Gilabola.com – Jadi Legenda, dibuatkan patung, jadi pengkhianat, Lalu Patung Dihancurkan! Itulah Gabriel Batistuta, Disebut pengkhianat oleh fans Fiorentina dan bahkan patungnya pun dirusak, semua karena keputusan sang legenda klub yang hengkang ke klub rival!
Namun rupanya keputusan sang legenda Fiorentina ini untuk meninggalkan klub yang telah membesarkan namanya itu adalah sebuah keuputusan yang tepat! Dan pastinya tak akan membuatnya menyesal!
Berikut kronologi hengkangnya sang legenda Fiorentina yang menjadikannya pengkhianat dan mengapa ini adalah langkah yang tepat!
Telah Menjadi Legenda di Fiorentina
Gabriel Batistuta adalah pemain Argentina yang pada masanya dianggap sebagai salah satu penyerang terbaik. Pengalaman pertamanya di sepak bola Eropa dimulai di Italia, khususnya di Fiorentina. Di tim tersebut, ia menjadi legenda sejati.
Total, ia bermain selama 9 musim dan mencetak 207 gol serta memberikan 66 assist dalam 333 pertandingan. Rata-rata mencetak golnya adalah 0,62 per pertandingan, angka yang luar biasa meskipun bermain untuk tim yang tidak bisa bersaing dengan tim seperti Milan atau Juventus.
Ia memenangkan dua gelar, Piala Italia (1995/1996) dan Piala Super Italia (1996), serta gelar juara Serie B (1993/1994). Batistuta sangat dicintai di Fiorentina sehingga ia bahkan memiliki patungnya di Stadio Artemio Franchi.
Di dalam patung itu, ia terlihat merayakan gol dengan motto: “Guerriero mai domo, duro nella lotta, leale nell’animo” (Prajurit tidak pernah ditaklukkan, keras dalam pertempuran, setia dalam jiwa). Patung itu adalah hadiah dari ‘Colettivo Autonomo Viola’, sebuah kelompok hooligan dari tim Florence.
Keputusan Pindah ke AS Roma
Banyak yang mengira bahwa Batistuta akan pensiun di tim tersebut, tetapi tidak demikian. Pada saat itu, Batistuta berusia 31 tahun dan ingin mencari tantangan baru, untuk sukses di tim besar dan itulah yang membuat AS Roma muncul.
Tentu saja, baik penggemar maupun presiden Fiorentina tidak ingin melepaskannya. Tetapi pemain dan wakilnya bersikeras hingga AS Roma mengajukan tawaran pertama mereka, senilai 35 juta dolar. Transfer seorang pemain berusia 31 tahun dengan harga sebesar itu belum pernah terjadi sebelumnya.
Akhirnya, pada 6 Juni 2000, pengumuman resmi dilakukan. Beberapa hari sebelumnya, artikel di koran muncul di halaman depan Corriere dello Sport yang mengatakan bahwa Batistuta akan menjadi pemain AS Roma.
Hal ini mengejutkan presiden klub AS Roma, karena ia tidak ingin mengeluarkan uang sebanyak itu untuk seorang pemain. Namun, artikel koran itu menimbulkan tekanan besar dari para penggemar sehingga ia terpaksa mengeluarkan 35 juta dolar.
“Saya membuat keputusan ini berpikir bahwa Roma bisa menjadi tim yang memungkinkan saya tampil maksimal di tahun-tahun terakhir karier saya. Saya tidak di sini untuk menjadi raja, tetapi untuk bergabung dengan klub,” – Gabriel Batistuta.
Disebut Pengkhianat. Patung Dirusak!
Banyak yang menyebutnya pengkhianat dan ia menerima banyak kritik dari media. Namun Batistuta hanya ingin menyelesaikan waktunya di Fiorentina dengan tenang.
“Aku mencintai orang Florentine dan aku adalah penggemar Fiorentina, itu tidak akan berubah meskipun dengan perubahan ini.” – Gabriel Batistuta
Namun, banyak penggemar Fiorentina membenci keputusan ini, mereka merasa dikhianati. Keesokan harinya, patung Batistuta ditemukan tanpa kepala dan tidak pernah diperbaiki lagi.
Sebuah Keputusan Yang Tepat!
Batistuta senang meninggalkan Fiorentina karena ia sangat khawatir dengan situasi keuangan klub tersebut. Dan ia tidak salah, beberapa tahun kemudian, Fiorentina mengalami kebangkrutan.
Kepindahan Batistuta ke Roma ternyata menjadi pilihan yang tepat. Di sana, dia bergabung dengan tim yang dipimpin oleh pelatih legendaris Italia, Fabio Capello, dan bermain bersama sejumlah pemain kelas dunia seperti Totti, Samuel, Cafu, dan Emerson.
Batistuta menjadi pemain kunci dalam upaya Roma meraih gelar juara Serie A setelah 18 tahun penantian.
“Batigol” mencetak 20 gol dalam 28 pertandingan di Serie A (0,71 gol), menjadi top skorer di seluruh tim.
Berkat gol-golnya dan kerja sama dari seluruh tim, AS Roma memenangkan Scudetto yang dinantikan selama 18 tahun. Beberapa bulan kemudian, AS Roma mengalahkan Fiorentina dalam Piala Super Italia.
Capello kemudian memuji Batistuta sebagai salah satu pemain terpenting dalam timnya. Menurut Capello, Batistuta membawa banyak kelebihan seperti kemampuan dalam heading, keahlian mencetak gol, kepemimpinan, dan kekuatan dalam ruang ganti.
Sekarang, Paulo Dybala, rekannya di tim nasional Argentina, telah bergabung dengan AS Roma dengan tujuan untuk menorehkan sejarah baru di klub. Namun, Batistuta tetap menjadi legenda di AS Roma, dan kisah kontroversial keputusannya untuk pindah ke klub tetap dikenang hingga saat ini.