk menenangkan situasi dan membela pemain mudanya itu dari tuduhan arogansi.

Meski begitu, sejumlah pengamat sepak bola di Spanyol justru membela Yamal. Salah satunya adalah komentator El Chiringuito, Cristobal Soria, yang menilai bahwa perilaku sang pemain masih dalam batas wajar untuk seorang remaja. Menurutnya, Yamal hanya merayakan keberhasilannya tanpa bermaksud menunjukkan kesombongan.

Soria juga meyakini bahwa lingkungan di Barcelona akan mampu menjaga Yamal tetap fokus. Dia menilai pihak klub sudah memiliki orang-orang yang berpengalaman dalam membimbing pemain muda agar tidak terjebak popularitas.

Menurut Soria, publik seharusnya tidak terlalu menyoroti hal-hal remeh seperti pesta ulang tahun. Dia menegaskan bahwa yang paling penting adalah kerja keras dan performa di lapangan, bukan kegiatan di luar sepak bola.

Saat ini Yamal sedang menjalani pemulihan dari cedera yang dideritanya saat membela Timnas Spanyol. Cedera tersebut membuatnya absen dalam laga Liga Champions melawan Newcastle United. Namun laporan dari media Spanyol menyebutkan bahwa dia bisa kembali bugar untuk laga melawan PSG pada awal Oktober.

IKLAN