Gilabola.com – Robert Lewandowski mengaku pernah memberikan lampu hijau untuk bergabung dengan Manchester United di bawah Sir Alex Ferguson pada 2012. Namun, transfer itu gagal terwujud karena Borussia Dortmund menolak melepasnya.
Penyerang Barcelona itu selama lebih dari satu dekade dikenal sebagai salah satu striker nomor 9 terbaik Eropa, mencetak rekor demi rekor bersama klub-klub besar. Namun, kariernya nyaris berlabuh di Old Trafford pada musim terakhir Ferguson sebagai manajer Setan Merah.
Pada 2012, usai membawa Borussia Dortmund juara Bundesliga dan mencetak 30 gol dalam semusim, Lewandowski tertarik pindah ke Inggris. Ia sudah menyatakan persetujuan, namun Dortmund menolak menjualnya. “Ke Manchester United, saya sudah memutuskan dan berkata iya. Saya ingin bergabung dan bertemu Alex Ferguson,” ujarnya kepada BBC.
Tak Pernah Mencicipi Premier League
Meski namanya harum di Jerman dan Spanyol, Lewandowski tak pernah merasakan bermain di Liga Inggris. Ia mengakui ada sedikit penyesalan, namun puas dengan perjalanan kariernya bersama Dortmund, Bayern Munich, dan Barcelona.
“Kalau bicara penyesalan, mungkin ada karena belum pernah main di Premier League. Tapi jika melihat kembali, bermain untuk Bayern, Dortmund, dan sekarang Barcelona, saya harus katakan saya sangat senang. Setiap keputusan yang saya ambil adalah karena saya menginginkannya,” tegasnya.
Peran Besar Jurgen Klopp
Di Dortmund, Lewandowski banyak berkembang di bawah asuhan Jurgen Klopp. Hubungan personal keduanya menjadi salah satu faktor penting dalam perjalanan karier sang striker. Datang sebagai pemain muda tak lama setelah kehilangan ayahnya di usia 16 tahun, Lewandowski menemukan sosok mentor yang mampu mengisi kekosongan tersebut.
“Ketika pindah ke Dortmund, saya masih muda dan tertutup. Saya tak ingin membicarakan emosi. Namun, setelah beberapa tahun, saya bertemu seseorang yang tidak sepenuhnya seperti ayah, tapi mirip. Mungkin percakapan yang dulu saya rindukan dengan ayah, saya dapatkan dengan Jurgen,” ungkapnya.
Ia menambahkan, satu percakapan khusus dengan Klopp mengubah hidupnya. “Saya masih ingat percakapan itu sampai sekarang karena itu mengubah hidup saya, mengubah sepak bola saya. Saya mengeluarkan emosi dan kata-kata yang saya simpan selama bertahun-tahun. Setelah itu, saya merasa bebas, dan mungkin karena itulah saya bermain semakin baik.”