Real Madrid Memang Hebat, Tapi Ini Satu Masalah Mewah yang Bisa Jadi Bom Waktu!

Gilabola.com – Kalau kamu berpikir semuanya akan berjalan mulus setelah kedatangan Kylian Mbappé, kenyataannya tidak semudah itu. Real Madrid memang punya skuad super, tapi menyatukan semua pemain top dalam peran terbaik mereka bukan pekerjaan ringan. Itulah tantangan besar Xabi Alonso sekarang.

Dari Puncak Kejatuhan hingga Awal Baru

Dua tahun terakhir sungguh seperti rollercoaster bagi Real Madrid. Setelah ditinggal oleh striker terbaik dalam sejarah klub, Karim Benzema, mereka tetap berhasil meraih gelar ganda berkat musim luar biasa dari Jude Bellingham, Vinícius Júnior, Dani Carvajal, Toni Kroos, Federico Valverde, dan Thibaut Courtois.

Dua hari setelah mengangkat trofi Liga Champions, kedatangan Kylian Mbappé diumumkan — dan seolah skuad super itu menjadi lebih gila lagi.

Awalnya semua tampak sempurna. Pemain bintang muda, trio Mbappé–Vinícius–Bellingham yang tak tertandingi dalam transisi, dan keyakinan bahwa tak ada yang bisa menghentikan mereka.

Tapi kenyataan tidak seindah itu. Cedera ACL menimpa beberapa pemain, full-back utama bergantian antara Fran García dan Lucas Vázquez, lini belakang goyah, tim kehilangan keseimbangan, dan Carlo Ancelotti bertahan dengan garis tinggi tanpa pressing. Mereka kesulitan membangun serangan dari bawah.

Mbappé pun sempat kesulitan di awal musim sebelum akhirnya mencetak lebih dari 40 gol. Saat Mbappé mulai bersinar, Vinícius justru menurun. Bellingham sepanjang musim bermain sambil menahan sakit di bahu, Kroos benar-benar dirindukan, dan FC Barcelona sedang dalam performa terbaik sejak era Lionel Messi.

Musim itu memang seperti badai sempurna — bukan salah satu orang saja, tapi semua faktor berkontribusi pada salah satu musim terburuk dalam satu dekade terakhir.

Era Alonso: Harapan Baru di Bernabéu

Untungnya, semua itu tampaknya hanya sebuah “blip” — kegagalan sesaat, bukan awal dari kejatuhan. Dengan perekrutan baru, talenta muda yang bangkit, dan taktik segar, Alonso mulai membentuk Real Madrid versinya sendiri.

Ia jauh lebih terlibat dari Ancelotti, melakukan scouting sendiri, analisis lawan secara mendalam, dan menambah lapisan taktik setiap laga. Hasilnya terlihat: sembilan kemenangan dari sepuluh pertandingan, pressing tinggi terbaik dalam bertahun-tahun, Courtois hampir tak tersentuh, dan bola mati jadi senjata mematikan. Bellingham pun kembali lebih ringan dan lincah setelah operasi bahu.

Tentu, Real Madrid akan tetap diukur bukan di bulan Oktober, tapi saat Maret–Mei. Menang dari tim kecil tak cukup. Mereka harus membuktikan bisa menang melawan tim elite. Karena untuk menjuarai Liga Champions, mereka harus bisa melewati raksasa Eropa — bukan hanya menang di liga domestik.

Lubang di Tengah: Bayang-Bayang Kroos & Modric

Pertanyaan besar pun muncul: apakah lini tengah mereka cukup kokoh dan seimbang? Setelah Luka Modrić dan Kroos tak lagi jadi tulang punggung, Real Madrid mencoba bergerak dengan Ceballos dan Güler. Tapi faktanya, tak ada yang bisa menggantikan Kroos dan Modric secara langsung.

Maka mereka memilih jalan lain: mengembangkan Arda Güler sebagai “penyihir” lini tengah berikutnya. Dengan pressing tinggi dan peran kreatif Bellingham, tim mulai menemukan keseimbangan baru. Tak ada pemain di bursa transfer yang sebanding dengan Kroos dan Modric, jadi fokus prioritas dialihkan ke wing-back dan bek tengah. Transfer Mastantuono pun lebih ke investasi masa depan.

Güler & Bellingham: Duo Ajaib Baru

Meski Alonso baru melatih dalam waktu singkat, dampak Güler sudah luar biasa. Ia punya assist per 90 menit tertinggi di La Liga dan mencatat key pass terbanyak di lima liga top Eropa. Kombinasinya dengan Mbappé jadi salah satu tontonan paling menyenangkan musim ini.

Musim lalu, Güler hanya bermain 1.255 menit di liga. Kini, dalam delapan pertandingan saja, ia sudah hampir menyamai separuhnya. Kalau Real Madrid mendatangkan pemain lain untuk posisi itu, peluang bermain Güler bisa saja lenyap — dan bersama itu, potensi emasnya juga ikut padam.

Güler bukan sekadar playmaker di area 10, tapi juga bisa mengatur tempo dari lini tengah. Ia dan Bellingham bisa saling bertukar peran selama pertandingan: kadang sebagai double 8, kadang double 10.

Tujuannya bukan membuat Güler jadi replika Bellingham, tapi menjadikannya “Kroos” baru. Kroos dan Bellingham menguasai dunia pada 2024. Kini, Güler dan Bellingham diharapkan menciptakan harmoni baru di tengah.

Masalah Mewah: Saat Semua Pemain Hebat

Masalahnya, tidak semua pemain bisa dapat peran ideal dalam skuad penuh bintang. Contohnya Valverde. Saat Güler dan Bellingham maju menyerang, Valverde lebih banyak bekerja di lini lebih dalam — tugas “kotor” yang tak banyak terlihat.

Ketika dimainkan sebagai bek kanan melawan Villarreal, Valverde terlihat luar biasa. Tapi itu bukan posisi jangka panjang. Carvajal dan Trent akan kembali, dan Valverde hanya ingin bermain di sana dalam situasi darurat.

Mungkin Alonso akan mendorongnya lebih ke depan di sayap kanan atau membebaskannya dari peran bertahan. Tapi semua itu tergantung bagaimana Tchouameni dan lini belakang bisa menjaga transisi dan pressing.

Alonso dan Tantangan Bernama Real Madrid

Tantangan Alonso jelas: bagaimana menyatukan semua kepingan puzzle ini — membuat semua bintang punya ruang bersinar tanpa saling menutupi. Tim yang kita lihat sekarang mungkin akan sangat berbeda saat musim berakhir nanti. Tapi satu hal pasti, proses menuju puncak ini sedang berjalan.

IKLAN