Gilabola.com – Real Madrid sedang menghadapi periode sulit yang mencakup ketidakpastian masa depan pelatih, performa tim yang tidak stabil, serta kurangnya keselarasan di lini depan, khususnya antara Kylian Mbappe dan Vinicius Junior, di tengah proses negosiasi kontrak sang pemain Brasil yang masih menemui jalan buntu.
Hubungan di atas lapangan antara Mbappe dan Vinicius dinilai belum berjalan sebagaimana harapan, meski keduanya merupakan pemain dengan kualitas individual sangat tinggi dan status bintang dunia.
Mbappe tetap mampu menjadi penopang utama tim lewat kontribusi gol, namun Vinicius justru mengalami penurunan performa yang cukup tajam dibandingkan musim-musim sebelumnya.
Kondisi tersebut memicu berbagai komentar dari mantan pemain dan figur penting sepak bola Spanyol, yang menilai masalah ini bukan sekadar soal taktik, tetapi juga keseimbangan peran dan ego.
Jose Mari Bakero, mantan pemain Barcelona, melihat dinamika di Real Madrid saat ini memiliki kemiripan dengan pengalaman pribadinya di era 1990-an.
Bakero menilai situasi yang terjadi mengingatkan pada masa ketika Barcelona memiliki dua pemain dengan karakter dominan yang sulit disatukan dalam satu struktur permainan yang stabil, yaitu Hristo Stoichkov dan Romario.
Dia menjelaskan bahwa pada awalnya Barcelona berjalan solid ketika hanya mengandalkan Stoichkov, Koeman dan Laudrup dengan peran yang jelas di dalam tim. Masalah mulai muncul ketika Romario bergabung dan menciptakan ketimpangan kekuatan serta pengaruh di ruang ganti maupun di lapangan.
Menurut Bakero, kehadiran dua sosok dengan kepribadian yang sangat kuat dapat mengganggu keseimbangan kolektif dan justru menurunkan kualitas masing-masing pemain.
Dia menilai situasi semacam itu berbahaya karena bukan hanya memengaruhi tim secara keseluruhan, tetapi juga perkembangan individu pemain yang terlibat. Bakero menekankan bahwa ketika dua pemain tidak memahami atau menerima peran satu sama lain, permainan tim akan menjadi sangat rumit untuk dikelola.
Peringatan tersebut dianggap relevan dengan kondisi Real Madrid saat ini, di mana Mbappe dan Vinicius sama-sama membutuhkan ruang dan peran sentral.
Negosiasi Kontrak dan Kritik terhadap Vinicius
Di sisi lain, Real Madrid juga dihadapkan pada persoalan kontrak Vinicius yang akan menjadi prioritas klub menjelang tahun 2026.
Kontrak Vinicius masih berlaku hingga 2027, namun situasi tersebut membuat sang pemain akan memasuki fase krusial jika tidak segera mencapai kesepakatan baru.
Negosiasi telah berlangsung cukup lama, tetapi tuntutan gaji menjadi hambatan utama karena Real Madrid enggan menyamakan posisinya dengan Mbappe.
Mantan kiper Real Madrid, Santiago Canizares, menilai tuntutan finansial Vinicius tidak sejalan dengan performanya belakangan ini. Dia berpendapat bahwa angka yang dibicarakan tidak mencerminkan kontribusi Vinicius di lapangan pada musim berjalan.
Canizares juga menilai jika kesepakatan tercapai, klub pada dasarnya membayar berdasarkan reputasi masa lalu dan potensi masa depan, bukan performa saat ini.
Menurutnya, Vinicius mendorong agennya untuk menekan klub karena durasi kontrak yang semakin menipis. Canizares mengingatkan bahwa meski Vinicius pernah berada di level elite dan hampir meraih Ballon d’Or, kondisi terkini menunjukkan penurunan signifikan.
Musim ini, Vinicius baru mencetak enam gol di semua kompetisi dan sudah melewati 16 pertandingan beruntun tanpa gol bersama Real Madrid. Situasi tersebut bahkan memicu reaksi negatif dari suporter dalam laga terakhir, sebuah sinyal bahwa kesabaran publik mulai menipis.
Pendapat Kami:
Menurut kami, masalah Real Madrid bukan sekadar performa individu atau negosiasi kontrak, melainkan kegagalan menyatukan dua pemain dengan kebutuhan peran yang serupa dalam satu struktur tim yang jelas, dan selama hal ini tidak ditangani secara tegas, potensi konflik teknis dan psikologis akan terus menghambat kestabilan tim.

