Gilabola.com – Real Madrid mengambil keputusan besar dengan menolak keinginan Xabi Alonso untuk mempertahankan Luka Modric, memilih bertaruh pada pemain muda, dan kini merasakan dampaknya di tengah tekanan terhadap pelatih anyar tersebut.
Klub menolak perpanjangan kontrak Modric meski sang pemain bersedia menerima pemotongan gaji, sementara permintaan Alonso juga tidak didengar.
Di saat yang sama, Alonso menghadapi tantangan besar mengelola ruang ganti, tekanan hasil, serta ego pemain senior, meski mendapat pembelaan soal karakter dan kepemimpinannya dari Granit Xhaka.
Xabi Alonso baru beberapa bulan menangani Real Madrid setelah datang dari Bayer Leverkusen, namun situasinya sudah jauh dari kata nyaman. Tekanan datang seiring performa tim yang belum stabil dan sejumlah keputusan klub yang tidak sejalan dengan pandangannya sejak awal.
Salah satu keputusan penting terjadi bahkan sebelum Alonso resmi memulai pekerjaannya di Santiago Bernabeu. Manajemen Real Madrid memilih tidak mengikuti rekomendasinya terkait masa depan Luka Modric, pemain yang mengenal Alonso dengan sangat baik.
Madrid Bertaruh pada Regenerasi
Menjelang akhir musim lalu, Real Madrid mengumumkan bahwa Luka Modric akan meninggalkan klub setelah 12 tahun penuh prestasi. Keputusan itu diambil karena Modric dianggap hanya berperan sebagai pemain rotasi di era Carlo Ancelotti.
Laporan dari media Spanyol menyebutkan bahwa Modric sebenarnya ingin bertahan satu musim lagi. Dia bahkan mengajukan beberapa skema pemotongan gaji demi tetap mengenakan seragam Real Madrid.
Xabi Alonso juga berharap mantan rekan setimnya itu dipertahankan. Namun, manajemen klub disebut memberikan penolakan tegas dan tidak membuka ruang negosiasi lebih lanjut.
Alasan Real Madrid cukup jelas, yaitu kepercayaan penuh pada komposisi pemain muda yang sudah ada di dalam skuad. Nama-nama seperti Aurelien Tchouameni, Eduardo Camavinga, Fede Valverde, dan Arda Guler dianggap cukup untuk menopang lini tengah.
Di atas kertas, keputusan itu tampak logis dan selaras dengan proyek jangka panjang klub. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa keseimbangan lini tengah Real Madrid belum sepenuhnya terbentuk.
Sejak kepergian Modric, Real Madrid kerap kesulitan mengontrol tempo permainan. Lebih dari sekadar aspek teknis, absennya figur berpengalaman di ruang ganti mulai terasa.
Saat ini, hanya Thibaut Courtois dan Dani Carvajal yang dianggap sebagai sosok senior dengan pengaruh besar. Kehilangan Modric membuat Alonso kekurangan figur pemimpin yang bisa menjadi penyeimbang dalam situasi sulit.
Tekanan Alonso dan Suara dari Xhaka
Tekanan terhadap Alonso juga datang dari dinamika ruang ganti Real Madrid yang penuh nama besar. Beberapa pemain disebut belum sepenuhnya menerima pendekatan dan otoritas pelatih baru tersebut.
Dalam sebuah dokumenter, Granit Xhaka memberikan gambaran tentang karakter Alonso sebagai pelatih. Dia menilai Alonso memang belum berpengalaman di level tertinggi saat memulai, tetapi memiliki kepribadian kuat dan kejujuran dalam berbicara.
Xhaka menjelaskan bahwa Alonso selalu bersikap autentik, tidak sekadar mengulang kata-kata orang lain, dan fokus pada apa yang terlihat di lapangan. Dia menilai Alonso tidak terpengaruh nama besar atau harga transfer pemain.
Pernyataan Xhaka justru menyoroti masalah Alonso di Real Madrid. Pendekatan meritokrasi itu tidak selalu mudah diterapkan di klub dengan ego besar dan hierarki yang sudah mapan.
Pendapat Kami:
Menurut kami, Real Madrid terlalu cepat memutus hubungan dengan Modric tanpa mempertimbangkan kebutuhan transisi Alonso sebagai pelatih baru. Taruhan penuh pada pemain muda memang penting, tetapi mengorbankan pengalaman di momen perubahan justru membuat situasi Alonso semakin sulit sejak awal.

