Gilabola.com – Kiper Real Madrid, Thibaut Courtois, angkat bicara keras mengenai meningkatnya pelecehan yang ditujukan kepada pemain, baik di dalam stadion maupun media sosial. Desakan ini muncul setelah rekannya, Vinicius Jr, kembali menjadi target cemoohan rasis, dan setelah insiden yang dialami bek Barcelona, Ronald Araujo.
Thibaut Courtois menyerukan kepada para penonton sepak bola untuk menunjukkan rasa “hormat” yang lebih besar. Permintaan ini dilontarkan menyusul insiden yang menimpa rekan setimnya di Real Madrid, Vinicius Jr, yang menjadi sasaran pelecehan oleh suporter lawan saat Los Blancos menang 3-0 atas Athletic Club di Bilbao pada hari Rabu.
Vinicius Jr sempat merespons sebagian penonton di stadion San Mames pada babak kedua pertandingan La Liga tersebut dengan gestur “tiga gol,” merujuk pada skor yang terjadi saat itu.
Kenapa Isu Ini Mendesak?
Isu pelecehan terhadap Vinicius di Spanyol bukanlah hal baru. Sebelumnya, lima orang telah dijatuhi hukuman penjara ditangguhkan awal tahun ini karena pelecehan rasis yang ditujukan kepada pemain berusia 25 tahun itu selama pertandingan pada tahun 2022.
Courtois menekankan bahwa di balik citra publik, para pemain adalah manusia biasa. Ia secara eksplisit menyoroti insiden yang terjadi pada rival abadi mereka, Ronald Araujo. Bek Barcelona tersebut diizinkan mengambil cuti awal pekan ini untuk memprioritaskan kesehatan mentalnya.
“Pada akhirnya, kami adalah manusia biasa, kami bukan mesin. Lihat apa yang terjadi dengan Araujo,” kata kiper Real Madrid tersebut.
Courtois menambahkan bahwa pelecehan di media sosial sering menjadi awal masalah kesehatan mental pemain:
- “Pada akhirnya, semua orang bisa berakhir seperti itu [Araujo].”
- “Jika Anda melihat apa yang terjadi setelah pertandingan [Barcelona] melawan Chelsea, pelecehan yang dia [Araujo] terima di media sosial dan semua itu… di situlah semuanya dimulai.”
Di Mana Batas antara Persaingan dan Pelecehan?
Courtois menegaskan bahwa kritik dan persaingan adalah bagian tak terpisahkan dari sepak bola, tetapi ada batas yang tidak boleh dilanggar oleh para penggemar.
“Saya menyukai candaan dan persaingan yang terjadi dalam pertandingan, tetapi saya rasa itu tidak harus selalu melibatkan penghinaan,” tegasnya.
“Itu menciptakan suasana yang bagus, tetapi saya pikir ada sedikit kurangnya rasa hormat, karena kami adalah manusia.”
Pernyataan Courtois ini muncul di tengah perdebatan baru di Spanyol mengenai perlindungan pemain dan meningkatnya pelecehan, baik yang terjadi di dalam stadion maupun di ruang online. Pembelaan Courtois terhadap rekan setimnya menggemakan seruan Real Madrid sebelumnya untuk mengambil tindakan yang lebih tegas terhadap diskriminasi dan penghinaan pribadi yang ditujukan kepada pemain.
Kemenangan Real Madrid atas Athletic Club menempatkan mereka hanya selisih satu poin di belakang pemuncak klasemen liga, Barcelona.
Pandangan Kami
Permintaan Courtois ini adalah cerminan dari peningkatan kesadaran di kalangan pemain top tentang dampak serius dari pelecehan. Hal ini memperkuat pandangan bahwa isu pelecehan, rasisme, dan kesehatan mental di sepak bola kini menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya bagi klub atau otoritas liga.
Kasus Araujo menunjukkan bahwa dampak negatif dari toxic culture suporter bisa mencapai titik kritis, dan seruan dari figur sekelas Courtois diharapkan dapat mendorong perubahan perilaku penggemar.

