Gilabola.com – Real Madrid kembali menjadi sorotan dalam kontroversi terbaru setelah mereka memilih untuk absen dalam upacara Ballon d’Or yang diadakan di Paris pada Senin malam.
Absennya klub raksasa Spanyol ini memicu kritik keras dari Presiden La Liga, Javier Tebas, yang menganggap perilaku mereka sebagai tindakan “kekanak-kanakan” dan “supremasi.”
Menurut Tebas, Madrid tidak menunjukkan sikap sportif yang selama ini dikenal sebagai ciri khas mereka. Kekecewaan atas ketidakhadiran ini muncul setelah Madrid menyadari bahwa penyerang andalan mereka, Vinicius Junior, tidak memenangkan penghargaan.
Tebas menilai bahwa Real Madrid seolah-olah berpikir bahwa semua penghargaan harus berpusat pada mereka dan menyebut ketidakhadiran mereka sebagai keputusan yang menunjukkan sikap egois.
Menurutnya, klub-klub besar seperti Madrid seharusnya lebih memahami pentingnya penghargaan tersebut bagi dunia sepak bola, dan bukan justru absen hanya karena pemain mereka tidak menjadi pemenang.
Tebas juga menilai bahwa perilaku Madrid dalam beberapa waktu terakhir mencerminkan kecenderungan mereka untuk selalu mencari perhatian, menyayangkan sikap kurang sportif mereka.
Pernyataan Vini dan Real Madrid
Vinicius Jr, yang finis di posisi kedua setelah pemain Manchester City, Rodri, merespons kekecewaannya melalui media sosial. Dia menulis bahwa meskipun dia gagal memenangkan penghargaan, dia tetap bangga atas perjuangannya melawan rasisme dalam dunia sepak bola.
Pernyataan ini muncul setelah Madrid mengklaim bahwa absennya Vinicius dari daftar pemenang disebabkan karena sikap tegasnya dalam memerangi isu rasisme, yang mungkin dianggap tidak sesuai dengan kepentingan tertentu.
Selain komentar Vinicius, pihak Madrid sendiri juga melontarkan pernyataan melalui staf klub yang menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap penghargaan Ballon d’Or yang tidak memberikan tempat kepada Vinicius di posisi teratas.
Mereka merasa bahwa penyerang asal Brasil tersebut layak mendapat pengakuan lebih besar, terutama setelah menjadi target pelecehan rasial berkali-kali dalam beberapa tahun terakhir. Madrid bahkan menyebut bahwa keputusan tersebut sebagai sebuah “perampokan bersejarah” yang mencederai penghargaan prestisius ini.
Tebas turut menyoroti ketidakkonsistenan pernyataan Vinicius tentang rasisme di Spanyol. Menurut Tebas, Spanyol bukanlah negara yang rasis, meskipun kasus-kasus pelecehan rasial di stadion sempat meningkat.
Dia mengajak semua pihak untuk fokus pada fakta bahwa Vinicius telah berjuang untuk perubahan, tetapi pada saat yang sama, menyarankan agar pernyataannya mengenai Spanyol tidak menjadi tempat yang rasis disampaikan secara konsisten.
Ketiadaan Madrid dalam ajang penghargaan tersebut semakin diperparah oleh pernyataan Florentino Perez, presiden klub, yang dikabarkan kecewa berat terhadap keputusan yang memenangkan Rodri ketimbang Vinicius.
Bahkan, sebuah sumber dari Madrid menyatakan bahwa penghargaan Ballon d’Or “tidak lagi relevan” bagi klub setelah insiden ini. Selain itu, media Spanyol Marca mengungkapkan bahwa ketidakpuasan Madrid turut diperparah dengan keputusan untuk tidak memberikan penghargaan kepada Carvajal yang juga berada di urutan teratas.
Real Madrid, yang semestinya menerima penghargaan sebagai tim terbaik tahun ini, tampaknya menolak apresiasi tersebut karena menilai bahwa penghargaan utama tidak cukup adil.
Menurut mereka, ketidakhadiran dalam acara ini sebagai bentuk protes terhadap Ballon d’Or yang dianggap tidak menghormati peran mereka sebagai salah satu klub terbesar di dunia.