Gilabola.com – Luka Modric telah resmi menutup lembaran panjang kariernya bersama Real Madrid. Kepulangan Los Blancos ke Spanyol usai tersingkir dari Piala Dunia Antarklub menjadi penanda akhir dari era sang maestro.
Namun, tidak semua pemain kembali bersama rombongan utama. Nama-nama seperti Mbappe, Vinicius, Militao, Rodrygo, dan Camavinga memilih tetap di Amerika Serikat untuk memulai liburan.
Sementara itu, Modric justru pulang dengan membawa serta keharuan, karena dirinya tak lagi menjadi bagian dari skuad Madrid setelah kontraknya berakhir dan dia memutuskan pindah ke AC Milan.
Dalam perpisahan yang senyap namun penuh makna, kamera menangkap momen emosional ketika Modric mendekati Arda Guler, pemain muda yang disebut-sebut sebagai masa depan Real Madrid.
Dia memberikan jersey nomor 10 miliknya kepada Guler, tanpa sambutan megah atau pidato perpisahan. Hanya sebuah pelukan yang dalam, penuh keikhlasan dan simbol pengalihan tongkat estafet.
Di mata banyak orang, ini bukan sekadar gestur sederhana, melainkan cerminan dari siapa sebenarnya Modric: pribadi yang rendah hati, bijak, dan penuh kelas.
Dengan 13 musim, 28 gelar, dan segudang kontribusi, Modric telah menulis kisah legendarisnya bersama Los Blancos. Dia datang pada tahun 2012 di bawah era Jose Mourinho, nyaris tanpa gegap gempita.
Namun justru dari kesenyapan itulah lahir keteladanan besar—seorang pemimpin yang tidak harus bersuara lantang, tetapi selalu hadir dengan kontribusi nyata di setiap laga sepak bola yang dijalaninya.
Gareth Bale: “Modric Seperti Anggur Merah”
Mantan rekan setim Modric di Madrid dan Tottenham Hotspur, Gareth Bale, turut memberikan penghormatan kepada gelandang Kroasia tersebut.
Dalam wawancaranya bersama ESPN, Bale menyebut Modric sebagai pemain luar biasa. Dia menggambarkan Modric seperti anggur merah, yang terus menjadi lebih baik seiring bertambahnya usia.
Bale mengaku bahwa saat pertama melihat Modric di Tottenham, dia sempat meragukan apakah pemain bertubuh mungil itu mampu bertahan di kerasnya ritme sepak bola Premier League.
Namun keraguan itu sirna ketika melihat cara Modric mengontrol bola, menggiring dengan bahu diturunkan, dan secara perlahan memperlihatkan kualitas sejatinya. Bale menambahkan bahwa Modric terus berkembang hingga menjadi gelandang kelas dunia.
Menurut Bale, meskipun Modric masih mampu bermain di level atas, keputusan Real Madrid untuk memberi ruang bagi generasi baru bisa dimengerti.
Dia menyampaikan bahwa Modric tidak hanya luar biasa untuk Madrid, tetapi juga untuk dunia sepak bola secara keseluruhan. Bermain bersama Modric selama bertahun-tahun merupakan sebuah kehormatan baginya.
Dengan kabar kepindahan Modric ke AC Milan yang semakin dekat, dan tekadnya untuk terus tampil hingga kemungkinan tampil bersama Kroasia di Piala Dunia 2026, kisah sang legenda masih akan berlanjut.
Namun untuk Real Madrid, perpisahan ini menandai akhir dari era emas yang tidak mudah tergantikan—sebuah momen di mana sepak bola kehilangan salah satu sosok paling bijak dan elegan yang pernah mengisi ruang tengah.